Minggu, 21 Juni 2009

Memaknai Kembali Sang Khalik (1)

Dalam beberapa bulan yang lalu, saya melakukan pengamatan sederhana, dengan mengajukan tiga buah pertanyaan. Respondennya adalah mahasiswa saya sendiri, teman-teman kolega kerja, tetangga, teman-teman dari birokrat dan pengusaha. Jumlah keseluruhan mereka sekitar 30an orang, sangat sedikit untuk suatu data. Tentu kesimpulan yang diambil, akan jauh dari kesempurnaan validitasnya. Tapi tak apalah, paling tidak kesimpulannya bisa menjadi suatu indikator.

Saudaraku sekalian, pertanyaannya adalah; Pertama, apakah anada mempercayai adanya Tuhan? Kedua, Dimana Tuhan berada? dan yang Ketiga, (jika percaya), Apakah anda mencintai Tuhan? Jawablah dengan jujur dan dengan spontanitas.

Ketiga pertanyaan ini, saya ajukan tidak dengan lembar quisioner, tapi langsung dengan tanya jawab. Menarik kita amati kumpulan jawabannya. Untuk pertanyaan pertama, semuanya 100% menjawab, percaya, dengan mudah dan cepat menjawabnya. Bahkan sedikit meledek apakah sampeyan tidak percaya Tuhan.

Untuk pertanyaan kedua, jawaban mulai bervariasi. “Dimana ya?, mungkin di surga, entahlah yang pasti Allah mengawasi kita.” Ada yang menjawab di A’rasy Ada yang menjawab Jauh di luar jagat raya ini. Ada yang menjawab ada dimana-mana. Ada yang menjawab Tuhan Allah itu gaib, dan kita tidak tahu dimana, tapi yang pasti Dia Maha Besar tanpa batas. Dan lain sebagainya. Namun sebagian besar umumnya kebingungan untuk menjawabnya. Terakhir untuk pertanyaan ketiga hampir semuanya terdiam, tidak langsung menjawab, sepertinya berfikir. Kalau pun ada yang menjawab setelah itu, “ya saya mencintai Allah”. Lalu saya uber dengan pertanyaan keempat seperti apa cintamu pada Allah?, maka pertanyaan keempat ini dijawab dengan, “apa sih maksudnya nanya yang aneh-aneh begitu? Apa nggak ada pertanyaan lain yang enak dibicarakan?”. Sambil senyum saya jawab, “saya pingin tahu saja mas, apakah umat ini kenal dengan tuhannya”. Yah demikianlah sedikit bincang-bincang saya.

Saudaraku sekalian yang selalu dan selalu dalam kasih sayang Allah SWT, coba jawab 3 pertanyaan berikut. Pertama, apakah anda mengenal orang tua anda? (Tentunya pertanyaan ini untuk mereka yang memiliki keluarga normal dan harmonis). Kedua, Dimana oarang tua anda? Dan yang Ketiga, Apakah anda mencintai orang tua anda) Saya yakin ketiga pertanyaan ini jika diajukan kepada 500 orang, Insya Allah semuanya akan menjawab dengan sangat mudah dan tanpa beban. Mengapa? Karena substansi pertanyaannya semuanya sangat-sangat dikenal oleh yang ditanya dan betapa erat hubungan antara mereka.

Jika kita tarik hubungan kelompok pertanyaan awal dengan yang barusan, ada pertanyaan mendasar yang perlu kita jawab dan analisa bersama?

Pertama, Apakah sebagian besar umat islam ini mengenal Allah? Sifat-sifatNya? Dan kekuasaanNya dengan baik? Kedua Apakah sebagian besar kita ini sungguh-sungguh sudah mencintai Allah? Jika jawabannya ya, bahwa sebagian besar umat islam ini sangat mengenal Allah dan mereka sangat mencintai Allah. Baiklah mari kita jawab pertanyaan berikut, Mengapa, Republik Indonesia tercinta yang ± 87% penduduknya muslim ini, masuk dalam jajaran negara terkorup didunia? Lihatlah generasi mudanya dengan ikhlas hidupnya dalam budaya hedonis dan sangat permisif terhadap kemaksiatan. Lihatlah undang-undang pornografi dan pornoaksi terseok-seok untuk pengesahannya. Lihatlah MUI (Majelis Ulama Indonesia) pun sekarang sudah mulai digoyang-goyang dengan keras perannya, untuk dikerdili bahkan kalau bisa dibubarkan. Saudaraku mungkinkah jawaban itu, sesuai dengan realitas hati yang menjawabnya. Yah lagi-lagi kita terdiam.

Wahai umat yang mendapat amanah Allah, untuk umat terbaik dimuka bumi ini. Mari kita kumpulkan kembali semua ayat-ayat Al-Quran yang Allah memperkenalkan diriNya. Mari kita maknai ulang eksistensi Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Sehingga kita menjadi umat seperti yang dikehendaki oleh Rasulullah, dalam hadisnya,

“Ya Umar, seperti apakah engkau mencintai Allah dan rasulnya?” lalu umar menjawab, “aku mencintai Allah dan rasulnya seperti aku mencintai diriku sendiri”. “Tidak ya umar. Engkau harus mencintai Allah dan rasulnya lebih dari engkau mencintai dirimu sendiri”. Lalu umar berkata “Aku mencintai Allah dan rasulnya lebih dari aku mencintai diriku sendiri”. Ya begitulah umar. Iman yang benar”, kata Rasulullah.

Sebagian kelompok orang yang mempercayai bahwa Tuhan ada, kita masih terbagi dalam beberapa golongan.

* orang yang percaya pada Tuhan karena doktrin. Sejak kecil ia didoktrin oleh sekitarnya, orang tua, guru-gurunya bahwa Tuhan memang ada. Namun menjadi berbeda-beda tuhan satu kelompok denag kelompok yang lain. sehingga Tuhanmu berbeda nama, berbeda eksistensi berbeda kemampuan dengan Tuhan yang lain. dan masing-masing mengklaim Tuhannyalah yang benar.
* Orang yang percaya kepada Tuhan karena logika dan rasio. Orang ini mencari Tuhan dengan kecerdasanya, karenanya dia benar-benar melihat dan merasakan hadirnya “Suatu Kekuatan Dahsyat” dalam kehidupannya. Dan itulah Tuhan.
* Orang yang percaya Tuhan karena merasa membutuhkan kehadiranNya. Yang tanpa kehadiranNya, mereka merasa tidak berdaya. Inilah orang yang melakukan pendekatan kepada Tuhannya menggunakan Kesadaran Spiritual. Lewat agama apapun.
* Orang yang memperoleh kesimpulan bahwa Tuhan yang ada di alam semesta ini sebenarnya adalah tuhan Yang Satu. Bukan bermacam-macam yang dianut oleh berbagai agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar