Minggu, 28 Juni 2009

Berteman & Bersahabat

Jika engkau menghadapi orang awam yang bodoh, maka tata krama yang harus engkau perhatikan adalah (1). tidak ikut nimbrung pembicaraan-pembicaraan mereka, (2). tidak banyak menyimak gosip-gosip mereka, (3). mengabaikan kebiasaan kotor ucapan mereka, (4). meminimalisir pertemuan dan keperluan terhadap mereka, dan (5). memberikan peringatan atas kesalahan mereka dengan lembut dan menasihatinya jika masih memungkinkan.

Sebab hati orang-orang awam gampang berubah-ubah. Jika memberi nasihat tidak bermanfaat, maka berpaling dari mereka lebih utama.

Sementara itu, jika bergaul dengan sahabat dan saudara, engkau mempunyai dua tugas.

Pertama, sebelum memilih teman engkau harus menentukan syarat-syarat persahabatan dan pertemanan terlebih dahulu. Engkau tidak boleh menjadi seseorang sebagai saudara, kecuali orang yang pantas untuk dijadikan saudara atau teman.
Rasulullah SAW bersabda, “seseorang tergantung pada agama kawannya.
Lihatlah salah seorang dari engkau dengan siapa dia berteman.”

Kedua, menjaga hak-hak persahabatan. Selama tali persahabatanmu masih terikat, seberat apapun hubungan persahabatan dan aturannya, tetap saja engkau harus memenuhi hak-haknya sebagai konsekuensi dari persahabatan.

Jika engkau mencari teman agar menemanimu dalam belajar dan mendampingimu dalam menjalankan urusan agama dan keduniaanmu, maka dalam diri calon teman tersebut perhatikanlah 5 hal.

Pertama, AKALNYA.
Tidak baik berteman dengan orang bodoh, karena berteman dengannya walaupun lama engkau tidak akan mendapatkan kebaikan apapun. Sebaik-baik keadaannya tetap akan membahayakanmu, meski dia menginginkan kebaikan untukmu. Dalam hal ini lawan yang berakal lebih baik daripada kawan yang bodoh.

Ali r.a. mengatakan :
“Jangan berteman dengan saudara yang bodoh Hati-hati dengan dirimu dan hati-hati terhadapnya Tidak sedikit orang bodoh yang membinasakan orang bijaksana Ketika dia menjadikannya sebagai saudara. Seorang itu diukur dengan orang lain tatkala dia berjalan bersama. Sebagaimana diukurnya sandal dengan sandal jika ia disandingkan. Sesuatu itu mempunyai kesamaan dan keserupaan dengan sesuatu yang lainnya.
Dan setiap hati atas hati yang lain memiliki petunjuk kala ia bertemu”

Kedua, BERKELAKUAN BAIK.
Jangan berteman dengan orang yang berakhlak buruk, yang tidak mampu menguasai diri ketika marah dan ketika senang.
Menjelang ajalnya Al Qamah Al Araridi r.a. berwasiat kepada anak lelakinya. Dia berpesan, “wahai anakku, jika engkau ingin berteman dengan seseorang, carilah teman yang jika engkau melayaninya dia akan menjagamu; jika engkau menemaninya dia memperlakukanmu dengan baik; dan jika engkau kekurangan persediaan makanan dia menyediakannya. Bertemanlah dengan orang yang jika engkau berkata, dia akan mempercayai dan membenarkan ujaranmu; jika engkau mengusahakan suatu hal, dia menyokongmu dan membantumu, dan jika terjadi konflik antara kalian berdua, dia mengalah untukmu.”

Ali r.a.berkata :
“Sesungguhnya saudara sejatimu adalah orang yang selalu ada di sampingmu. Yang rela membahayakan dirinya untuk kemashalatanmu. Serta orang yang merengkuhmu dalam pelukannya tatkala keraguan zaman telah memusingkanmu.”

Ketiga, KESHALEHAN.
Jangan berteman dengan orang fasik yang bergelimang maksiat. Orang yang takut kepada Allah tidak akan bergelimang kemaksiatan. Barang siapa tidak takut kepada Allah, pasti berbuat jahat dan tak berpendirian sesuai perubahan tempat dan waktu. Allah SWT berfirman kepada nabiNya pada QS Al Kahfi [17] : 28, “Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas.”

Hati-hati berteman dengan orang fasik. Sebab menyaksikan kefasikan dan kemaksiatan secara terus-menerus akan menghilangkan kebencian dari hatimu terhadap perbuatan maksiat tersebut dan membuatmu menganggapnya enteng. Akibat hal ini, orang-orang akan mudah menggunjing. Jika mereka melihat seorang faqih mengenakan cincin emas atau pakaian sutera, niscaya mereka mencelanya habis-habisan. Padalah menggunjing lebih besar dosanya daripada mengenakan cincin emas dan sutera.

Keempat, TIDAK TAMAK DUNIA.
Berteman dengan orang yang berambisi pada keduniaan adalah racun yang mematikan. Sebab watak manusia tercipta untuk mengikuti dan menyama-nyamai, bahkan watak yang baik, tanpa disadari suka mencuri perangai dari watak yang buruk. Berteman dengan orang yang ambisius, akan membuatmu semakin ambisius juga, sementara berteman dalam satu majelis dengan orang yang zuhud akan menambah kezuhudanmu.

Kelima, JUJUR.
Jangan berteman dengan pendusta. Sebab engkau akan terjebak oleh tipuannya. Kebohongan itu bagaikan fatamorgana. Ia mendekatkan perkara yang jauh dan menjauhkan hal yang dekat.

Jangan berteman dengan ahli bid’ah, menemaninya merupakan marabahaya yang akan membuatmu mengerjakan perbuatan bid’ah.
Jangan berteman dengan orang kikir. Orang kikir akan memutuskan sesuatu yang paling engkau butuhkan.
Jangan berteman dengan penakut. Orang penakut akan menyusahkanmu dan meninggalkanmu dalam kesulitan.

Sifat-sifat buruk di atas dimiliki juga oleh para aktivis madrasah dan masjid. Karena kondisinya seperti itu. Engkau harus memilih dua opsi.
Pertama, Uzlah, yang pasti akan memberikan jaminan keselamatanmu dari dosa.
Kedua, bergaul dengan teman-temanmu apa adanya dengan terlebih dahulu berasumsi adanya tiga model persaudaraan, yaitu :
Pertama, saudara untuk akhirat. Untuk tujuan ini, yang engkau perhatikan dari calon temanmu adalah agamanya.
Kedua, saudara untuk keduniaan. Untuk tujuan ini, yang engkau perhatikan adalah kebaikan akhlaknya.
Ketiga, saudara untuk mendapatkan ketenangan hati. Untuk tujuan ini, yang harus engkau perhatikan adalah keselamatan dari kejahatan, fitnah dan kebusukannya.

Abu Dzar r.a. mengatakan, “menyendiri lebihi baik daripada teman-teman yang jahat. Teman yang baik lebih baik daripada menyendiri.”

Manusia yang engkau jadikan saudara ada tiga macam.
Pertama, mereka yang perumpamaannya seperti makanan yang selalu dibutuhkan.
Kedua, mereka yang pemisalannya seperti obat yang dibutuhkan pada waktu tertentu saja.
Ketiga, mereka yang pemisalannya seperti penyakit yang sama sekali tidak dibutuhkan, namun seringkali menimpa orang.
Jenis manusia terakhir ini tidak membawa manfaat apapun dalam persahabatan. Untuk terbebas darinya harus menghindarinya. Menyaksikan perbuatannya bisa memberikan manfaat besar dalam upaya menjauhi perbuatan buruk,, jika engkau diberi taufik oleh Allah untuk itu. Taufik adalah engkau menyaksikan keburukan keburukan keadaannya dan perbuatannya yang engkau anggap buruk, kemudian engkau menghindarinya.
Orang yang bahagia adalah orang yang mendapat nasihat dari keadaan orang lain, karena setiap orang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar