Kamis, 25 Juni 2009

Ramadlan yang Menjanjikan bagi Mereka yang Berusaha

Segala puji bagi Allah semata, saat ini kita ada di bulan Ramadan. Bulan kemenangan dan penuh rahmat. Bulan yang selalu ditunggu kehadirannya oleh hamba-hambanya yang sholeh dan mendapat bagian dari inayah Allah. Tak terkecuali Nabi kita Muhammad saw serta para sahabatnya. Ramadan telah ditunggu kehadirannya sejak bulan Rajab. Segala persiapan dilakukan untuk menyempurnakan ibadah di dalam Ramadan.

Bagi mereka yang hari ini masih hidup dan menghirup udara Ramadan, mereka adalah orang-orang yang beruntung karena Allah masih memberi peluang keemasan kepada kita untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas pribadi muslim.

Ramadan adalah penghulu segala bulan. Allah melimpahkan di dalamnya rahmat kepada semua ummat yang benar-benar beriman. Di dalam bulan ini, umat Islam yang cukup syarat dan berkemampuan diwajibkan berpuasa.

Ramadan adalah syahr al ibadah (bulan ibadah). Allah membuka peluang seluas-luasnya kepada hamba Nya yang mukmin melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Allah menyediakan ganjaran pahala yang sangat besar, bahkan terlalu besar bila dibandingkan apa yang dilakukan manusia. Pahala yang tidak disediakan di bulan selain Ramadan yang mulia.

Marhaban Ya Ramadan, kata-kata yang paling tepat diucapkan mereka yang menyadari betapa Allah ngujo-ujo kita di bulan ini. Bulan yang suci, yang memiliki seribu keberkahan dan membuka luas pintu ampunan.

Kehadiran bulan suci ini seharusnya disambut dengan penuh kegembiraan dan keinsyafan tanpa mengeluh apa-apa karena Rasulullah saw sendiri senantiasa menyambut gembira setiap kali bulan Ramadan datang.

Rasulullah pernah bersabda, "Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang penuh keberkahan. Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa. Di bulan Ramadan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan seluruh syaitan dibelenggu. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."

Berkah Ramadan yang begitu besar hingga sejak bulan Rajab, Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa: "Ya Allah berkatilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadan." Doa yang diajarkan nabi ini, menyiratkan bahwa kita seharusnya bersyukur karena masih diizinkan oleh Allah SWT untuk menghirup udara segar di dunia fana ini dan merasakan kenikmatan berpuasa di bulan Ramadan.

Sesungguhnya kedatangan Ramadan bukan saja harus disambut dengan gembira tetapi seharusnya dirindukan setiap waktu. karena di bulan Ramadan ini, sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadits, umat Muhammad mendapat lima keutamaan yang tidak diberikan pada seorang nabipun sebelum Rasulullah. Lima keutamaan yang dimaksudkan oleh Rasulullah itu adalah sebagai berikut.

Pertama, pada awal Ramadan Allah berkenan melihat (mendatangi) mereka yang bersiap-siap untuk puasa. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa dilihat Allah (dengan pandangan rahmat), orang tersebut tidak akan diadzab selama-lamanya."

Kedua, sesungguhnya bau yang tidak sedap yang keluar dari mulut mereka yang berpuasa pada senja hari itu lebih harum di sisi Allah dibanding dengan minyak misik.

Ketiga, sesungguhnya malaikat memohonkan ampun bagi orang yang berpuasa siang dan malam.

Keempat, sesungguhnya Allah memerintahkan surgaNya melalui firmanNya, "Bersiap-siaplah surgaKu dan berhias dirilah untuk hamba-hambaKu, mereka beristirahat dari lelahnya dunia menuju rumahKu dan kemuliaanKu."

Keutamaan kelima pula yang ditegaskan oleh Rasulullah ialah sesungguhnya pada akhir malam Ramadan yaitu malam hari raya, Allah mengampuni orang yang berpuasa semuanya. Mengenai keutamaan kelima ini seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah malam Lailatul Qadar itu?" Rasulullah menjawab, "tidakkah kamu perhatikan para pekerja yang melaksanakan pekerjaannya, bila telah selesai mengerjakan pekerjaannya mereka segera dibayar gajinya? Itulah ampunan yang diberikan setiap malam".

Kini ruang terbuka luas kepada kita untuk merebut kelima keutamaan itu, kita harus bersedia menyambut Ramadan dengan penuh rasa keinsyafan dan menanamka tekad untuk memastikan ia tidak berlalu begitu saja tanpa memberikan berkah.

Pada bulan ini, Allah akan membukakan pintu surga dan menutup pintu neraka. Rasulullah menyatakan: "Apabila tiba Ramadan, maka dibukakan pintu surga dan ditutuplah pintu neraka, syaitan pun dibelenggu." (HR. Muslim).

Mungkin ada yang bertanya adakah syaitan benar-benar dirantai sepanjang Ramadan? Padahal maksiat masih juga banyak terjadi dalam bulan suci ini.

Jawabnya, tidak lain karena diri mereka yang melakukan maksiat itu, meski pada dzahirnya mereka berpuasa, tetapi jiwanya telah dikuasai oleh nafsu. Perlu diketahui tarikan nafsu itu lebih kuat dibanding syaitan. Bagi mereka hanyalah perut yang berpuasa, tidak makan dan tidak minum, sedangkan mata, hati, telinga, kaki dan anggota tubuh lain tidak ikut berpuasa. Jika demikian yang terjadi, maka dihadapan Allah puasa mereka tidak ada artinya.

Mengenai perilaku orang-orang yang telah dikuasai oleh nafsu ini, Rasulullah menyatakan: "Banyak sekali orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga, dan banyak sekali mereka yang ibadah malam hari tidak mendapatkan apa-apa kecuali kurang tidur/begadang." (HR. Nasai)

Sewaktu berpuasa, seluruh manusia berjuang melawan hawa nafsunya, takut melanggar segala larangan Allah meski sekecil apapun, padahal tidak ada manusia lain yang melihat tingkah laku perbuatannya. Tujuan penting puasa adalah untuk membentuk sikap berdisiplin di kalangan mukmin, terutama disiplin terhadap waktu. Namun tidak sedikit mereka yang menyimpangi tujuan ajaran puasa itu, seperti memperbanyak tidur dengan alasan capek dan letih, atau banyak makan di malam hari. Akhirnya tujuan utama puasanya menjadi kurang sempurna atau bahkan tidak berhasil yaitu berjuang melawan hawa nafsu.

Bagaimana dengan anda? Menjadikan puasa sebagai alasan bermalas-malasan ataukah menjadikannya media untuk mendekat Allah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar