Kamis, 25 Juni 2009

Pekerja Dunia = Pengamal Akhirat ?

Sepintas dari cara bekerja, pakaian yang sedang dikenakan saya tidak kesulitan mengidentifikasikan mereka itu tergolong pekerja kasar (buruh). Bahkan pernah pada waktu yang lain pekerja seperti mereka tetap bekerja meskipun cuaca panas terik sehingga bajunya basah oleh banjiran keringat ataupun bajunya basah oleh hujan rintik-rintik. Merekapun tetap bekerja menggali ataupun seperti kepayahan menarik-narik gulungan kabel besar seukuran lengan anak kecil, dengan tubuh dan pakaiannya belepotan oleh lumpur.

MasyaAlloh,

Setelah saya selesai servis sepede motor untuk ganti busi, saya sempat menghampiri mereka dan berbincang-bincang kecil. Ternyata mereka sedang menggali lobang untuk menambah jaringan kabel seluser milik operator XL.

Mereka serombongan dari Brebes…wow jauh ya.

Tak tahu pasti berapa kilo meter dari bribes sampai ke daerah saya, yang jelas lebih dari 150 km.

Mereka berpindah-pindah menurut permintaan job / proyek dari target manajemen, sehingga selama di lokasi bekerja mereka disewakan rumah oleh pimpinannya sampai pekerjaannya beres.

Wah… repot juga bagi yang sudah berkeluarga harus meninggalkan anak dan istri demi bekerja seperti itu, ya memang mereka tergolong orang yang kurang beruntung J

Lalu apa yang menarik dari perhatian saya sehingga mengangkat tulisan ini diposting di binanurani.com ?

Begini, Saudara !

Dalam hal atau aspek tertentu mereka itu identik dengan orang beramal / beribadah !

loh, bukankan bekerja adalah sebagian dari ibadah ?!

Ya, tapi bukan itu yang saya maksud.

Ada beberapa hal yang menarik dari fenomena itu untuk di “aplikasi”kan sebagai pembelajaran di binanurani.com.

Dari aspek motivasi, apa yang mereka cari sehingga sanggup bekerja seperti itu, pekerjaan yang berat, kotor kasar tidak lain mereka mencari rejeki, gaji, untuk memenuhi tuntutan hidup Saudara setuju bukan !

Nah, giliran orang beramal ibadah kenapa disaat masih cuaca dingin harus bangun dan ambil wudhlu untuk Solat Subuh? Tidak lain karena kita ingin mendapat upah dari Alloh SWT berupa pahala sebagai tuntutan untuk dapat hidup layak di akhirat kelak.

Dari aspek recruitment untuk menjadi pekerja sangat banyak vareasinya dan tingkat kesulitannya juga berbeda-beda.

Semakin tinggi nilai status pekerjaanya yang diperebutkan, maka semakin tinggi kualifikasi yang disyaratkan serta semakin ketat persaingannya.

Usaha untuk berhasil menjadi pegawai negeri (PNS) contohnya, jelas jauh lebih sulit dibanding dengan sekedar menjadi pekerja penggali lobang kabel di tepi jalan tersebut atau berbagai jenis / bidang kerja perburuhan lainnya.

Satu hal kesamaan diantara PNS dan pekerja proyek penggali lobang adalah sama-sama ingin mencari rejeki sebagai tuntutan memenuhi kebutuhan hidup, meskipun hasilnya sangat jauh berbeda dari segi jumlah upah, prestis, kenyamanan hidup maupun status pekerjaan.

Yang jelas diantara kedua kelompok tersebut sampai dapat mengahasilkan rejeki tidak lepas dari kedisiplinan, mereka berada dalam suatu komunitas tertentu yang mempunyai pemimpin yang jelas.

Sebelum melaksanakan tugas mereka harus paham tentang apa yang menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan. Dalam melaksanakan pekerjaan mereka diawasi, diarahkan, dibimbing, kalau salah dinasihati dengan tujuan agar memperoleh kualitas pekerjaan sesuai seperti yang diharapkan.

Dalam suatu kelompok pekerja harus rukun kompak, antara pimpinan dan pekerja saling bekerjasama, saling memahami posisinya demi dapat meraih keberhasilan tujuan bersama.

Saudara tentu dapat membayangkan bagaimana akibatnya kalau tidak dibina, tidak diarahkan, dibiarkan berjalan sendiri-sendiri atau bahkan tidak mempunyai pimpinan yang jelas?!

Manusia hidup di dunia melaksanakan ibadah adalah juga dalam rangka mencari upah (aj’ron / pahala dari Alloh) yang memerintahnya. Beramal di dunia adalah tuntutan pemenuhan / syarat untuk dapat hidup layak di akhirat.

Sebelum mengerjakan suatu amalan, manusia harus lebih dulu belajar memahami ilmu agama yang berisi tentang penjelasan tugas apa saja yang harus dilaksanakan. Tujuan pembelajaran adalah supaya amalan tersebut sesuai dengan kehendak yang memerintahkan.

Seseorang yang dipilih Alloh SWT untuk memberikan pelajaran dan penjelasan kepada seluruh manusia adalah Nabi Muhammad SAW. Manusia yang ingin mencari pahala sebagai syarat kebahagiaan di akhirat wajib mengikuti pelajaran dari Nabi Muhammad SAW.

“ Niscaya ada dalam diri Rosulillah contoh yang baik bagi orang yang menghendaki (wajah) Alloh, dan (kebahagiaan) akhirat dan ingat Alloh yang banyak “ Al-Quran Surat al-Ahzab (33) : 21.

Mengikuti sunah / tuntunan dari Rosululloh SAW adalah menjadi keharusan bagi orang yang ingin mencurahkan rasa cintanya kepada Alloh, mengharapkan ampunan dosanya.

Alloh sudah berikrar dalam Surah Ali Imron (3) : 31 “ Katakan (Muhammad) jika kamu cinta kepada Alloh maka ikutilah saya, maka Alloh akan cinta pada kamu , mengampuni pada dosa-dosamu, dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Beramal mencontoh Rosululloh SAW adalah juga sebagai syarat bagi orang yang ingin “persembahan ” amalannya (pekerjaanya) diterima oleh Alloh SWT dan kemudian diberi pahala / upah di akhirat.

Bagaimana manusia dapat memperoleh informasi tentang pembelajaran ilmu agama agar amalannya sesuai dengan perintah Alloh SWT melalui contoh Rosulullohi SAW ?

Ok,

Untuk petunjuk lebih lanjut sudah tercetak di dalam surah An-Nisa (4) : 59 “ Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada Alloh dan taatlah kepada utusan Alloh (Nabi Muhammad SAW) dan (taatlah) kepada ulul amri (yang punya perkara) di antara kamu semua….al-ayah”

Taat kepada Alloh jelas, Al-Quran adalah out put firman Alloh SWT, taat Utusan Alloh juga jelas , dengan mempelajari tuntunannya yang termaktub dalam berbagai kitab Hadits sohih, lalu siapakah “ ulil amri “ (yang punya perkara) di antara kamu. itu ?.

Bahasa yang lebih popular di kalangan umat dari “Ulil amri” adalah takmir yang bertugas mengurus, mendidik serta memimpin umat dalam peribadatan.

Kalimat lain yang lebih memasyarakat adalah takmir sehingga biasa kita dengan “takmir masjid”. Takmir ini mempunyai kedudukan dan fungsi yang strategis, karena sebagai pengurus mempunyai kewajiban mendidik, menasihati mengarahkan umat agar ibadahnya terarah , terorganisasi dengan baik sehingga Islam menjadi maju, kuat dan yang jelas dengan pembinaan umat beribadah sesuai dengan contoh rosulullohi SAW , ibadah nya benar mendapat rohmat dan diberi pahala oleh Alloh.

Karena ibadah / amalan yang tidak murni, tidak sesuai sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW entah dirubah dengan ditambah atau dikurangi, maka amal itu tidak akan diterima.

“ Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alihi amruna fa huwa rodun” = barang siapa mengamalkan suatu amalan yang padanya tidak ada perkara (perintahku) maka amal itu ditolak / tidak diterima. Kitabusolah hal.110 Muhtarul Adilah.

Tatacara pelaksanaan pekerjaan untuk urusan dunia dan akhirat pada prinsipnya sama, pembuatan sebuah benda produk atau jasa yang tidak sesuai dengan pemesannya juga “rejected” ditolak.

Disinilah salah satu factor pentingnya mengaji agama sebelum beramal , supaya tidak asal-asalan dalam beramal / beribadah.

Lalu di mana umat dapat belajar agama Islam yang benar?

Majelis taklim adalah salah satu wahana edukatif dan sarana dakwah yang efektif membimbing umat dan mengajarkan ilmu agama berdasarkan pedoman Islam yang benar yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.

Majelis taklim adalah “sekolah” nya orang yang ingin berilmu-beramal dan berharap pahala menghendaki kebahagiaan hidup di akhirat.

Carilah majelis taklim yang benar-benar membuka al-Quran dan Al-Hadits, cirri-cirinya ketika dalam proses pengajian mubaligh /penyampai materi dan peserta pengajian sama-sama membuka, memaknai Al-Quran Hadits sehingga paham dan langsung dipraktekan.

Pekerja dunia mencari rejeki untuk pemenuhan kebutuhan hidup di dunia , sedangkan pekerja akhirat mengamalkan perintah Alloh untuk mendapat pahala dan ridhoNYA sebagai bekal agar hidup layak, bahagia di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar