Minggu, 21 Juni 2009

Memaknai Kembali Sang Khalik (2)

Kita harus mencari Siapakah sebenarnya Tuhan Yang Satu itu. Inilah orang-orang yang menggunakan kesadaran Tauhidnya untuk mencari eksistensi Ketuhanan. Sang Penguasa Tunggal Jagat Semesta Raya.

Jadi orang yang percaya terhadap keberadaan Tuhan pun belum tentu ia telah berTuhan dengan benar. Karena, memang latar belakangnya bisa sangat beragam. Setidaknya mereka memiliki tingkat-tingkat kualitas yang berbeda-beda di dalam mempersepsikan dan berinteraksi dengan Tuhannya. Sehingga jika seseorang merasa risau ketika ditanya tetang Tuhan yang diimajinasikannya, maka paling tidak tulisan ini menjadi stimulasi untuk mencari tuhan, baik dalam mempersepsi maupun dalam berinteraksi, dan meningkatkan kualitas berTuhan.

Pada tingkatan yang sempurna orang yang bertemu pada Tuhan yang satu, akan terjadi interaksi lebih intensif bahkan terasa terjadi dialogis dalam 2 arah, disinilah seseorang telah menemukan Tuhannya.

Selanjutnya bagaimana dengan pertanyaan, Dimana Dia Berada? Di langit? Di Surga? Atau di hati setiap manusia? Kapan dan dimanakah kita bisa berinteraksi denganNya.

Sebenarnya pertanyaan dimana hanya cocok untuk suatu yang dapat berpindah-pindah tempat. Di sini, di situ, di atas, di bawah, di kiri, di kanan. Nah bayangkan ada “Sesuatu” yang Dia tidak berubah tempat dan sekaligus ada dimana-mana, dari dulu, sekarang dan nanti. Sehingga pertanyaan dimana sebenarnya menjadi tidak bermakna. Karena sesungguhnya “Sesuatu” itu ditempati oleh ruang. Artinya seluruh tempat dan ruang itu justru berada di dalam Dzat itu.

Kenapa demikian? Karena Sesuatu itu adalah Dzat yang Maha Besar sehingga ruang dan tempat tidak cukup untuk mewadahinya. Justru sekali lagi “ruang” dan “tempat” itulah yang berada di dalam DzatNya! Itulah Dzat Allah Azza wajalla, Tuhan Yang Maha Agung,

Perhatikanlah firman Allah berikut ini: “Kepunyaan Allahlah Timur dan Barat, maka kemampuan kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Bijaksana”. (QS Al Baqoroh [2]; 115).

Selanjutnya begitu apakah jagad raya, surga dan neraka itu berada di dalamNya?

Perhatikanlah firman Allah “Kepunyaan Allah alah apa yang di langit dan apa yang dibumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS An Nissa’ [4]; 126). Ayat ini sangat gamblang menggambarkan kepada kita bahwa seluruh langit dan bumi ini adalah milikNya. Dan kemudian dia tegaskan bahwa segalanya itu ada dalam liputanNya.

Disinilah “Allahu Akbar” yang sering kita ucapkan bahwa hanya Dialah yang Maha Besar tidak ada satupun makhluk dari seluruh ciptaannya yang lebih besar dari Nya. Sehingga jika kita dapat memahami firman Allah ini, maka sesungguhnya posisi raga kita ini tak pernah jauh dariNya. Seperti firman Allah “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (QS Qaaf [50]; 16).

Lalu kenapa banyak orang merasa jauh dari Allah?, bahkan dia tidak tahu dan tak peduli pada Allah? Disinilah masalahnya, sesungguhnya jiwa kitalah yang merasa jauh, jiwa kitalah yang tak mau mendekat, jiwa kita lah yang mengingkari Allah Sang Maha Pengasih. Kalaulah kita menyakini keberadaan Allah, itupun paling Cuma 5 x 10 menit (saat sholat) setelah itu Allah lenyap kembali, hilang dan tak dianggap.

Disinilah makna perintah zikir mengingat Allah sesering mungkin, sepanjang kesadaran kita. Agar kita merasa dan betul-betul dekat denganNya. Mentadaburi ciptaanNya membangkitkan ketakjuban kita. QS Ali Imron (3); 191. (yaitu) orang-oarang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi {seraya berkata}: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Adakah posisi lain yang dilakukan manusia dalam sadarnya, selain berdiri, duduk dan berbaring?, Allah meminta kita untuk menjaga kesadaran kita, mengingatnya selalu dalam segala aktifitas amal ibadah kita.

Akhirnya kita menyadari bahwa Allah sungguh, tak pernah sedikitpun Dia meninggalkan atau menelantarkan kita, adalah bersimpuh dan bersujud memohon Rahmat dan Kasih SayangNya. Ampunkan kami ya Rahman, ya Rohim.

Penulis adalah Bp. Ageng Sadnowo Refianto. Dosen Teknik Elektro UNILA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar