Senin, 06 Juli 2009

tolak fatwa albani tentang musik(bag2)

Mazhab Ahlul Madinah (ulama-ulama Madinah) dan lainnya seperti ulama Dzahiri dan jemaah ahli Sufi memberikan kemudahan pada nyanyian walaupun dengan gitar dan biola.
(Imām Asy-Syaukānī, NAIL-UL-AUTHĀR, Jilid VIII, hlm. 100-103)
Kesimpulan- jelas boleh menyanyi, menggunakan alat-alat muzik bertali sperti gitar dan biola selagi tidak bercampur maksiat.
IMAM AL-HARAMAIN, ABDULLAH BIN ZUBAIR & ABDULLAH BIN UMAR
Imam Al-Haramain dalam kitabnya, An-Nihayah dan Ibnu Abi Ad-Dunya yang menukil dari Al-Itsbaat Al-Muarikhiin; bahwa Abdullah bin Zubair memiliki budak-budak (hamba) wanita dan gitar. Dan Ibnu Umar pernah kerumahnya ternyata disampingnya ada gitar , Ibnu Umar berkata: “Apa ini wahai sahabat Rasulullah saw?”. Kemudian Ibnu Zubair mengambilkan untuknya, Ibnu Umar merenungi kemudian berkata: “Ini mizan Syami ( alat muzik) dari Syam?”. Berkata Ibnu Zubair: “Dengan ini akal seseorang bisa seimbang”.
Kesimpulan- ketiga-tiga ulama besar ini mengharuskan bermain gitar- sejenis alat muzik. Dr. Mohammad Deen mengambil pendirian bahawa hukum muzik dan nyanyian dalam Islam adalah HARUS selagi mana tidak disertai dengan perkara-perkara lain yang haram. Maknanya, muzik dan nyanyian menjadi haram disebabkan hal-hal lain bukannya sebab zatnya (bentuknya) sendiri. Maka kaedah fiqh yang bermaksud: “Asal hukum sesuatu perkara adalah harus selagi mana tiada nas sahih yang mengharamkannya.Kesimpulan- bentuk alat muzik yang berlubang (seperti seruling dan gendang) ataupun yang bertali (seperti gitar dan piano) bukanlah penyebab ia menjadi haram. Jika lahwa-al hadits diartikan nyanyian/musik yang kata-kata/iramanya menjadikan orang tersesat dari jalan Allah, maka bagaimana sekiranya hal tersebut membawa orang untuk ingat dan dekat dengan Allah, secara mafhum mukholafah (kebalikannya) adalah diperbolehkan.Islam tidak membunuh/mematikan fitrah manusia dan instingnya. Tetapi mengatur, menyalurkan dan mengarahkannya ke arah yang positif dan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah ditentukan serta diridhai oleh Allah. Misalnya orang mempunyai bakat seni musik atau seni suara tidak dilarang oleh Islam bila ia mengembangkan bakatnya. Lalu menekuni musik atau nyanyian, sehingga menjadi musikus atau penyanyi yang baik.
Bahkan Islam sangat menghargai bila orang yang mempunyai bakat seni lalu menggunakannya sebagai sarana dakwah Islam. Para wali yang berdakwah di bumi Nusantara ini khususnya di Jawa juga menggunakan jasa musik dan nyanyian. Seperti beduk, kentongan, alat gamelan, wayang kulit yang digubah sesuai dengan ruh ajaran agama Islam.
Menurut saya musik dan nyanyian sekaligus alatnya adalah masalah duniawiyah yang harus dilihat dampaknya, positif atau negatif. Bila berdampak menjauhkan diri kita dari Allah, maka musik dan nyanyian tersebut menjadi maksiat. Tetapi sebaliknya jika musik dan nyanyian tersebut dapat mendekatkan diri kepada Allah bahkan dapat menambah keimanan serta ketaqwaan kita kepada-Nya, maka justru musik dan nyanyian diperintahkan oleh agama.
(Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, d/a LPK2 (Lembaga Pengembangan Keagamaan dan Kemasyarakatan) dan Lembkota Jl. Boja Km 1, Ngalian Semarang,Indonesia)
Adapun hadis-hadis Nabi yang melarang nyanyian, semuanya ada cacat, tidak ada satupun yang selamat dari celaan oleh kalangan ahli hadis, seperti kata al-Qadhi Abubakar bin al-Arabi: "Tidak ada satupun hadis yang sah yang berhubungan dengan diharamkannya nyanyian."
Dan berkata pula Ibnu Hazm: "Semua hadis yang menerangkan tentang haramnya nyanyian adalah batil dan palsu."
Selanjutnya Ibnu Hazm menolak anggapan orang yang mengatakan; bahwa nyanyian itu sama sekali tidak dapat dibenarkan, dan termasuk suatu kesesatan, seperti firman Allah.
"Tidak ada lain sesudah hak kecuali kesesatan." (Yunus: 32)
Maka kata Ibnu Hazm: Rasulullah s.a.w. pernah bersabda "Sesungguhnya semua perbuatan itu harus disertai dengan niat dan tiap-tiap orang akan dinilai menurut niatnya."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar