Senin, 22 Juni 2009

Pentingnya Meluruskan Niat Niat dalam Beribadah

Pentingnya Meluruskan Niat Niat dalam Beribadah

INNAMAL A’MALU BINNIYYATI WAINNAMA LIKULLIM RII MAA NAWAA.

Sabda Rasul ini artinya: Sesungguhnya sah atau tidaknya sesuatu amal, tergantung pada "NIAT", dan amal terbatas pada apa yang ia NIATKAN.



Niat disini bukan sekedar ucapan tetapi "kesadaran" jiwa yang muncul disaat kita
akan melakukan perbuatan baik (yang ada perintah-Nya), dan tidak harus berbahasa arab, maksudnya kalau dia bisa dengan Lafadz bahasa Arab itu lebih baik, tapi kalaupun tidak bisa, maka jangan sampai karena tidak mampu dengan bahasa Arab menghambat kegiatan ibadah kita, karena sesungguhannya Allah maha mengetahui segala sesuatu, apalagi cuma bahasa.



BERIBADAH LILLAHI TA’ALA

Niat yang dimaksud, kesadaran dalam hati bahwa apa yang kita lakukan semata-mata, kesadaran "LILLAHI TA’ALA", bukan karena orang, atau ter-paksa, malu, merasa tidak enak, pamrih ingin dipuji, diperhatikan atau karena kasihan dan lain-lain. Jika tercampur dengan perasaan seperti ini maka ini akan merusak nilai pahala ibadat kita, dan sia-sialah apa yang kita kerjakan, sesuai firman Allah dalam AI-Qur’an QS 3:145 dan QS 11:15-16, yang artinya: "Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya (pahala dunia) niscaya kami berikan balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka tidak akan dirugikan. ltulah orang-orang yang tidak memper-oleh pahala di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah dikerjakan".

Naudzu billah, alangkah ruginya usaha kita, untuk itulah pentingnya meluruskan niat dalam beribadah. Sebaliknya kalau kita berniat murni melaksanakan perintah Allah, maka Allah akan membalas di dunia dan juga di akhirat inilah kelebihan kita sebagai orang islam, karena dengan hanya melaksanakan satu pebuatan baik saja, jika murni karena Allah, maka untuk dunianya pasti dapat dan akhiratnya mendapat pahala keridhoan Allah, bukankah kehidupan kita yang sebenar-benarnya adalah akhirat? Dunia ini se-kedar tempat singgah untuk cari bekal pahala akhirat, karena kita ini mahluk yang diperjalankan me-lalui 5 alam yaitu : alam ruh, alam janin, alam dunia, alam kubur, dan alam akhirat. Alam akhirat ada 2 pilihan surga dan neraka. Kesempatan menentukan pilihan itu ya di dunia ini. Jadi jika berniat "karena Allah" ibarat kita mendapatkan sekeping uang logam yang dapat 2 sisi, dengan satu niat tapi dapat 2 keun-tungan Insya Allah. Seperti do’a sapu jagat yang kita baca untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

KIAT UNTUK BERNIAT HANYA KARENA ALLAH

1. Memiliki keyakinan bahwa Al-Qur’an satu-satunya sumber kebenaran hakiki ditambah Hadits Rasul menjadi pedoman hidup di dunia. Dalam pe-ngabdian pada Allah, kita harus mengkondinisikan seolah-olah perhatian orang itu tidak ada, yang ada hanyalah pandangan Allah. Seorang ulama besar berkata "Barang siapa merasa senang amalnya di-lihat orang, maka dia itu orang yang riya". Dalam hadits Rasul menyuruh agar kalau beramal dengan tangan kanan, maka sembunyikan tangan yang kiri, maksudnya usahakan agar secara sembunyi, jika ada orang yang tahu dan membicarakannya, maka itu diluar kehendak kita asal jangan mulut kita yang menceritakan amal-amal tersebut, cukuplah Allah saja yang tahu.

2. Yakinkan diri bahwa hidup ini adalah pe-ngabdian kepada Allah QS.6:162 (Al-na’am) yang selalu kita baca dalam sholat kita/do’a iftitah. "Sesungguhnya sholatku, ibadat, dan pengabdian, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam".



IBADAH YANG BERNILAI Dl HADAPAN ALLAH

QS.51:56 (Adz-Dzariyat) dikatakan "Tidakkah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk meng-abdi/ibadah kepada-KU". Mengabdi/ibadah artinya "TAAT" pada perintah-NYA dan larangan-NYA. Dari ayat di atas seharusnya kita menyadari bahwa hidup kita untuk mengabdi kepada Allah, majikan kita hanya satu "ALLAH", apapun yang kita lakukan selama 24 jam niatkan sebagai wujud pengabdian kita pada Allah.

Muncul pertanyaan dalam diri:

1. Apakah perintah-perintah-NYA itu hanya sholat, puasa, zakat, pengajian dll? Atau apakah larangannya hanya syirik, membunuh, berzina dll?

2. Untuk kepentingan siapa perintah dan larangan tersebut? Allah atau kita?

3. Keuntungan apa yang kita peroleh dari ketaatan pada Allah?

lbadah yang bernilai itu :

1. Niat karena Allah

2. Ada perintah-NYA

Sebenarnya pengertian ibadah, yaitu taat pada perintah-NYA dan larangan-NYA itu luas sekali, tidak sekedar ibadah-ibadah ritual seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya. Kita mulai tidur dengan do’a sampai bangun tidur, kalau niat karena perintah Allah yang menciptakan malam untuk istirahat dan siang untuk mencari karunia Allah, Maka tidur kita pun bernilai ibadah ikhlas dalam tidur tidak ada iri, dendam, marah dll disaat mau tidur, bangun tidur langsung kita sadari bahwa mulai pagi ini apa-pun yang kita kerjakan sebagai wujud pengabdian kita pada Allah semata. Karena itu, mengurus anak, suami, bekerja mencari nafkah dan seluruh aktifitas kita apapun karena Allah, misal pergi arisan niatkan untuk bersilaturahmi, bukan untuk menggosip, gun-jing, riya, marah-marah, dll. Jelaslah bahwa sebenar-nya kehidupan ini tidak bisa dipisahkan antara dunia dan akhirat, atau nanti saja kalau pensiun saja baru memikirkan akhirat, justru harus seimbang antara dunia dan akhirat, sehingga hidup ini bisa bernilai ibadah taat pada perintah dan larangan-NYA.

Untuk kepentingan siapa "TAAT", jelas untuk kepentingan kita sebagai hamba-NYA, karena Allah Maha Kaya dan Maha segala-galanya. Kitalah yang perlu, karena kita menginginkan kebahagiaan di akhirat, tempat pulang kita nanti setelah mati. Keuntungan apa yang kita peroleh dengan ketaatan itu, kita lihat QS.2:38 (Al-Baqa-rah) "Barang siapa yang mengikuti petun-juk-KU (TAAT) niscaya tidak ada ke-khawatiran atas mereka dan tidak bersedih hati".



INTROSPEKSI DIRI

Wujud dan intropeksi diri: apakah selama ini dari pagi sampai malam, kegiatan yang kita lakukan semata-mata karena Alllah atau karena ego/nafsu kita, atau mungkin merupakan rutinitas seperti robot?

Tindakan/perbuatan manusia didasari oleh 2 hal yaitu:

1. Semata-mata taat menjalankan perintah "karena Allah"

2. Dorongan ego/keinginan nafsu belaka.

Karena itu dapat disimpulkan:

1. Perbuatan jika ada perintah + niat karena Allah = ibadah .... ikhlas

2. Perbuatan meski ada perintah + karena ego/nafsu = bukan ibadah .... pamrih.

Marilah kita meluruskan niat karena Allah dalam segala tindakan kita, jangan campuri dengan nafsu yang akan merusak amal kita, juga jangan terjebak rutinitas/robot yang menyebabkan hilangnya kesa-daran bahwa "hidup ini adalah pengabdian pada Allah semata". Hilangnya kesadaran ini akan mema-sukkan kita kedalam golongan orang-orang yang rugi yang digambarkan Rasullah sebagai: "Banyak ma-nusia yang tertidur di dunia ini, dan baru sadar/ter-bangun justru setelah mati". inilah orang yang rugi, karena dia menyesal tidak berbuat/beramal banyak selagi didunia, malah sibuk mengumpulkan benda tidak mengumpulkan pahala. Semoga kita mendapat hidayah Allah sehingga termasuk hamba-NYA yang mu’min beruntung dengan keridhoan Allah, ditunjukan kejalan yang lurus, bukan jalan yang sesat yang di-murkai Allah. (syirotol mustaqim, syirotol ladzina an’amta alaihim, ghoiril maghdubi alaihim waladz dzolin) amin... ©

Tidak ada komentar:

Posting Komentar