Sabtu, 04 Juli 2009

Menangislah...

Karena tangisan awan, tamanpun tersenyum. Karena tangisan bayi, air susu pun mengalir. Pada suatu hari ketika bayi tahu bahwa Sang Perawat Agung tidak akan berikan susu jika kamu tidak meraung. Tuhan berfirman. "Menangislah sebanyak-banyaknya" Dengarkan, anugerah Tuhan kan curahkan air susunya. Tangisan awan dan panas mentari adalah tiang dunia, rajutlah keduanya. Jika tak ada panas mentari dan tangisan awan, mana mungkin bakal kembang seluruh badan. Mana mungkin musim silih berganti, jika kemilau dan tangis ini berhenti. Mentari yang membakar dan awan yang menangis, itulah yang membuat dunia segar dan manis. Biarkan matahari kecerdasanmu terus-menerus terbakar. Biarkan matamu, seperti awan, kemilau karena air mata yang keluar. Menangislah seperti rengekan anak kecil, jangan makan rotimu, karena roti jasmanimu akan mengeringkan air rohanimu. Ketika tubuhmu rimbun dengan dedaunan yang subur. Siang malam batang rohmu melepaskanya seperti musim gugur. Kerimbunan tubuhmu adalah kerontang rohmu. Segeralah jatuhkan tubuhmu, tumbuhkan rohmu! Pinjami Tuhan, pinjamkan kerimbunan tubuhmu. Tukarkan dengan taman yang merekah dalam jiwamu. Berikan pinjaman, kurangi makan badanmu, biar tampaklah muka yang dulu tak terlihat matamu. Ketika badan mengeluarkan semua kotoran keji, Tuhan mengisinya dengan mutiara dan kesturi. Orang itu telah menukar kotoran dengan kesucian. Dari "Dia Sucikan kamu" ia peroleh kenikmatan. 'Matsnawi'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar