Minggu, 21 Juni 2009

Memikul Beban Yang Lemah

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga ; mereka kekal di dalamnya.” (QS AL-Araf[7]:42)

Kebahagiaan adalah kebutuhan hakiki setiap manusia. Jalan untuk meraihnya tidak seluruhnya lurus dan mulus. Kita akan menemukan jalan bergelombang penuh belokan dan tanjakan, tidak rata, berdebu, dan berkerikil. Meski banyak hambatan untuk meraihnya, kita harus menyakini bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang akan dirasakan setiap manusia.

Seseorang akan merasa bahagia pada umumnya ketika ia sedang berada dalam kelapangan, misalnya saat mendapatkan rezeki berupa materi atau selamat dari suatu musibah. Tidak sedikit pula orang yang merasa bahagia saat dibebaskan dari kesulitan oleh orang lain. Seseorang yang hatinya sedang ruwet dan gelisah, akan kembali tenang, tentram, dan bahagia ketika dibantu dicairkan solusi oleh orang lain.

Kita seharusnya mengambil jalan berbeda untuk mengambil jalan kebahagiaan. Jika orang lain berbahagia karena dibantu oleh yang lainnya, justeru kita harus berbahagia ketika membantu orang lain.

Tanggungjawab Sosial

Kita memiliki tanggung jawab sosial untuk memikul beban orang-orang yang sedang berada dalam kesulitan. Kita harus bisa mencintai dan menikmati kerja sosial yang dapat meringankan penderitaan orang lain. Kita harus bahagia ketika kita melihat peluang ladang amal dan kita termasuk yang berpartisipasi di dalamnya. Sebaliknya, kita harus merasa sedih ketika ladang amal ada di depan mata, dan kita tidak dapat berpartisipasi di dalamnya.

Partisipasi kita dalam setiap ladang amal tidak selayaknya ditunggangi dengan niat untuk mencari keuntungan duniawi. Kita harus meluruskan niat, ikhlas karena Allah semata. Salah satu cara agar nita kita lurus, yaitu dengan membayangkan diri dalam kondisi lemah. Saat kita lemah, berada dalam kesulitan, tentu kita pun ingin dibantu orang lain.

Sudah bagian dari sunatullah, Allah SWT akan membantu hamba-Nya selagi hamba-Nya mau membantu saudaranya. Dengan kenyakinan ini, kita tidak akan mengharap balas jasa dari orang yang kita bantu, karena harapannya hanyalah satu, Allah SWT.

Aktif dalam kegiatan sosial akan membuat hati kita penuh kelembutan. Kesenangan dan kebahagiaan akan muncul ketika-ketika melihat orang lain yang kita bantu berbahagia. Saat kita menjenguk orang yang sedang sakit, ketika membantu kesulitan, saat mengangkat yang lemah, atau ketika menghibur yang terkena musibah bencana, kebahagiaan akan kita rasakan.

Bencana demi bencana yang datang silih berganti di negeri kita, seharusnya membuat kita makin peduli. Kita tidak bisa membanyangkan jika bencana itu menimpa kita atau anggota keluarga besar kita. Tentu kita pun akan bersedih seperti halnya mereka. Karena itu, latihlah diri kita dengan amal-amal sosial.

Keuntungan Membatu yang Lemah

Banyak keuntungan yang akan diperoleh seseorang jika ia menjadi orang dermawan atau rajin membantu orang lain. Diantaranya menumbuhkan cinta dan penghargaan kepada orang lain, memperluas hubungan sosial, menjauhkan diri dari sikap cuek yang dilarang agama, diangkat derajatnya, dan memudahkan datangnya pertolongan Allah kepadanya.

Rasulullah SAW bersabda, “Harta tidak akan berkurang karena sedekah, Allah tidak akan menambahkan kepada seseorang yang suka memaafkan melainkan kemulian. Dan tidaklah seseorang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Kerugian Membiarkan Orang Lain dalam Kesulitan

Rasulullah SAW melarang kita berdiam diri saat ada saudara kita yang membutuhkan pertolongan. Rasulullah mengatakan bahwa seorang muslim yang tidak peduli terhadap urusan umat Islam yang lain, bukan termasuk umatnya.

Beberapa kerugian ynag akan diraih orang yang tidak peduli diantaranya, rezekinya akan sempit, mendapat laknat manusia dan murka Allah, dan tidak akan memperoleh ketenangan jiwa.

Seorang Muslim yang selalu membantu yang lemah, adalah pemelihara sunah Rasulullah SAW. Di akhirat, Allah SWT akan mengganjarnya dengan surga. Semoga menjadi sebagai salah satu diantaranya. Wallahu a’lam bishshawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar