Senin, 22 Juni 2009

Arti Kebahagiaan Sebenarnya

Arti Kebahagiaan Sebenarnya
15-03-07
Oleh: Salsabila Zahrainy

Kamus Umum Bahasa Indonesia menerangkan bahwa bahagia berarti senang dan tenteram, sejahtera dan beruntung serta gembira. Kebahagiaan merupakan perasaan yang menunjukkan sikap bahagia, di dalamnya ada unsur senang, tenteram, kesejahteraan dan kenikmatan hidup lainnya.

Setiap orang memiliki tolok ukur yang berbeda-beda tentang kebahagiaan. Buat sebagian orang bahagia diartikan dengan kalau muda foya-foya, tua kaya raya dan kalau mati masuk surga. Ada sekelompok orang juga yang menganggap kebahagiaan dapat diukur dari kacamata ekonomi, maka timbullah pengelompokkan golongan seperti golongan kelas atas, kelas menengah, kelas bawah dan ekonomi lemah.

Kesenangan (pleasure) adalah salah satu unsur yang menyebabkan seseorang bahagia. Maka jangan heran jikalau banyak orang yang berlomba-lomba mengejar kesenangan hidup untuk memperoleh kebahagiaan. Banyak juga orang yang menghalalkan segala cara dan aturan untuk memperoleh kebahagiaan.


Bahagia versi Islam

Setiap selesai shalat kita selalu membaca doa sapu jagat:
“Rabbana ‘atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzaabannar”

Makna dari doa di atas adalah kita senantiasa berharap kepada Allah untuk dikaruniakan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat serta dihindari dari siksa api neraka. Sudah menjadi tabiat manusia untuk senantiasa ingin mendapatkan kebahagiaan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga telah menyebutkan dalam Al Quran Surat Ali. Imran ayat 14)

Artinya:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak* dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(QS. Ali Imran: 14)

* Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis
unta, lembu, kambing dan biri-biri.

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa manusia cenderung pada kesenangan hidup dunia. Namun di akhir ayatnya Allah mengingatkan kita bahwa manusia akan kembali pada Allah sehingga semua kesenangan dunia itu akan ditinggalkan. Oleh karena itu tidak ada yang lebih baik selain tempat kembali yang paling baik yaitu surga.

Rasulullah tidak melarang kepada umatnya untuk berlomba-lomba mencari penghidupan yang layak. Kita bahkan diwajibkan berusaha, bekerja dan berpenghasilan agar tidak menjadi miskin.


Menjadi Muslim Yang Bahagia

Banyak cara yang bisa membawa kita kepada bahagia. Ilmu, harta, jabatan, gelar, rupa dan aksesoris duniawi lainnya bukanlah satu jaminan untuk mendatangkan kemuliaan, ketenteraman, kenikmatan dan kebahagiaan dalam hidup. Kunci untuk mencapai kebahagiaan hidup adalah dengan bersyukur. Jikalau kita bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat dan karunianya seperti dalam firman Allah Surat Ibrahim ayat 7:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS. Ibrahim:7)

Dengan demikian, wajib bagi siapa pun yang merindukan hidup bahagia, baik dan benar harus mengenal kunci bersyukur.

Abdullah Gymnastiar memberikan beberapa kiat untuk menuju muslim yang bahagia melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Tidak merasa memiliki dan dimiliki kecuali meyakini segalanya milik Allah

Setiap manusia harus sadar dan paham bahwa ilmu, harta, jabatan, gelar, rupa serta aksesoris duniawi lainnya adalah amanah yang akan Allah minta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Maka, keyakinan bahwa segalanya hanya milik Allah adalah kunci yang sangat luar biasa dampaknya bagi kenyamanan dan kebahagiaan hidup kita. Bagi orang yang telah memasuki keyakinan ini, Aksesoris duniawi apapun tidak akan membuatnya menjadi sombong dan takabur. Tiadanya duniawi juga tidak akan membuatnya minder dan sengsara.

2. Selalu memuji Allah dalam segala kondisi

Lisan kita harus senantiasa terbiasa mengucapkan Hamdallah. Pujian selayaknya ditujukan kepada Allah dalam segala kondisi, baik senang maupun susah. Karena yang allah anugerahkan kepada kita baik ilmu, harta, jabatan, gelar, rupa atau kelebihan duniawi lainnya adalah kehendakNya.

Sering-seringlah kita menengok ke bawah, niscaya kita akan merasa sudah mendapat banyak nikmat yang melmpah. Tidak perlu menampakkan kelebihan yang kita miliki dan pamer diri yang akan menjatuhkan manusia kepada jurang kesombongan. Hiduplah secara wajar seerti orang biasa pada umumnya, sambil terus berkarya yang bermanfaat bagi orang banyak. Oleh karena itu siapa pun yang ingin menikmati hidup ini dengan baik dan dijamin akan dicukupi nikmat lainnya oleh Allah, hendaknya menyadari bahwa nikmat yang sesungguhnya adalah ketika kita berkarya dan berbuat banyak bagi umat. Kelebihan ilmu, harta, jabatan, gelar, rupa dan aksesoris duniawi lainnya adalah amanah yang harus kita manfaatkan untuk kemaslahatan di jalan Allah.

3. Nikmat adalah kendaraan di jalan Allah

Segala sesuatu kelebihan yang kita miliki seharusnya makin mendekatkan diri kita kepada Allah. Gunakan semua itu sebagai jalan kesuksesan dunia dan akhirat kita nanti. Seperti halnya harta. Justru harta yang berlimpah akan mengundang fitnah jika kita tidak bisa memanfaatkan di jalan Allah. Ada kalanya harta yang berlimpah justru membuat manusia terjerat dalam lingkaran perbuatan maksiat, boros, berzina, riba dan bermewah-mewahan atau perbuatan tercela lainnya. Hanya ada satu pilihan bagi yang ingin hidup mulia, yakni gunakan harta hanya untuk di jalan Allah.

4. Tahu balas budi dan berterima kasih

Rasul Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa yang telah berbuat kebaikan kepada kalian, maka hendaklah kalian membalasnya, jika kalian tidak mampu membalasnya, maka berdoalah buatnya, hingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Sebab Allah Tuhan Yang Maha Kuasa tahu berterimakasih dan sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur” (HR. Thabrani)

“Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak tahu berterimakasih kepada sesama manusa”
(HR. Ahmad)

Kita bisa pintar, kaya dan maju adalah karena jasa orang lain. Ingatlah jasa orang-orang tersebut. Begitu banyak tangan-tangan di luar diri kita pribadi yang berjasa mengantar kita memiliki segalanya. Sungguh suatu kekeliruan dan kesombongan yang besar jika kita menyangka bahwa semua yang telah didapat itu adalah hasil dari tangan kita sendiri.

Allahua'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar