Suatu ketika Iman Syafi'i ditanya tentang urgensi waktu dalam kehidupan manusia. Lantas beliau menyitir firman Allah Swt yang berbunyi :
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran."
(Q.S : Al-Ashr :1-3)
Menyikapi ayat ini, beliau berkomentar bahwa sekiranya tidak ada ayat lain selain ayat ini, maka cukuplah dia sebagai pembimbing manusia dalam kehidupan ini untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Kenapa demikian?
Surat ini merupakan intisari bahwa hidup adalah kumpulan waktu. Orang yang mampu menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin akan menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat. Sedangkan orang yang tak mampu menggunakan waktunya sama persisinya dengan orang yang mati. Beku. Jumud. Dan tak mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Wujuduhu ka adamihi (Ada atau tidak adanya tidak berguna bagi orang lain)
Sejarah dunia telah mencatat perjalanan orang-orang besar di muka bumi ini. Mereka adalah orang-orang yang 'cerdas' menggunakan waktunya, sehingga tak sedikitpun momentum kesuksesan yang mereka lewatkan.
Sebaliknya orang-orang yang menghabiskan waktunya di atas papan catur atau permainan, ngobrol santai berjam-jam, ngegosip, jalan-jalan tak tentu arah dan tujuan. Mereka adalah contoh orang-orang gagal. Kehilangan waktu untuk berprestasi. Membuang energi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Merekalah orang-orang yang hina dan merugi di dunia dan akhirat.
Tampaknya orang-orang Barat lebih mampu menghargai urgensi waktu dengan baik, sesuai dengan semboyan mereka "Time is money." Orang-orang Jepang, lebih mampu memanejemen waktu dengan kedisiplinan tinggi, sehingga menghasilkan teknologi super canggih di dunia.
Padahal jauh sebelum orang Barat mengenal urgensi waktu dalam kaitannya dengan kesuksesan, para ulama kita lebih dahulu mengajarkan tentang kedisiplinan waktu. Dengan bahasa puitis nan sarat hikmah mereka mengatakan "Al-wakt kash shaif, illam taqtha'hu fa yaqtha'ka".
Waktu itu laksana pedang yang tajam. Dia bisa digunakan untuk mempertahankan pemiliknya. Melukai. Bahkan membunuh dari serangan musuh. Namun, bila kurang hati-hati dan tak mampu menggunakan dengan baik, maka pedang itu bisa beralih fungsi menjadi boomerang yang akan melukai pemiliknya.
RAHASIA DIBALIK KESUKSESAN RASULULLAH SAW
Tidaklah berlebihan jika Michael H. Hart menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh terkemuka di dunia. Tak ada prestasi gemilang, segemilang yang prestasi yang pernah diraih oleh Rasulullah saw. Hanya dalam tempo singkat sekitar 23 tahun, beliau mampu merubah tatanan dunia Arab yang paganisme, bengis, kejam, berbudaya jahiliyyah menjadi masyarakat yang Rabbani, kasih sayang, pemberani, dan agama Islam telah menyebar dan menguasai dua pertiga dunia ini.
Jika ditanya siapakah orang yang paling tersibuk di dunia, maka jawabannya adalah Rasulullah Saw. Beliau adalah teladan utama dalam segala keadaan. Beliau seorang Rasul yang mengemban tugas dakwah, seorang 'abid yang taat beribadah, seorang penguasa jazirah Arab, seorang panglima perang, sekaligus seorang suami yang mempunyai 9 istri dan seorang bapak dari anak-anaknya.
Selama hidup beliau telah mengikuti lebih dari 80 kali peperangan dalam tempo sepuluh tahun. Tamunya berdatangan dari berbagai delegasi negara-negara tetanggga. Kian hari permasalahan umat yang dihadapi semakin berat dan semakin pelik. Namun, beliau masih sempat membina rumah tangga dengan baik. Membentuk keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Beliau masih sempat shalat berjama'ah, bersilaturahmi ke rumah sahabat, berkunjung kepada sanak famili, membantu orang-orang miskin dan anak-anak yatim piatu.
Apa rahasia kesuksesan Rasulullah Saw?
Jawabannya adalah manajemen waktu. Rasulullah Saw adalah orang yang paling disiplin membagi waktu. Beliau mengatakan : "Aku mempunyai waktu-waktu yang tak boleh diganggu oleh seorang pun." Beliau mempunyai waktu-waktu tertentu untuk beribadah kepada Allah, khususnya pada malam hari. Waktu untuk bertafakur, intropeksi diri, berdakwah, mengatur pemerintahan, berdiplomasi, menerima tamu undangan, serta membina rumah tangga.
Untuk mengetahui rahasia kesuksesan beliau, cukuplah mengamalkan satu hadits beliau yang berbunyi : "Min Husni Islamil mar'i tarkuhu maa laa ya'nih" (Sebagian tanda kesempurnaan iman seseorang meninggalkan perkara yang tak bermanfaat).
Usia dan Karya Besar
Karya besar tidak selamanya identik dengan usia yang panjang. Ada banyak contoh orang-orang besar yang mampu menghasilkan karya besar yang melegenda dan menyejarah melebihi batas umur yang dimilikinya.
Sebagai contoh, Imam Ghazali diberi Syaikhul Islam atas karya monementalnya Ihya Ulumuddin. Dalam usia singkat, sekitar 54 tahun beliau menghasilkan ratusan jilid kitab, yang akhirnya menjadi sumber rujukan jutaan para ulama berabad-abad sesudahnya.
Imam Nawawi meninggal pada umur 40 tahun dan meninggalkan warisan yang sangat besar. Diantaranya, kitab Riyadus Shalihin, Arba'in Nawawi, Al-Adzkar dan berbagai kitab rujuakan lainnya.
Imam Sibawaih mengarang buku yang paling besar dalam bidang ilm nahwu pada usia 30 tahun. Ibnu Hajar al-Atsqalani mengarang kitab Fathul Bari dan Muqaddimahnya pada usia 30 tahun. Kitab Al-Gharib karya Ubaid ditulis pada usia 40 tahun.
Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari 2000 syekh dan mengarang kitab shahih sehingga menjadi kitab yang menakjubkan.
Ibnu Aqil telah mengarang buku sebanyak 800 jilid dan beliau hanya makan roti kering untuk bisa bertahan membaca 50 ayat.
Ibnu Taimiyyah menulis empat judul dalam satu hari dan setiap buku diselesaikan dalam satu minggu. Beliau pernah mengarang satu buku penuh dalam satu kali duduk dalm perjalanannya menuju Mekkah. Dan bukunya dijadikan referensi oleh lebih dari 1000 penulis.
Ibnu Jarir telah menulis 100.000 halaman. Ibnu Jauzi pernah menulis 1000 buku. Dan Ibnu Anbari telah menghafal 400 tafsir.
Al-Sarkhasi dipenjara dan mampu menulis kitab Al-Mabsuth dalam 30 jilid. Aq'ad bin Al-Atsir juga pernah dipenjara dan mampu menulis Jami'ul Ushul wan Nihayah sebanyak 30 jilid. Dan Ibnu Taimiyyah dapat mengarang 30 jilid kitab Majmu Fatawa juga dalam penjara.
Ibnu Khaldun mengasingkan diri dalam sebuah benteng. Kemudian beliau menulis sejarahnya dan diterbitkan hingga menjadi jawaban bagi semua orang yang bertanya.
Buku-buku Ibnu Hazam terbakar seluruhnya, maka ia menulis kembali hafalannya. Qatadah menghafal buku seberat muatan keledai.
Al-Muzani membaca kitab risalah karangan Imam al-Syafi'i sebanyak 500 kali. Dan seorang alim dari Andalusia membaca kitab Shahih Bukhari sebanyak 700 kali.
Abu Ishaq As-Syairazi mengulang pelajarannya sebanyak 100 kali, dan mempelajari setiap qiyas sebanyak 1000 kali dan telah menulis 100 jilid buku.
Shalahuddin Al-Ayyubi mampu membebaskan kota Yerussalem dari kependudukan pasukan Salib.
TINGGALKAN YANG TAK BERMANFAT!
Dalam kehidupan ini ada banyak proyek sejarah dihadapan kita. Ada jutaan momentum besar menanti kita. Jutaan peluang kesuksesan di depan mata. Namun sayang, semuanya terlewatkan begitu saja, lantaran kita kehabisan tenaga untuk meraihnya. Kemanakah tenaga kita? Kita sering kehilangan momentum, apa penyebabnya?
Batterai yang menyuplai energi kita mulai low batt. Bahkan kita sering kehabisan charge dan perlu di charging kembali dengan tenaga baru.
Sejatinya kita mampu menghasilkan karya besar, mengukir prestasi dalam lembaran-lembaran sejarah, menjadi sosok legendaries yang dikenal sepanjang masa. Namun, tenaga kita terlalu banyak terbuang ada hal-hal yang kurang bermanfaat.
Untuk menghindari pemborosan waktu tersebut, maka Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Dalam satu haditsnya, beliau mengatakan : "Min Husni Islamil mar'i tarkuhu maa laa ya'nih" (Sebagian tanda kesempurnaan iman seseorang meninggalkan perkara yang tak bermanfaat).
Ada tiga hal yang tak kan pernah kita dapatkan kembali :
Kata yang telah diucapkan.
Waktu yang telah terlewatkan.
Momentum yang diabaikan.
Oleh karena itu, sebagai aplikasi dari hadits ini, Syaikhul Islam Al- Imam Ghazali membagi waktu kepada tiga bagian. Satu pertiga waktu digunakan untuk beribadah kepada Allah. Satu pertiga untuk belajar dan berkarya. Dan satu pertiganya lagi untuk istirahat.
Sesibuk apapun aktivitas yang dihadapi, jika kita mau membagi waktu secara tepat dan efesien, maka waktu itu akan mempunyai barokah dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Coba bayangkan! Semua manusia mempunyai waktu yang sama; yaitu 24 jam. Orang Amerika, orang Jepang dan orang Indonesia sama-sama mempunyai waktu 24 jam. Begitupula seorang presiden dan seorang gelandangan juga mempunyai waktu yang sama. Orang yang sukses dan gagal mempunyai waktu yang tak berbeda. Semua mempunyai waktu 24 jam dalam sehari semalam. Tidak kurang dan tak lebih. Lantas apa yang membedakannya?
Yang membedakannya hanyalah dari pemanfaatannya. Ada orang yang dalam 24 jam mampu mengatur sebuah negara atau perusahaan super besar. Namun pada waktu yang bersamaan, ada pula orang yang tak mampu mengatur rumah tangganya sendiri. Bahkan tak mampu mengatur dirinya sendiri.
Kita orang biasa, tentu banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan dan kegagalan, dan sebagainya. Ubah paradigma, cara pandang kita. Jangan menyalahkan keadaan, tapi buatlah keadaan. Tak perlu mempermasalahkan kelemahan, tapi ubahlah keterbatasan menjadi prestasi gemilang.
RENUNGKANLAH!
Menurut Rasulullah Saw, rata-rata umur umatnya berkisar antara 60 sampai 70 tahun. Kalau dihitung-hitung, masing-masing waktu kita sama; 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam, 24 jam dalam 1 hari, 7 hari dalam sepekan, 360 hari dalam setahun.
Menurut Imam Ghazali, kalau seseorang berumur 60 tahun-rata-rata- dan menjadikan 8 jam sehari untk tidur, maka dalam 60 tahun ia telah tertidur 20 tahun. Innalillahi wa inna ilaihi raji'uun.
Sekiranya kita memanfaatkan seluruh waktu kita untuk beramal dan berkarya, maka kita hanya punya waktu 25 tahun; setelah dikurang masa baligh 15 tahun. Itupun sekiranya jika kita memanfaatkan seluruh umur dengan semaksimal mungkin. Dan kita pun tak pernah tahu, apakah kita mampu mencapai usia 60 tahun tersebut atau tidak? Sedangkan waktu penantian di alam barzakh saja sudah menunggu ribuan juta tahun tahun. Subhanallah…
Kamis, 09 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar