Sabtu, 25 Juli 2009

Tiada tangan seindah tangan ibuku

Beberapa tahun lalu, ketika ibu datang berkunjung, beliau mengajak saya berbelanja bersamanya karena beliau membutuhkan sebuah gaun baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi belanja bersama orang lain. Dan saya bukanlah orang yang sabar. Tetapi, walaupun demikian, kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan.

Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan beliau mencoba gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya. Seiring hari yang berlalu, saya mulai lelah dan beliau mulai frustasi. Akhirnya, pada toko terakhir yang kami kunjungi, beliau mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari 3 helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya, dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama beliau dalam ruang ganti pakaian. Saya melihat bagaimana beliau mencoba gaun tersebut, dan dengan susah mencoba untuk mengikat talinya.

Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu beliau tidak dapat melakukannya. Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya. Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata saya yang mengalir keluar tanpa saya sadari. Setelah mendapat ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun tersebut.

Gaun ini begitu indah, dan beliau membelinya. Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari dalam ingatan saya. Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan beliau yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya! Sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati.

Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar beliau, mengambil tangannya, menciumnya dan yang membuatnya terkejut, memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan paling indah di dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan mata saya yang baru, betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.

Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak, tangan dan hati saya memiliki keindahan tersendiri, seperti halnya tangan ibuku. Kutengadahkan tangaku segera "Ya Allah, sayangi ibuku, baik di kala ia masih hidup maupun jika kelak beliau wafat. Sayangilah ia ya Allah, sebagaimana ia menyayangiku di waktu aku masih kecil. Sungguh ENGKAU dZat yang tidak akan pernah mengingkari janji" ". Amiiin.

Sungguh di dunia ini, tiada tangan seindah tangan ibuku.Karena kasih sayangnya lewat tangannya yang indah-lah, saya bisa seperti ini. Terima kasih dan I love you so much mom.

(Kupersembahkan untuk almarhumah ibuku tercinta : Hj. Siti Asiyah binti Mahiddin Cutty,yang wafat tahun lalu). Semoga Allah SWT menyayangi beliau di alam sana. Amiiin 3 X Ya Rabbal alamiin.

Dikutip dari : 40 Mutiara Hidup Yang Membuat Hati Menjadi Sebening Kaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar