Sabtu, 25 Juli 2009

SIAPAKAH AHLUS SUNNAH?

MEREKA ADALAH orang-orang yang menempuh manhaj/metodologi-nya para sahabat dan tabi’in dalam berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah seraya menggigitnya dengan gigi geraham mereka. Mendahulukan Al-Quran dan Sunnah atas setiap ucapan dan petunjuk yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, mu’amalat, akhlaq, politik, dan persatuan. Mereka adalah orang-orang yang kukuh di atas prinsip-prinsip ad-Diin dan cabang-cabangnya sesuai dengan apa yang diturunkah Allah kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. Mereka adalah orang-orang yang tampil untuk berdakwah dengan penuh semangat dan bersungguh-sungguh. Mereka adalah para pembawa bendera Ilmu Nabawi yang melumatkan segala bentuk penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, kerancuan para penyesat, dan takwil kaum jaahiliin. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengintai setiap kelompok yang menyeleweng dari manhaj Islam, seperti: Jahmiyah, Mu’tazilah, Khawarij, Rafidah (Syi’ah), Murji’ah, Qadariyah, dan setiap orang yang menyeleweng dari manhaj Allah, mengikuti hawa nafsu pada setiap waktu dan tempat, dan mereka tidak pernah mundur karena cercaan orang yang mencerca.

(Makaanatu Ahl al-Hadits, Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Wadi'i)

Khutbah Jum'at Masjidil Haram : Bahaya Menggunjing (Ghibah)

Allah SWT berfirman Dalam Al-Qur’an : " Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" (Al-Jumuah : 62 : 12)

Diriwiyatkan dari Abu Hurairah ra: Nabi saw bersabda: "Sebaik-baik hari dalam peredaran matahari adalah hari Jum'at. Pada hari Jum'at itulah Adam diciptakan, pada hari itulah Adam dimasukkan ke surga, pada hari itu pula Adam dikeluarkan dari surga, dan hari kiamat akan terjadi pada hari Jum'at." (3:6-Shahih Muslim)

Dalam hadist lainnya Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya pada hari Jum'at ada satu saat, apabila seorang muslim melakukan shalat lalu memohon suatu kebaikan maka Allah akan memenuhinya." Kapan satu saat itu? Diriwiyatkan Abu Musa Al Asya'ari ra, Rasulullah bersabda: "....saat itu adalah antara duduknya imam dan selesai shalat Jum'at."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Khutbah Jum'at Masjidil Haram : Bahaya Menggunjing (Ghibah)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
إِنّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ الله فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أََنْ لاَ إِلهَ إِلاّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.


Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullahu,

Kami berwasiat kepada diri saya sendiri, dan juga kepada kaum Muslimin, bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya. Dan barangsiapa yang takut kepada manusia, maka sesungguhnya, manusia tidak bisa memberikan manfaat sedikitpun di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita juga harus menyadari, bahwa tidak ada yang bisa mendapatkan rahmat kecuali orang-orang yang berada di atas ketakwaan.

Nasihat untuk bertakwa ini sangatlah banyak. Akan tetapi, betapa disesalkan, karena yang melaksanakannya ternyata sangat sedikit. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertakwa.

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajak bicara akal, hati, perasaan dan jiwa, akhlak dan pendidikan. Agama yang mulia ini menggariskan adanya peraturan-peraturan agar seorang muslim dapat memiliki hati yang selamat, perasaan yang bersih, menjaga kehormatan lisan, dan menjaga rahasia pribadinya, serta dapat berakhlak mulia terhadap Rabb-nya, dirinya dan seluruh manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Hari orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. (QS. Al-Hujurat: 12).

Pesan Al-Qur’an ini, merupakan jawaban atas fenomena yang kita lihat saat ini. Yakni, agar kita terhindar dari perbuatan ghibah (menggunjing), mencari-cari kesalahan orang lain. Karena menggunjing ini dapat menyebabkan terlanggarnya kehormatan, keselamatan hati dan ketenangan di masyarakat. Perbuatan menggunjing, merupakan salah satu dosa besar yang membinasakan, merusak agama para pelakunya, baik sebagai pelaku ataupun orang yang rela ketika mendengarkannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam al-Qur’an:

Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagiaan yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudarannya yang sudah mat? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat : 12)

Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah.

Menggunjing orang lain, tidak lepas dari salah satu dari tiga istilah, yang semuanya disebutkan al Qur’an, yaitu : ghibah, ifku dan buhtan.

Apabila yang Anda sebutkan tentang saudara Anda itu ada padanya, maka inilah ghibah. Apabila Anda menyampaikan semua yang Anda dengar, maka ini adalah ifku. Dan apabila yang Anda sebutkan tidak ada pada diri saudaramu, maka ini adalah buhtan.

Ghibah (menggunjing) adalah, setiap yang dapat dipahami dengan maksud penghinaan, baik berupa perkataan, isyarat atau tulisan. Ghibah ini, juga bisa berupa penghinaan seseorang tentang agama, kondisi fisik, akhlak, harta dan keturunannya. Barangsiapa yang mencela ciptaan Allah, berarti ia telah mencela penciptanya.

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam telah menyeru pelaku perbuatan ini dengan sabdanya:

يَا مََعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ اْلإِيْمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْْتَابُوا الْمُسْلِمِْينَ وَلاَ تَتّبِعُوا عَوْرَاتَهُمْ فَإِنّهُ مَنْ اتّبَعَ عَوْرَاتَهُمْ يَتّبِعُ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتّبِعُ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ

Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya, namun keimanan itu belum masuk ke dalam hatinya! Janganlah kalian mengghibah (menggunjing) kaum Muslimin. Jangan pula mencari-cari aib mereka. Barangsiapa yang mencari-cari aib mereka, (maka Allah akan mencari-cari aibnya, niscaya Allah akan membeberkan aibnya, meskipun dia di dalam rumahnya.

Tentang bahaya menggunjing ini, al Hasan berkata: “Ghibah, demi Allah, lebih cepat merusakkan agama seseoranga daripada ulat yang memakan tubuh mayit”.

Maka sungguh aneh, jika ada orang yang mengaku sebagai ahlul haq dan ahlul iman, ternyata ia melakukan perbuatan ghibah (menggunjing), sedangkan dia mengetahui akibat buruk perbuatan tersebut. Firman Allah Ta’ala mengingatkan:

Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? (QS. Al-hujurat: 12).

Jama’ah shalat jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Seburuk-buruk ghibah, yaitu menggunjing para pemimpin, para ulama, orang-orang berkedudukan, orang-orang shalihm dan orang yang mengajak berbuat adil. Pelaku ghibah ini telah mencabik-cabik kehormatan orang-orang yang terpandang yang memiliki kedudukan. Pelaku ghibah ini juga merendahkan kedudukan mereka, menghilangkan kewibawaan mereka, menghilangkan kepercayaan terhadap mereka, mencela perbuatan dan usaha mereka, dan meragukan kemampuan mereka.

Bayangkan, tidak disebut orang yang mulia di hadapannya, kecuali direndahkannya. Tidaklah muncul seorang yang mulia, kecuali dicelanya. Tidak pula orang shalih, kecuali dia akan menuduhnya. Pelaku ghibah ini, senang menuduh orang-orang terpercaya, menggunjing orang-orang shalih. Pelaku ghibah menanamkan permusuhan dan membingungkan orang-orang kebanyakan, memutuskan silaturrahmi dan memecah persatuan.

Allahu Akbar! Apakah seorang muslim layak bersikap demikian kepada saudaranya?

Wahai pelaku ghibah! Setiap orang pasti dicintai dan dibenci, diridhai dan dimarahi, disukai dan dimusuhi.

Orang yang berakal, dalam mencintai kekasihnya, ia tidak akan berbuat secara berlebihan; sebab mungkin suatu hari orang yang dikasihinya tersebut akan dibencinya. Sebaliknya, manakala seorang muslim harus membenci, maka dia pun bersikap sewajarnya; sebab, mungkin suatu hari orang yang dibencinya aka menjadi kekasihnya. Oleh karena itu, jadilah orang yang selalu menegakkan kebenaran dan bersikap adil. Jangan sampai ketidak-sukaan membuatmu bersikap zhalim. Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.(QS. Al Maidah : 8).

Wahai saudara-saudaraku seiman, jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Jika dikatakan keapda Anda : “Fulan telah menggunjingmu, sampai kami merasa kasihan kepadamu “. Maka jawablah dengan perkataan : “Seharusnya, dialah yang patut engkau kasihan”.

Bertakwalah kita kepada Allah.Sungguh beruntung orang yang bisa menahan diri, tidak berlebihan dalam berbicara. Sungguh beruntung orang yang bisa menguasai lisannya. Sungguh beruntung orang yang terhindar dari menggunjing orang lain, karena ia mengetahui yang ada pada dirinya. Sungguh beruntung orang yang berpegang dengan petunjuk al Qur’an, kemudian menghadap Allah dengan hati yang kusyu’, lisan yang jujur, dan ikhlas mencintai saudaranya.

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hasyr: 10).

KHUTBAH KEDUA

اََْلْحَمْدُ لله ذِي اْلعَرْشِ الْمَجِيْدِ، الَفَعّالُ لِمَا يُرِيْدُ، أَحَاطَ بِكُلّ شَيْئٍ عِلْمًا، وَهُوَ عَلَى كُلّ شَيْئٍ شَهِيْدٌ، وَمَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، هُوَ أَقْرَبُ إِلى عَبْدِهِ مِنْ حَبْلِ اْلوَرِيْدِ. وَأَشْهَدُ أَنّ سَيّدَ نَا وَنَبَيّنَا مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ نَاشِرُ أَعْلاَمِ التّوْحَيْدِ، صَلّى الله وَسَلّمَ وَبَارَِكَ عَلَيْهِ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مِنْ صَالِحِ اْلعَبِيْدِ، وَسَلّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمّا بَعْدُ:



Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Kami mengingatkan kembali, hendaklah kita jauhi perbuatan ghibah atau menggunjing orang lain. Ketahuilah, orang yang mendengarkan ghibah, ia mendapatkan dosa yang sama seperti pelakunya. Sehingga orang yang mendengarkan ghibah tidak selamat dari dosa, kecuali jika ia mengingkari dengan lisannya, atau dengan hatinya. Apabila bisa, hendaklah ia tinggalkan majelis atau tempat tersebut, atau memutusnya dengan mengalihkan kepada pembicaraan yang lain. Karena, orang yang diam ketika mendengar ghibah, maka ia termasuk bergabung dengan pelakunya. Ibnu Mubarak mengingatkan: “Pergilah dari orang yang menggunjing, sebagaimana engkau lari dari kejaran singa”.

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Setiap orang memiliki cacat dan aib, kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kita jangan merasa mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain. Daripada mengurusi aib orang lain, mengapa kita tidak menyibukkan diri dengan aibsendiri? Jagalah hak dan kehormatan saudaramu! Dalam sebuah hadits dinyatakan :

Barangsiapa yang membela daging (kehormatan) saudaranya dari ghibah, maka menjadi hak Allah untuk membebaskannya dari api Neraka.

Barangsiapa yang berkata tentang seorang mu’min yang tidak ada padanya, (maka) Allah akan menempatkannya pada lumpur ahli Neraka, sampai dia keluar dari apa yang dia ucapkan.

Barangsiapa berbuat kezhaliman terhadap saudaranya (orang lain), hendaklah dia meminta maaf atas kezhalimannya. Karena (pada hari Kiamat), di sana tidak ada dinar (dan) tidak pula dirham sebagai penebusnya, sebelum diambil kebaikan dari dirinya untuk saudaranya tersebut. Apabila dia tidak memiliki kebaikan, maka diambillah kejelekan saudaranya tersebut dan dilimpahkan kepadanya.

Diangkat dari Khutbah Jum’at Syaikh Shalih bin ‘Abdullah bin Humaid, di Masjid al Haram, Makkah al Mukarramah.

--------------------------------------------------------------------------------------



Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana

Semoga bermanfaat
Billahit taufiq wal hidayah
Wassalamualaikum wr.wb
IpeHa
E-MAIL : imamph@ptppa.com

"Utamakan SELAMAT dan SEHAT untuk duniamu, Utamakan AKHLAK, SHOLAT dan ZAKAT untuk akhiratmu"

Memaknai "Ritualisme"

Ibrahim berasal dari Australia. Ia berganti nama, tempat tinggal, dan agama. Ia memilih tinggal di daerah Bandung Utara. Para tetangganya, yang rumah-rumahnya berjejer di pinggir jalan besar, berasal dari kelompok sosial ekonomi tinggi. Hampir semuanya muslim dan sudah Haji. Sebagian di antara mereka sudah umrah berkali-kali. Di belakang rumah gedongan itu, ada perkampungan kumuh. Di situ, ada seorang janda yang rumahnya yang kecil dipergunakan untuk pengajian anak-anak kampung yang tidak mampu. Setiap usai shalat Magrib, anak-anak tidak mampu itu mengaji dengan memperebutkan Alqur’an lama yang jilidnya sudah robek.

Ibrahim terharu menyaksikan mereka. Ia berusaha membantu mereka dengan menyediakan fasilitas belajar yang lebih baik. Ia bertanya kepada saya, "Mengapa ratusan ribu orang Indonesia pergi melakukan ibadah haji, menghabiskan miliaran rupiah, tetapi tidak memperhatikan pendidikan anak-anak yang tidak mampu? Saya bertekad tidak akan naik haji, sebelum anak-anak dikampung itu mendapat pendidikan yang layak."

Ibrahim belum lama masuk Islam. Ia bingung mengapa miliaran uang dibuang hanya untuk sebuah upacara ibadah. Saya bingung juga untuk menjelaskan bahwa haji adalah rukun Islam yang kelima. Haji jelas termaktub dalam Alqur’an dan sunnah, sedangkan membantu pendidikan tidak disebutkan di dalam keduanya dengan tegas.

“Tidak ada balasan bagi haji mabrur selain surga”, begitu hadist Nabi SAW. Apa pahala yang kita peroleh untuk membiayai pendidikan? Bila orang yang mampu tidak mau naik haji, ia akan mati sebagai Nasrani atau Yahudi.

Namun apabila orang kaya mengabaikan pendidikan orang miskin di sekitarnya, ia akan mati biasa saja. Bila orang meneteskan air mata di ‘Arafah, Tuhan akan mengampuni seluruh dosanya. Bila anda meneteskan air mata di gubuk orang miskin, anda hanya akan dianggap orang cengeng saja.

Saya ingin menjelaskan semuanya kepada Ibrahim. Tetapi, saya segera sadar: semua argumentasi itu lahir karena saya rasa ia menyerang cara beragama saya selama ini. Ia menghujat pemaknaan saya terhadap syariat Islam. Ia bahkan memukul hati nurani saya. Jauh didalam lubuk hati, saya mulai bertanya-tanya juga. Layakkah kita menghabiskan dana begitu besar untuk kepuasan spiritual yang sifatnya individu?

Tetapi, bila kita meninggalkan ibadah haji, tidakkah kita mengabaikan salah satu tonggak penting ajaran Islam? Jawaban yang paling baik tentu saja haji dan sekaligus menolong fakir miskin. Yang begini ini lebih mudah diomongkan daripada dilakukan. Kenyataannya, karena dana terbatas, ktia memilih salah satu. Yang kita pilih, tentu saja haji.

Mengapa?

Argumentasi yang sama berulang. Haji jelas perintah yang termaktub dalam nash. Apakah membantu pendidikan tidak ada dalam nash? Mungkinkah Allah SWT mengatur kaki mana yang pertama masuk ke toilet mengabaikan persoalan pendidikan masyarakat? Soal "kaki mana yang dipilih" hampir tidak mempengaruhi kejayaan umat Islam. Kepedulian tentang pendidikan jelas menentukan masa depan umat.

Saya terkejut. Saya telah jatuh pada ‘ritualisme’. Ada dua ciri pokok ritualisme.

Pertama, keterikatan pada makna tersurat dari teks-teks keagamaan. Bila tidak tercantum tegas dalam nash, kita mengabaikannya.

Kedua, kita menjalankan ritus-ritus keagamaan dengan setia, tetapi kita lupa pada tujuan ritus-ritus itu. Kita sibuk memperhatikan letak tangan dalam berdiri saat shalat, namun lupa akan implikasi shalat kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita hapalkan betul ucapan takbir, tetapi mengabaikan esensi takbir, yaitu mengecilkan diri kita dan hanya membesarkan Tuhan semata.

Keduanya bisa saling berkaitan. Kerena kita memusatkan perhatian hanya pada bunyi teks, kita melupakan konteks. Karena kita tertarik hanya pada segi-segi ritual, kita mengabaikan teks yang merujuk pada hal-hal yang esensial. Kita hapal betul ucapan Rasulullah SAW. Bahwa haji mabrur tidak mempunyai balasan kecuali surga. Kita abaikan penjelasan Nabi sesudah itu. Ketika Nabi saw ditanya tentang tanda-tanda haji mabrur, beliau berkata, "Berbicara yang bagus dan memberikan makanan untuk orang miskin."

Ketika berbagai cara haji disampaikan kepadanya, Nabi saw. Bersabda,"Boleh, tidak apa-apa." Beliau tidak mempersoalkan ritus-ritus itu. Ketika para sahabat memperselisihkan prosedur haji, ayat Alqur’an turun::”…barangsiapa yang menetapkan niat dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh berkata kotor, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji. (QS 2: 197).

Jangan sekali-kali diartikan bahwa ritus-ritus itu tidak penting. Ia tetap penting dan tetap harus dilakukan. Ritualme keliru karena berhenti pada ritus. Pada ritualisme, agama tampak hanya sebagai serangkaian upacara formal yang kering dan tidak bermakna.

Berkenaan dengan ritualisme inilah Rasulullah saw. Bersabda, "Akan datang kepada manusia, satu zaman, ketika Tuhan-tuhan mereka adalah perut, kiblat mereka seks, agama mereka uang, kemuliaan mereka kekayaan. Tidak tersisa dari iman, kecuali namanya,; tak tersisa dari Islam, kecuali upacaranya; tak tersisa dari Alqur’an, kecuali pelajarannya. Mesjid-mesjid mereka ramai, tetapi hati mereka kosong dari petunjuk. Merkea tidak mengenal ulama, kecuali pakaian keulamaannya yang bagus. Mereka tidak mengenal Alqur’an, kecuali dari suara bacaannya yang bagus. Mereka duduk rapat di masjid, tetapi zikirnya dunia dan kecintaannya dunia." (kitab Jami’k al-Akbar).

Ibrahim benar ketika ia mengkritik ritualisme pada kebanyakan kita. Tetapi, ia keliru ketika bertekad untuk tidak naik haji karena melihat orang yang mengabaikan pendidikan. Ia bergabung dengan sebagian orang yang meloncat kepada makna yang paling dalam dengan meninggalkan ritus-ritus lahirnya: mereka mengatakan bahwa ritus-ritus itu hanya wahana saja untuk mencapai tingkat spiritual yang tinggi. Ketika mereka menyatakan tidak perlu wahana lagi, mereka sudah mengklaim dirinya sebagai orang suci. Klaim itu, dalam tasawuf disebut sebagai ‘ujb (merasa kagum dengan dirinya). Iblis jatuh karena itu.

Ritualisme sama ekstremnya dengan substansialisme. Eksoterisme sama satu sisinya dengan esoterisme. Sebagiamana Allah (Dialah Yang Lahir dan Yang Batin – QS 57: 3), seorang muslim menjalankan dimensi keberagamaannya yang lahir dan yang batin sekaligus. Wallahualam bissawab

Dikutip tanpa izin dari tulisan Ustadz KH Jalaluddin Rakhmat, “Reformasi Sufistik”, Oktober 1998

Semoga Bermanfaat
Wassalamualaikum wr.wb
Imam Puji Hartono (IPH)

Healing Words from Jalaluddin Rumi

Healing Word from Jalaluddin Rumi
Kata-kata Bijak Yang Menyembuhkan Jiwa

Sang Penjaga Hati tidak akan meninggalkanmu, baik dalam kasih sayang ataupun kekejaman.
Juga dalam kekafiran maupun persaksian.
Kemanapun engkau tautkan hatimu pada sesuatu, keperkasaan-Nya akan merobekmu.
Wahai hati, jangan engkau taruh dirimu di sembarang tempat, jangan!

.*¤*.

Allah tidak memerlukan Nabi-Nabi, tapi dengan keagungan dan karunia membuat keindahan sinar-Nya memancar.
Dari sinar itu Adam menerima ilmu tentang Allah.
Dari pancaran cahaya itu Ibrahim menghadapi api tanpa rasa takut

.*¤*.

Jalan kehidupan rohani membuat badan remuk kemudian memulihkannya menjadi sehat.
Dan menghancurkan harta berharga dan dengan harta itu dapat membangun lebih baik dari sebelumnya

.*¤*.

Para pecinta pasti mencari yang dicintai.
Pencarian itu memancar diatas wajah dan kepala mereka bagaikan aliran deras menuju gelombang-Nya.
Tapi, sesungguhnya hanya Dia-lah Sang pencari.
Para pecinta ibaratnya hanyalah bayang-bayang

.*¤*.

Tidak menepati janji adalah karena kebodohan;
Menepati apa yang dikatakannya adalah kebiasaan orang bertakwa kepada Allah dengan rasa cinta

.*¤*.

Dia ada pada orang yang wajahnya mendapat senyuman manis sang kekasih, apa yang merugikannya dari pandangan kecut orang lain?

.*¤*.

Ingatlah!
Penyesalan yang memancar dari dalam dan mengucurkan air mata.
Halilintar dan awan yang demikian diperlukan.
Tanpa halilintar dihati dan semburan hujan dari mata, bagaimana api Illahi yang murka akan dapat dipadamkan?

.*¤*.

Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar itulah yang terbaik bagimu!
Dan karena itulah, hati seorang pecinta lebih besar ketimbang Singgasana Tuhan

.*¤*.

Ketahuilah, Cinta adalah madrasah dimana Yang Maha Kuasa sebagai gurunya.
Kita semua ibarat siswanya, dan kata-kata ini adalah bacaan kita

.*¤*.

Makhluk-makhluk bergerak karena Cinta, yaitu Cinta oleh Keabadian tanpa permulaan.
Saksikan, angin menari-nari digerakan kuasa semesta.
Karena itulah Ia pun bisa menggerakan pepohonan

.*¤*.

Orang yang arif, pada saat terjadi malapetaka akan berjaga-jaga untuk menghindari, kematian teman-teman menjadi peringatan

.*¤*.

Dulu,
hatiku dan Cinta bekerja sama.
Namun, sedikit demi sedikit, kini aku mulai bisa mengingat.
Secara lahiriah, memang seakan diriku telah melahirkan cinta.
Namun cintalah yang sesungguhnya telah melahirkanku

.*¤*.

Jika saja bukan karena keridhaan-Mu, apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini dengan Cinta-Mu?

.*¤*.

Rasulullah berkata,"Mataku tidur, tapi hatiku tidak tidur terhadap Rabb Yang Menciptakan Segalanya."
Mata kamu terjaga, dan hati kamu tenggelam dalam tidur;
mataku tidur, tapi hatiku merenungkan terbukanya pintu rahmat Tuhan

.*¤*.

Iblis bertanya,
"Dapatkah kau menceritakan kebohongan dari kebenaran, kau yang sudah dijejali angan-angan?"
Mu'awiyah menjawab,
"Nabi sudah beri petunjuk, sebuah ujian untuk mengetahui mana uang logam palsu dan mana yang benar."
Dia berkata, "Yang palsu kacaukan hati, tapi kebenaran membawa ketenangan yang menggembirakan

.*¤*.

Menampar Speilberg (joke)

Menampar Speilberg

Suatu malam di Amerika, seorang pria China masuk ke sebuah bar dan melihat sutradara kondang Steven Spielberg. Dengan hati gembira, dia bergegas menghampiri menghampiri untuk minta tanda tangan.

Sayang, bukan tanda tangan yang didapat, Speilberg malah menamparnya dan berkata, “kalian orang Chinese, mengebom Pearl Harbour, enyah dari sini.” Spontan pria itu menjawab, “Bukan Chinese yang mengebom Pearl Harbour, tapi Japanese”.

“Chinese, Japanese, Taiwanese, kalian sama saja” ujar Speilberg. Merasa dongkol atas perlakuan tadi, dia balas menampar Speilberg dan berseru, “Kamu yang menenggelamkan Titanic, kakek moyang saya ada di kapal itu!”

Terkejut, speilberg menjawab, “Iceberg (gunung es) yang menenggelamkan kapal itu, bukan saya!” Pria China itu lalu berkata dengan kalem, “Iceberg, Speilberg, Carlsberg, kalian semua sama saja…”

(Humor ini memenangkan award sebagai “the best joke” dalam sebuah kompetisi di Inggris)

Masjid Al-Aqsha Riwayatmu dulu

Masjid Al-Aqsha Riwayatmu dulu


sumber: Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Setelah Nabi Sulaiman berkuasa, di atas tempat peletakkan tâbût ia membangun masjid besar yang kemudian dikenal dengan al-Masjid al-Aqsha (didirikan sekitar 1.000 tahun sebelum Masehi). Kalau kita membaca Al-Quran surat Al-Isrâ’, ada keterangan sangat menarik yang bisa dijadikan sebagai titik tolak untuk mempelajari bagaimana nasib al-Masjid al-Aqsha. Firman Allah Swt.:

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَاءِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي اْلأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا {4} فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ أُوْلاَهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ أُوْلِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلاَلَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً {5} ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاهُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا {6} إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ اْلأَخِرَةِ لِيَسُوئُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَاعَلَوْا تَتْبِيرًا {7}

Dan Kami memberi peringatan (yang jelas) kepada Bani Israil di dalam Kitab, bahwa mereka akan dua kali membuat kerusakan di muka bumi dan merasa unggul dengan kesombongan yang besar (dan dua kali mereka diazab). Maka ketika peringatan pertama sudah berlaku, Kami utus kepadamu hamba-hamba Kami yang berkekuatan dahsyat; mereka menyusup ke dalam kampung-kampung; dan itulah peringatan yang sudah (sepenuhnya) terlaksana. Kemudian Kami berikan kepada kamu giliran melawan mereka; dan Kami bantu kamu berupa harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu golongan yang lebih besar. Kalau kamu berbuat baik, berbuat baiklah untuk dirimu sendiri. Kalau kamu berbuat jahat, (perbuatanmu) untuk dirimu sendiri. Maka jika peringatan kedua sudah lalu (Kami mengizinkan musuh-musuhmu) akan merusak wajah-wajahmu, dan mereka memasuki Kuil sebagaimana telah mereka masuki pertama kali, dan mereka membinasakan segala yang berada di bawah kekuasaan mereka (Q., 17: 4-7).

Kapan itu terjadi? Menurut para ahli tafsir, yang pertama ialah ketika Nebukadnezar menyerbu Palestina, kurang lebih 600 tahun Sebelum Masehi atau kurang lebih 300-an tahun setelah Nabi Sulaiman. Orang-orang Babilon merajalela di seluruh pelosok Palestina; mereka tidak hanya meratakan tanah Yerusalem atau Al-Quds atau Al-Bayt Al-Maqdis, bahkan orang Yahudi diboyong ke Irak (Babilonia) dan dijadikan budak. Inilah masa perbudakan bangsa Yahudi.

Bangsa Babilon kemudian berperang dengan orang Persi. Perang Persi ini menjadi contoh bagi Inggris pada waktu Perang Dunia ke-2. Orang Inggris kira-kira berkata begini kepada orang Yahudi, “Hey orang Yahudi, kami sedang berperang melawan Jerman, kalau kamu menolong kami dan kami menang, kamu boleh kembali ke Palestina.” Itu permulaan riwayat Israil melalui Bellfor Declaration. Dulu, orang Persi juga melakukan tindakan seperti itu. “Hey orang Yahudi, kita sedang berperang dengan orang Babilon, kalau kami menang kamu boleh kembali ke Palestina, kamu akan bebas dari perbudakan.” Ternyata Persi menang. Orang Yahudi pun diperbolehkan kembal ke Palestina, diperbolehkan membangun masjid asalkan tidak megah; tetapi orang Persi tetap memegang kendali.

Hal tersebut berjalan selama ratusan tahun, sampai datang raja Yahudi bernama Herod yang agung. Dia sebetulnya orang Arab, tetapi menjadi raja Yahudi. Sekitar 30-an tahun sebelum Nabi Isa lahir, masjid yang sudah dihancurkan pun dibangunnya kembali. Konon, bangunan itu lebih hebat daripada yang semula. Ketika bangunan masjid itu berdiri megah, Nabi Isa melihat hal-hal yang tidak beres. Meski masjid itu seolah-olah proyek Mercusuar, tetapi akhlak orang Yahudi sendiri telah rusak. Masjid tidak berfungsi, malahan di depannya terjadi praktek lintah darat. Oleh karena itu, ada cerita tentang Nabi Isa yang masuk ke masjid itu dan keluar sambil menendangi meja-meja kaum lintah darat seraya mengutuk, “kalau begini suatu saat Allah Swt. akan mengirimkan azab lagi kepada kalian dan masjid ini pasti hancur”.
Kutukan tersebut memang terjadi, yaitu ketika pada tahun 70 Masehi Titus dari Roma menyerbu dan menghancurleburkan Palestina, termasuk masjidnya. Hal demikian terjadi karena orang Yahudi tidak mau tunduk kepada Roma. Di samping itu, menurut pandangan keagamaan, orang Yahudi memang telah menyimpang dari yang benar, misalnya mempraktikkan lintah darat. (Fenomena riba sebetulnya dipelopori orang-orang Yahudi; istilah bankrut di masa sekarang berasal dari bahasa Latin bankarota, banka artinya meja dan rota artinya roboh).

Lebih dari itu, Titus juga melarang orang Yahudi tinggal di Palestina. Inilah awal pengalaman bangsa Yahudi paling menyedihkan yang disebut diaspora. Diaspora artinya merana di muka bumi tanpa tanah air dan selalu dihina orang. Mereka hidup di ghetto-ghetto (ghetto adalah tempat kumuh, dan erat sekali terkait dengan orang Yahudi; kalau di Eropa, yang disebut ghetto adalah tempat kumuh orang Yahudi). Inilah sebetulnya yang disebut oleh Al-Quran,

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآءُو بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِئَايَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ اْلأَنبِيَآءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ

Mereka selalu ditimpa kehinaan (seperti kemah) di mana pun mereka berada, kecuali bila mereka berpegang pada tali (janji) dari Allah dan tali (janji) dari manusia (Q., 3: 112).

Artinya, Bangsa Israil akan terlepas dari kehinaan apabila mereka memelihara hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.

Demikianlah, orang-orang Roma kemudian berusaha mengikis habis sisa-sisa keyahudian dari Yerusalem. Bahkan nama Yerusalem (Al-Quds, tempat suci) pun tidak boleh digunakan. Yerusalem selanjutnya dijadikan pusat pemujaan kepada Dewi Aelia (sebuah patung Dewi dari Roma yang namanya Aelia). Patung Dewi Aelia didirikan persis di atas Ka’bah orang Yahudi. Nama Yerusalem pun diganti menjadi Aelia Capitolina yang berarti kota Aelia. Maka, pada waktu Umar membuat perjanjian dengan orang-orang Yerusalem, perjanjian itu disebut “Perjanjian Aelia” (Mîtsâq Aelia). Setelah menjadi pusat penyembahan berhala, Konstantin masuk Kristen.

Masjidil Haram 2010 (Pakai Payung Raksasa)

Renovasi dan perluasan tahap keempat Masjidil Haram bisa menghilangkan lanskap Mekkah kuno. Wilayah sekeliling masjid terbesar dan tersuci sedunia ini menjadi kawasan real estate termahal sejagat. Harga tanah mencapai Rp 625 juta per meter persegi.

Suara klakson truk-truk pengangkut material bangunan membelah ratusan jamaah yang bergegas menuju Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, suatu siang di penghujung Juni lalu. Di tengah sengatan matahari gurun sepanas 44 derajat celsius, para jamaah menepi sembari menutup hidung. Mereka terkepung kepulan debu pekat dari roda truk yang menjejak tanah tak rata akibat reruntuhan gedung.

Belasan ribu bangunan hotel, rumah, toko, dan kantor, yang dulu memenuhi sisi barat daya hingga utara Masjidil Haram, kini nyaris rata dengan tanah. Suasana di lokasi seluas 230.000 meter persegi itu awut-awutan. Persis seperti zona perang. Bukit-bukit reruntuhan bangunan menyembul sepanjang tebaran mata. Beberapa gedung masih tegak berdiri, tapi nyaris tanpa dinding.

Ratusan truk, buldozer, dan crane milik kontraktor Saudi bin Laden terlihat hilir mudik. Sedangkan mesin-mesin pengungkit raksasa menjulang di angkasa, di sekeliling bangunan dan menara Masjidil Haram yang terbungkus kerangka besi. Semua ini membuat tampilan anggun masjid terluas di dunia itu seperti dalam kartu pos sama sekali tak terlihat.

Renovasi besar-besaran itu mulai berderap Mei lalu atas perintah Abdullah, selaku Penjaga Dua Kota Suci (Khadimul Haramain). Raja Abdullah ingin menambah 35% kapasitas Masjidil Haram. Pada saat ini, masjid seluas 356.000 meter persegi itu mampu menampung hingga 2 juta jamaah di dalam dan di halaman.

Proyek pengembangan keempat itu bisa dibilang yang terbesar. Menurut data dari Kementerian Urusan Kota dan Desa, yang dipublikasikan kantor berita KPA, Pemerintah Arab Saudi akan memperluas halaman masjid, membangun tempat parkir, dan memperluas lokasi sa'i antara Bukit Shafa dan Marwah menjadi tiga tingkat.

Pembangunan intensif juga terjadi di Mina, Musdalifah, dan Arafah, yang menjadi rangkaian tempat pelaksanaan ibadah haji. Tempat pelemparan jumrah ditata ulang demi keamanan jamaah. Jaringan transportasi subway juga akan dibangun mulai seputar Masjidil Haram hingga Arafah.

Proyek yang diperkirakan baru tuntas tahun 2020 itu bakal menyerap dana hingga US$ 100 milyar (Rp 920 trilyun). Gelontoran dana superbanyak ini mencakup pembangunan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, apartemen, dan hotel-hotel baru di Mekkah.

Sumber pendanaannya beragam, dari asing hingga dana internal Saudi yang tengah menikmati berkah melambungnya harga minyak dunia, yang nyaris menyentuh US$ 150 per barel. Meski proyek itu tergolong amat besar, para investor sama sekali tak ragu menanamkan modalnya. ''Bagi mereka, tempat ini adalah safe haven yang menjanjikan keuntungan besar. Musim haji dan umrah rutin berjalan tiap tahun, dengan jumlah muslim dunia yang terus bertambah,'' kata Imad Awad, Head of Equity Capital Markets NBD Investment Bank.

Setiap tahun, jumlah jamaah haji mencapai 4 juta orang, plus belasan juta jamaah umrah. Selama lima tahun mendatang, jumlahnya meningkat hingga 10% setiap tahun. Data Kadin Mekkah menyebutkan, tahun lalu, belanja para jamaah haji dan umrah mencapai 10 milyar riyal (Rp 25 trilyun) di Mekkah saja.

Kehadiran 15-an juta jamaah itu tentu saja membutuhkan akomodasi tempat tinggal serta kesempatan beribadah yang nyaman dan memadai. Inilah salah satu landasan utama Raja Abdullah menggelar renovasi dan perluasan Masjidil Haram dan seluruh lokasi ibadah haji lainnya. Menurut Fahas bin Al-Jarboa, Wakil Sekretaris Jenderal Supreme Commission for Tourism in Saudi Arabia, megaproyek itu bakal mengubah seluruh kawasan seputar Masjidil Haram. ''Kami berharap, ini juga akan mengubah Mekkah secara dramatis,'' kata Fahas.

Dramatis, karena pembersihan kawasan sekitar Masjidil Haram tak segan meruntuhkan bangunan megah hotel bintang lima dan empat sekalipun. Mulai Hotel Sheraton, Hotel Sofitel, Hotel Qurtuba, Hotel Zahret, Hotel Darkum, Hotel Talal, Hotel Firdaus Umrah, hingga Hotel Firdaus Mekkah, semuanya akan diratakan dengan tanah. Hotel-hotel ini, bersama bangunan perumahan lainnya, masuk areal seluas 587.250 meter persegi di seluruh Mekkah yang harus ditata ulang.

Jika ditotal, renovasi Masjidil Haram dan kota Mekkah dijalankan lewat 973 proyek baru. Terbagi menjadi beberapa wilayah, seperti 85 proyek di wilayah Syamiyah yang terletak di sisi barat laut hingga utara Masjidil Haram. Kawasan ini akan dipenuhi hotel bintang lima, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan restoran.

Di sisi barat Masjidil Haram yang meliputi kawasan Jabal Umar dan Jabal Ka'bah dibangun hal serupa. Plus stasiun kereta api induk, areal parkir yang mampu memuat 12.000 mobil, pasar, dan fasilitas umum lainnya. Sebuah terowongan sepanjang 1.000 meter akan dibangun menembus Jabal Umar dan menyambung ke Jalan Ummul Qura.

Di sisi tenggara dan selatan, yang mencakup kawasan Jabal Khandama, dibangun hunian untuk menampung 240.000 orang. Salah satu proyek terbesar di kawasan ini adalah Abraj al-Bait. Proyek pembangunan tujuh menara pencakar langit ini selesai tahun depan dan sanggup menampung 65.000 orang. Di kawasan ini juga dibuat jalur pejalan kaki menuju Masjidil Haram, yang terhubung dengan dua jalan utama.

Meski perombakan besar-besaran kali ini diiringi dengan pembangunan fasilitas angkutan massal dan pelayanan publik lainnya, bagi sebagian ahli sejarah dan tata kota, perubahannya terlalu besar. Salah satu pihak yang keberatan adalah Sami Angawi, arsitek dan pendiri Centre for the Custodian of the two Holy Mosques Institute for Hajj Research. Sami menilai, mereka tengah menyaksikan detik-detik terakhir Mekkah tampak seperti pada saat diciptakan Tuhan dengan lanskap dan gunung-gunungnya.

Pemerintah Saudi ingin meratakan gunung-gunung di Mekkah supaya lebih banyak lahan datar. ''Mestinya lanskap kota Mekkah tradisional tetap dipertahankan. Jangan hanya memikirkan bagaimana menampung sebanyak mungkin orang dan seberapa banyak uang yang bisa diperoleh,'' ujar Sami.

Beberapa pihak lain menyayangkan pembangunan gedung pencakar langit di sekitar Masjidil Haram itu. Sebab gedung pencakar langit itu akan menutupi pandangan dari Ka'bah dan landmark di sekelilingnya. Kondisi ini akan menghilangkan keseimbangan letak Masjidil Haram, yang secara filosofis dipandang sebagai contoh pusat keseimbangan dunia. ''Alasan mereka bisa dipahami. Tapi, di sisi lain, kita butuh tempat untuk menampung jamaah,'' kata Lahem al-Nasser, seorang ahli perbankan Islam yang mendukung megaproyek perluasan Masjidil Haram itu.

Megaproyek ini juga memicu kenaikan harga properti di Mekkah. Kini harga tanah mencapai 250.000 riyal (Rp 625 juta) per meter persegi di kawasan sekitar Masjidil Haram. Nyaris dua kali lipat dari harga tanah di Monako, negara yang selama ini memiliki kawasan real estate paling mahal menurut data Global Property Guide. "Malah para pengembang mengira, harga tanah akan naik empat kali lipat hingga 1 juta riyal (Rp 2,5 milyar) per meter,'' ujar Imad Awad. Harga tanah yang paling mahal ini terletak di area yang bisa melihat langsung pemandangan Ka'bah.

Kisah Imam Orang Miskin

Kisah Imam Orang Miskin
(KH Jalaluddin Rakhmat)

“Hai Ali,” kata Nabi saw kepada salah seorang sahabatnya yang sangat dikasihinya, “orang miskin bangga mempunyai Imam seperti kamu, dan kamu pun bangga menjadi Imam mereka.” Kelak Ali menjadi khalifah Islam yang keempat, menggantikan Utsman.

Ia membuat kebijakan-kebijakan yang membela orang miskin dan memotong tangan-tangan para kapitalis yang menindas. Waktu itu, kapitalis disebut sebagai saudagar.

Ingin tahu bagaimana khalifah yang adil itu dalam kehidupan sehari-harinya? Simak laporan seorang anak muda yang hidup pada zamannya dan menjadi ulama besar pada zaman berikutnya. Namanya Syu’bi.

“Pada suatu hari aku melewati Baitul Mal (Kantor Pusat Bulog). Imam Ali tengah mengawasi distribusi kekayaan negara. Aku melihat para budak hitam dalam satu barisan bersama para saudagar. Mereka mendapatkan bagian yang sama. Dalam waktu sekejap, tumpukan mata uang emas dan perak habis terbagi. Khazanah negara pun kosong. Imam Ali berdoa dan meninggalkan kantor itu dengan tangan hampa. Ia telah memberikan bagiannya kepada seorang perempuan tua yang mengadu karena bagiannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.”

Jangan pikir bahwa karena Syu’bi mengatakan bahwa para saudagar dan budak mendapatkan bagian yang sama, Anda kira Imam tidak adil. Para saudagar itu mendapat jatah yang sama setelah sebagian harta mereka diambil oleh negara. Karena itu, para saudagar membentuk persekongkolan rahasia untuk menjatuhkan Ali. Bersama para pemimpin kabilah, mereka menjauh dari Ali.

Utsman bin Hanif, salah seorang sahabat dekatnya, memberikan nasehat kepada Khalifah: “Anda telah berhasil melaksanakan tugas-tugas Anda, mulai dari mekanisme distribusi keuangan publik secara adil, menyama-ratakan bagian bagi para pejabat pemerintah dan rakyat jelata, mengangkat status orang hitam dan Persia sehingga setingkat dengan orang Arab, memberikan bagian sama besar antara budak dengan tuannya, menghapuskan hak-hak istimewa bagi para pejabat pemerintah, dan terakhir menghapus pemberian fasilitas dan tunjangan khusus bagi pejabat. Semuanya itu telah mendatangkan kerugian bagi Anda.

Lihatlah, inilah yang menjadi sebab menjauhnya para tokoh dan sudagar Arab dari Anda. Mereka memilih untuk mendekati Muawiyah. Apa gunanya orang-orang miskin, orang-orang cacat, janda-janda tua, dan budak-budak hitam itu bagi Anda? Apakah mereka mampu membela dan melayani Anda?”

Mungkin di zaman sekarang ini, Utsman bin Hanif boleh kita sebut sebagai penasehat khusus Presiden. Dengarkan jawab Sang Khalifah: “Tidak akan aku biarkan para tokoh yang berpengaruh dan saudagar kaya raya mengeksploitasi umat Islam. Aku sangat membenci sistem distribusi uang negara yang tidak adil. Aku tidak akan pernah membiarkan hal seperti ini. Kekayaan ini milik rakyat, berasal dari rakyat, dan diperuntukkan bagi rakyat. Bukan para saudagar dan tokoh yang membuat kekayaan ini. Mereka hanya menjarahnya dari rakyat, mengkorupsi uang pajak dan lain-lainnya. Jumlah pajak yang mereka korupsi jauh lebih banyak daripada yang mereka kembalikan kepada negara. Mereka menyelewengkan dana pajak itu untuk kepentingan pribadi mereka. Perilaku mereka yang korup dan suka menyelewengkan keuangan negara itulah yang menjadi keprihatinanku selama ini. Aku malah gembira jika mereka menjauhiku. Aku tidak mengharapkan pengabdian orang-orang cacat dan orang-orang miskin. Aku mengerti sepenuhnya mereka tidak mampu mengabdi kepadaku. Ketahuilah, aku hanya ingin menolong mereka, karena mereka tidak mampu menolong diri mereka sendiri. Mereka juga manusia sama seperti kamu dan aku. Semoga Allah memberikan kekuatan bagiku untuk menjalankan semua tugas ini.” (Dikutip dengan beberapa perubahan redaksional dari Gold Profile of Imam Ali).

Tuhan memang menganugrahkan kekuatan dan ketabahan pada Imam Ali. Ia bangga memihak rakyat miskin. Ia tidak peduli pada “politicking” yang dilakukan orang-orang kaya. Keadilan harus ditegakkan walaupun langit harus runtuh. Keadilan harus menjadi sistem pemerintahannya, walaupun ia akhirnya terbunuh. Sebagaimana Rasulullah, kaum muslim menyebutnya Imamul Masâkin. George Jordac, penulis dari kaum Kristiani, menyebutnya Shawtul ‘Adâlatil Insâniyyah, suara keadilan insani.

Ada orang yang mengkritik Ali sebagai politisi yang gagal. Musuh-musuhnya bertambah. Kawan-kawannya mengkhianatinya. Ia gagal mempertahankan kekuasaannya. Missi Ali bukan untuk merebut dan menegakkan kekuasaan. Tidak ada satu pun ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk merebut kekuasaan.

Al-Quran berpesan, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan, sebagai saksi-saksi untuk Tuhan, walaupun bertentangan dengan kepentingan dirimu, atau orang tuamu, atau karib kerabatmu. Dan jika ia pun kaya ataupun miskin; karena Allah lebih baik dalam melindungi mereka. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu sehingga tidak berbuat adil.” (AQ 4:135).

Khalifah Ali kita tampilkan untuk mengingatkan para pemimpin dan pejabat di negeri ini yang berlomba untuk menerbitkan kebijakan yang memotong urat nadi nafkah orang banyak; buat para saudagar yang bekerja sama dengan para pejabat untuk mengeruk keuntungan dari keringat dan darah rakyat kecil; buat para pembuat hukum yang membuat peraturan yang melarang orang berderma atau berdagang di pinggir jalan; juga buat para hakim yang mengusulkan fasilitas dan tunjangan tambahan puluhan bahkan ratusan juta. Duhai, jika sekiranya Ali atau orang seperti Ali menjadi pemimpin negeri ini!

Khutbah Jum’at : NASIHAT MEMPERBAIKI RUMAH TANGGA MUSLIM

Allah SWTberfirman Dalam Al-Qur’an : " Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" (Al-Jumuah : 62 : 12)

Diriwiyatkan dari Abu Hurairah ra: Nabi saw bersabda: "Sebaik-baik hari dalam peredaran matahari adalah hari Jum'at. Pada hari Jum'at itulah Adam diciptakan, pada hari itulah Adam dimasukkan ke surga, pada hari itu pula Adam dikeluarkan dari surga, dan hari kiamat akan terjadi pada hari Jum'at." (3:6-Shahih Muslim)

Dalam hadist lainnya Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya pada hari Jum'at ada satu saat, apabila seorang muslim melakukan shalat lalu memohon suatu kebaikan maka Allah akan memenuhinya." Kapan satu saat itu? Diriwiyatkan Abu Musa Al Asya'ari ra, Rasulullah saw bersabda: "....saat itu adalah antara duduknya imam dan selesai shalat Jum'at."

--------------------------------------------------------------------------------

Khutbah Jum’at : NASIHAT MEMPERBAIKI RUMAH TANGGA MUSLIM


KHUTBAH PERTAMA:


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sudah menjadi kewajiban seorang hamba untuk senantiasa bersyukur kepada Allah yang telah melimpahkan banyak sekali kenikmatan. Syukur yang diwujudkan dalam bentuk pujian dan ketaatan terhadap perintahNya. Oleh karena itu, ketakwaan men-jadi salah satu wujud syukur kepada Allah yang harus dilakukan seorang hamba dalam kehidupannya. Di antara ketakwaan terse-but adalah membina keluarga menjadi keluarga yang dinaungi, sakinah, mawaddah wa rahmah.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Keluarga Islami menjadi bibit masyarakat yang baik, karena keshalihan individunya dipengaruhi oleh keshalihan keluarga dan keshalihan satu masyarakat juga dipengaruhi oleh keshalihan ke-luarga.

Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap permasalahan rumah tangga dengan menjelaskan asas pembentukannya dan sebab-sebab yang dapat melanggeng-kan ikatan rumah tangga tersebut, agar rumah tangga itu kokoh dan diliputi rasa cinta, ketenangan, kasih sayang dan rahmat. Allah Ta’ala berfirman,


وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar-Rum: 21).

Dari sinilah harus ada dalam pasangan suami istri rasa saling membutuhkan dan saling melengkapi, serta saling mengerti keadaan pasangannya dengan terus mengingat Firman Allah Ta’ala,


هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفاً فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَت دَّعَوَا اللّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحاً لَّنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ


"Dialah yang menciptakanmu dari diri yang satu, dan dari padanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dia mencampurinya, istrinya mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Rabbnya seraya berkata, 'Sesungguhnya jika Engkau memberi anak yang sempurna tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur'." (Al-A'raf: 189).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kita semua mendambakan rumah tangga yang dipenuhi cinta, ketenangan, dan kasih sayang. Satu nuansa rumah tangga yang menjadi impian dan harapan kita semua. Namun hal itu tidak mudah diwujudkan apalagi di zaman ini.

Perlu diketahui, rumah tangga yang sakinah dan mawaddah ini harus ditegakkan dengan dasar saling pengertian, dan semua aktivi-tasnya dilakukan dengan musyawarah dan saling ridha. Inilah yang diajarkan al-Qur`an kepada kita berkenaan dengan satu kasus yaitu menyusui anak dan menyapihnya. Allah Ta’ala berfirman,


وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلاَّ وُسْعَهَا لاَ تُضَآرَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلاَ مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالاً عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُواْ أَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ


"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan susuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan ahli waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusya-waratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Baqarah: 233).

Dalam ayat yang mulia ini, Allah mengajari kita semua bagaimana pentingnya sikap saling pengertian, bermusyawarah dan keridhaan dalam satu rumah tangga, sehingga terwujud keluarga bahagia yang dibangun di atas sikap menghormati dan mewujudkan hak-hak suami istri, pergaulan yang baik dan membuka cakra-wala yang luas dalam rumah tangga. Dengan demikian diharapkan rumah tangga tersebut dapat merasakan kecintaan dan ikatan yang kokoh kuat, serta pasangan suami istri tersebut dapat merasa-kan ketenangan dan kebahagiaan yang telah dijelaskan Allah di dalam al-Qur`an.

Namun perlu diingat, jiwa kita terkadang egois dan emosional. Terkadang timbul dalam perasaan kita kebencian dan ketidaksu-kaan terhadap istri kita dan setan pun mendapatkan kesempatan yang ditunggu-tunggunya untuk menghancurkan tatanan rumah tangga Muslim dan meluluh-lantakkannya. Oleh karena itu, Allah membimbing kita semua untuk melakukan tindakan preventif de-ngan berfirman,


وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيرا


"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (An-Nisa`: 19).

Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan, "Mungkin dalam kesabaran kamu mempertahankan keutuhan rumah tanggamu, dan dalam keadaan benci tersebut ada kebaikan yang besar bagimu di dunia dan akhirat". Akan tetapi masih banyak kaum Muslimin yang memperturutkan emosinya sehingga menghancurkan rumah tangganya dan menjadikan permasalahan kecil menjadi besar, perselisihan kecil menjadi besar, sehingga menghilangkan ikatan cinta dan kasih sayang tersebut dan menggantikannya dengan kebencian dan keke-rasan yang berakhir pada perceraian dan kehancuran rumah tangganya.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Perlu diingat dan diperhatikan, bahwa rumah tangga Muslim memiliki peran dan tugas dalam masyarakatnya, di antaranya:

Menegakkan hukum Allah dan merealisasikan syariatNya da-lam menegakkan rumah tangganya dan memperbanyak keturunan, karena hal itu akan menjadi kekuatan dan kemulian bagi umat ini. Rasulullah Shalallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,


تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ.

"Nikahilah wanita yang penuh kasih sayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan banyaknya kalian terhadap umat-umat lainnya." (HR. an-Nasa`i).

Demikian juga membina dan mendidik anak-anak, itu menjadi tugas penting rumah tangga Muslim, karena rumah merupakan sekolah pertama bagi sang anak dalam menerima akidah, dasar-dasar agama dan ketentuan syariatnya. Ini semua tidak dapat di-realisasikan dengan menyerahkannya kepada pembantu rumah tangga atau lainnya.

Semua ini menjadi tanggung jawab setiap keluarga Muslim.


Sudahkah keluarga kita menjalankan tanggung jawab pendidikan ini sekarang?


Sudahkah kita tanamkan kepada anak-anak kita cinta Islam dan pendidikan agama yang cukup, sehingga mereka mampu meng-hadapi tantangan globalisasi dan westernisasi serta gelombang penghancuran akhlak lainnya?

Apakah kita rela membiarkan anak-anak kita hidup dengan penghancur akhlak yang sadar atau tidak sadar kita bawa ke dalam rumah kita? Ataukah kita tanamkan adab sopan santun Islam pada mereka?

Ingatlah, pendidikan mereka adalah amanah yang harus dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah di Hari Kiamat nanti. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tuntunan dalam hal ini, beliau bersabda,


كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. اَلْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا.

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam (penguasa) adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpinnya, seorang laki-laki adalah pemimpin pada keluarganya, dan ia dimintai pertanggung-jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpinnya." (Muttafaq 'Alaihi).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di antara amanah yang dipikul setiap kepala keluarga adalah membersihkan rumahnya dari semua kemungkaran dan mengharuskan anggota keluarga mengamalkan kewajiban dan perkara-perkara Sunnah dalam agama. Demikian juga membentuk ikatan yang kuat antar anggota keluarga dan menanamkan pada mereka cinta Islam dan syariatnya.
Semua ini dalam rangka mewujudkan perintah Allah dalam FirmanNya,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ


"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; pen-jaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak men-durhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6).


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


KHUTBAH KEDUA :


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا


Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Amanah yang diemban dalam rumah tangga Muslim demikian beratnya, apalagi di zaman ini, di mana gelombang penghancur keimanan dan akhlak demikian banyak dan beragam. Gelombang budaya jahiliyah yang disebarkan lewat aneka bentuk media massa, baik yang dibaca maupun yang didengar dan dilihat, mulai dari surat kabar, tabloid, majalah, radio, VCD/CD sampai televisi dan internet. Semua ini membuat hati seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir merasa takut dan was-was, apakah ia dapat selamat dari implikasi buruk media massa tersebut. Dan juga sangat mengkhawatirkan keselamatan anak-anak dan generasi penerusnya.

Apalagi bila melihat keadaan generasi muda di negara kita ini yang telah merosot akhlaknya dan telah jauh dari agamanya.

Tidakkah kita sadari dan lihat sendiri bagaimana media-media tersebut menghancurkan tiang-tiang rumah tangga Muslim, merusak akhlak anggotanya dan menghilangkan rasa malu dari kaum wanita? Media-media tersebut mengajak kaum wanita, baik yang dewasa maupun anak-anak untuk telanjang, menampakkan auratnya dan bercampur baur serta seks bebas dengan dalih kebebasan dan hak asasi manusia. Pornografi dan pornoaksi dibela mati-matian dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan bagian dari seni. Ditambah penayangan gaya hidup selebritis yang dipenuhi syah-wat dan nafsu birahi di televisi, surat kabar dan media massa lainnya.

Sungguh, ini semua wahai kaum Muslimin! Adalah gelom-bang perusak rumah tangga Muslim, perusak akhlak dan moral anggota keluarga kita bahkan masyarakat dan bangsa kita. Cukuplah bagi kita, realitas yang ada di sekeliling kita sebagai bukti bahaya dan implikasi buruk media-media tersebut untuk menjadi pelajaran berharga bagi setiap Muslim dalam menjaga keutuhan rumah tangga dan keluarganya.

Berhati-hatilah wahai kaum Muslimin! Dari media-media tersebut, jangan sampai fitnah yang ada padanya kita masukkan ke dalam rumah kita, sehingga merusak tatanan rumah tangga dan keluarga kita. Setelah itu penyesalan tiadalah berguna.

Berapa banyak keluarga yang hancur akibat itu semua!

Berapa banyak anak-anak rusak dan melakukan pelanggaran norma-norma agama dan masyarakat dengan sebab media-media tersebut!

Untuk itu, marilah kita semua bertakwa kepada Allah dengan menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Hal ini tentunya dengan berusaha memperbaiki rumah tangga kita dengan mengembalikan seluruh aspeknya kepada aturan dan norma agama Islam. Aturan yang telah membentuk generasi terbaik umat ini dan me-rubah mereka menjadi pahlawan dan panutan yang agung setelah mereka berkubang dalam kejahiliyahan. Itulah mereka para sahabat Rasulullah yang terbina dalam rumah tangga yang didasari iman dan takwa.

Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk membentuk dan memperbaiki rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang penuh ketenangan, kecintaan, dan kasih sayang dengan mengamalkan syariat Islam.


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ


Oleh: Kholid Syamhudi, Lc.

Dikutip dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta).

.

LIFE's HANDBOOK 2009

-----Original Message-----
From:
Sent: 19 Februari 2009 10:15
To:
Subject: Life's Handbook 2009
---------------------------------------------------------------------------------
40 LIFE's HANDBOOK 2009

Health:

1. Drink plenty of water.
2. Eat breakfast like a king, lunch like a prince and dinner like a beggar.
3. Eat more foods that grow on trees and plants and eat less food that is manufactured in plants.
4. Live with the 3 E's -- Energy, Enthusiasm, and Empathy.
5. Make time to practice meditation, yoga, and prayer.
6. Play more games. (Slot Machines, etc …….)
7. Read more books than you did in 2008.
8. Sit in silence for at least 10 minutes each day.
9. Sleep for 7 hours.
10. Take a 10-30 minutes walk every day. And while you walk, smile.

Personality:

11. Don't compare your life to others. You have no idea what their journey is all about.
12. Don't have negative thoughts or things you cannot control. Instead invest your energy in the positive present moment.
13. Don't over do. Keep your limits.
14. Don't take yourself so seriously. No one else does.
15. Don't waste your precious energy on gossip.
16. Dream more while you are awake.
17. Envy is a waste of time. You already have all you need.
18. Forget issues of the past. Don't remind your partner with his/her mistakes of the past. That will ruin your present happiness.
19. Life is too short to waste time hating any one. Don't hate others.
20. Make peace with your past so it won't spoil the present.
21. No one is in charge of your happiness except you.
22. Realize that life is a school and you are here to learn. Problems are simply part of the curriculum that appear and fade away like algebra class but the lessons you learn will last a lifetime.
23. Smile and laugh more.
24. You don't have to win every argument. Agree to disagree.

Society:

25. Call your family often.
26. Each day give something good to others.
27. Forgive everyone for everything.
28. Spend time with people over the age of 70 & under the age of 6.
29. Try to make at least three people smile each day.
30. What other people think of you is none of your business.
31. Your job won't take care of you when you are sick. Your friends will. Stay in touch.

Life:
32. Pray to GOD more than you did in 2008.
33. Do the right thing!
34. Get rid of anything that isn't useful, beautiful or joyful.
35. GOD heals everything.
36. However good or bad a situation is, it will change.
37. No matter how you feel, get up, dress up and show up.
38. The best is yet to come.
39. When you awake alive in the morning, thank GOD for it.
40. Your Inner most is always happy. So, be happy.

Setan itu seperti Anjing

Jalaluddin Rumi pernah bercerita tentang seorang penduduk Konya yang punya kebiasaan aneh; ia suka menanam duri di tepi jalan. Ia menanami duri itu setiap hari sehingga tanaman berduri itu tumbuh besar. Mula-mula orang tidak merasa terganggu dengan duri itu. Mereka mulai protes ketika duri itu mulai bercabang dan menyempitkan jalan orang yang melewatinya. Hampir setiap orang pernah tertusuk durinya. Yang menarik, bukan orang lain saja yang terkena tusukan itu, si penanamnya pun berulang kali tertusuk duri dari tanaman yang ia pelihara.

Petugas kota Konya lalu datang dan meminta agar orang itu menyingkirkan tanaman berduri itu dari jalan. Orang itu enggan untuk menebangnya. Tapi akhirnya setelah perdebatan yang panjang, orang itu berjanji untuk menyingkirkannya keesokan harinya. Ternyata di hari berikutnya, ia menangguhkan pekerjaannya itu. Demikian pula hari berikutnya. Hal itu terus menerus terjadi, sehingga akhirnya, orang itu sudah amat tua dan tanaman berduri itu kini telah menjadi pohon yang amat kokoh. Orang itu tak sanggup lagi untuk mencabut pohon berduri yang ia tanam.

Di akhir cerita, Rumi berkata: "Kalian, hai hamba-hamba yang malang, adalah penanam-penanam duri. Tanaman berduri itu adalah kebiasaan-kebiasaan buruk kalian, perilaku yang tercela yang selalu kalian pelihara dan sirami. Karena perilaku buruk itu, sudah banyak orang yang menjadi korban dan korban yang paling menderita adalah kalian sendiri. Karena itu, jangan tangguhkan untuk memotong duri-duri itu. ambillah sekarang kapak dan tebang duri-duri itu supaya orang bisa melanjutkan perjalanannya tanpa terganggu oleh kamu."

Perjalanan tasawuf dimulai oleh pembersihan diri dengan pemangkasan duri-duri yang kita tanam melalui perilaku kita yang tercela. Jika tidak segera dibersihkan, duri itu satu saat akan menjadi terlalu besar untuk kita pangkas dengan memakai senjata apa pun. Praktek pembersihan diri itu dalam tasawuf disebut sebagai praktek takhliyyah, yang artinya mengosongkan, membersihkan, atau mensucikan diri. Seperti halnya jika kita ingin mengisi sebuah botol dengan air mineral yang bermanfaat, pertama-tama kita harus mengosongkan isi botol itu terlebih dahulu. Sia-sia saja bila kita memasukkan air bersih ke dalam botol, bila botol itu sendiri masih kotor. Proses pembersihan diri itu disebut takhliyyah. Kita melakukan hal itu melalui tiga cara; lapar (upaya untuk membersihkan diri dari ketundukan kepada hawa nafsu), diam (upaya untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang tumbuh karena kejahatan lidah), dan shaum.

Setelah menempuh praktek pembersihan diri itu, para penempuh jalan tasawuf kemudian mengamalkan praktek tahliyyah. Yang termasuk pada golongan ini adalah praktek zikir dan khidmah atau pengabdian kepada sesama.

Suatu saat, Imam Ghazali ditanya oleh seseorang, Katanya setan dapat tersingkir oleh zikir kita, tapi mengapa saya selalu berzikir namun setan tak pernah terusir?

Imam Ghazali menjawab, Setan itu seperti anjing. Kalau kita hardik, anjing itu akan lari menyingkir. Tapi bila di sekitar diri kita masih terdapat makanan anjing, anjing itu tetap akan datang kembali. Bahkan mungkin anjing itu bersiap-siap mengincar diri kita, dan ketika kita lengah, ia menghampiri kita. Begitu pula halnya dengan zikir, zikir tidak akan bermanfaat bila di dalam hati kita masih kita sediakan makanan-makanan setan. Ketika sedang memburu makanan, setan tidak akan takut untuk digebrak dengan zikir mana pun. Pada kenyataannya, bukan setan yang menggoda kita tetapi kitalah yang menggoda setan dengan berbagai penyakit hati yang kita derita. Zikir harus kita mulai setelah kita membersihkan diri kita dari berbagai penyakit hati dan menutup pintu-pintu masuk setan ke dalam diri kita.

Dalam Islam, seluruh amal ada batas-batasnya. Misalnya amalan puasa, kita hanya diwajibkan untuk menjalankannya pada bulan Ramadhan saja. Demikian pula amalan haji, kita dibatasi waktu untuk melakukannya. Menurut Imam Ghazali, hanya ada satu amalan yang tidak dibatasi; yaitu zikir. Al-Quran mengatakan: Berzikirlah kamu kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab: 41)

Dalam amalan-amalan lain selain zikir yang diutamakan adalah kualitasnya, bukan kuantitasnya. Yang penting adalah baik tidaknya amal bukan banyak tidaknya amal itu. Kata sifat untuk amal adalah amalan shâlihâ bukan amalan katsîrâ. Tapi khusus untuk zikir, Al-Quran memakai kata sifat dzikran katsîrâ bukan dzikran shâlihâ. Betapa pun jelek kualitas zikir kita, kita dianjurkan untuk berzikir sebanyak-banyaknya. Karena zikir harus kita lakukan sebanyak-banyaknya, maka tidak ada batasan waktu untuk berzikir.

Allah swt memuji orang yang selalu berzikir dalam setiap keadaan. Al-Quran menyebutkan: Orang-orang yang berzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring. (QS. Ali Imran: 191) Dalam ayat lain, Allah berfirman: Setelah selesai menunaikan shalat,maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah, dan berzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya. Supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu ah: 10) Bahkan ketika kita mencari anugerah Allah, bekerja mencari nafkah, kita tak boleh meninggalkan zikir.

Al-Quran menyebutkan orang yang tidak berzikir sebagai orang yang munafik. Dalam surat Al-Nisa ayat 142, Tuhan berfirman: Dan tidaklah mereka (orang munafik) berzikir kepada Allah kecuali sedikit saja. Jadi, salah satu ciri orang munafik adalah zikirnya sedikit.

Kita tidak usah ragu untuk mengamalkan zikir, meskipun makhraj kita banyak yang keliru. Untungnya, zikir yang paling utama, yaitu kalimat agung Allah adalah zikir yang paling mudah untuk dilafalkan oleh siapa saja. Bahkan oleh orang Jepang sekali pun yang kesulitan dalam mengucapkan huruf lam. Sehingga kecil kemungkinan untuk mengucapkannya secara salah. Allah swt berulang kali memerintahkan kepada Nabi, makhluk yang paling dikasihinya, untuk memelihara zikirnya.

Dalam surat Al-Muzammil ayat 7-8, Tuhan berfirman: Sesungguhnya kamu pada siang itu bertasbih yang panjang dan berzikirlah kamu kepada Tuhanmu dan berserahdirilah kepada Dia dengan penyerahan diri yang sepenuhnya. Allah juga berfirman khusus kepada Rasulullah saw: Berzikirlah kamu menyebut asma Tuhanmu pada waktu pagi dan sore. Dan di waktu malam hendaklah kamu bersujud kepada-Nya dan bertasbihlah pada malam yang panjang. (QS. Al-Insan: 25-26) Nilai panjangnya suatu malam tidak diukur oleh jam tapi oleh lamanya kita berzikir.

Dalam ayat lain, Tuhan berfirman: Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang. (QS. Qaf: 39-40) Kemudian dalam surat Al-Thur ayat 48-49, Tuhan berfirman: Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar). Surat Al-Muzammil ayat 6 berbunyi: Sesungguhnya bangun di waktu malam itu mempunyai dampak yang sangat kuat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Yang dimaksud dengan bacaan di waktu malam adalah zikir.

Perintah zikir kepada Rasulullah saw adalah juga sekaligus perintah zikir kepada umat Rasulullah saw yang harus mencontoh Nabinya yang mulia. Kita temukan dalam ayat-ayat Al-Quran itu perintah untuk berzikir pada waktu pagi dan sore. Zikir diperintahkan untuk dilakukan sebanyak-banyaknya tetapi lebih diutamakan pada waktu pagi dan sore.

Perintah zikir juga terdapat dalam beberapa hadis Nabi. Rasulullah saw bersabda: Allah swt berfirman, Aku akan menyertai hamba-Ku ketika dia berzikir kepada-Ku dan ketika bibirnya menyebut nama-Ku. Pada hadis lain, Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang ingin selalu berjalan-jalan di taman surga, hendaklah dia memperbanyak zikir kepada Allah azza wa jalla. Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw ditanya, Amal apa yang paling utama? Rasulullah saw menjawab, Amal paling utama adalah engkau mati dan bibirmu masih basah menyebut Allah Ta ala. Hadis yang lain menyebutkan Rasulullah saw bersabda, Masukilah waktu pagi dan sore dengan lidahmu yang basah dengan zikir kepada Allah.

Berikutnya Rasulullah saw bersabda, Allah Ta ala berfirman: Apabila hamba-Ku berzikir kepada-Ku sendirian, Aku pun akan menyebut namanya sendirian. Apabila hamba-Ku menyebut nama-Ku dalam suatu kumpulan, Aku pun akan menyebut namanya dalam kumpulan yang lebih utama dari kumpulan dia. Dan apabila dia mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekatkan diri kepadanya satu siku. Apabila dia mendekatkan diri kepada-Ku sambil berjalan, Aku akan mendekatkan diri kepadanya sambil berlari.

Hadis ini menyatakan tentang bolehnya zikir berjamaah dan tentang keutamaan majelis-majelis zikir. Hadis ini sekaligus menyanggah pendapat Ibnu Taimiyyah yang menjelaskan bahwa zikir berjamaah itu bid ah. Ibnu Taimiyyyah, yang terkenal karena kebenciannya kepada tasawuf dan tuduhannya bahwa para sufi itu kafir, berkata: Sesungguhnya majelis zikir itu bid ah. Karena tidak ada di zaman Rasulullah saw dan para sahabatnya. Yang ada di zaman Rasulullah saw itu adalah majelis untuk mengajarkan Al-Quran dan fikih. Adapun majelis zikir adalah bid ah yang dibuat oleh orang-orang yang menisbahkan dirinya kepada pengikut tasawuf abad ke-2 Hijriah. Setelah itu, pada majelis zikir itu masuk tarian, nyanyian, dan memukul-mukul genderang yang mengacaukan zikir.

Pada beberapa kelompok tarekat, zikir dibaca sambil menabuh genderang atau alat musik lain. Sampai sekarang, tarekat Maulawi yang bersumber kepada Jalaluddin Rumi, membaca zikir sambil menari. Mengenai Jalaluddin Rumi dan zikir terdapat satu riwayat yang menarik: Pada suatu saat, Rumi mengasingkan diri atau khalwat untuk menulis bukunya yang terkenal Matsnawi-e Ma nawi. Setelah khalwat, ia keluar dan menjumpai sekumpulan orang yang berdiskusi secara filosofis tentang sumber kehidupan manusia. Mereka berkesimpulan bahwa darahlah yang menjadi sumber kehidupan manusia. Rumi lalu meminta pisau dan mengerat pembuluh nadinya sendiri. Darah keluar dari tubuh Rumi sampai ia pucat pasi. Setelah itu, Rumi menari-nari dengan menyebut asma Allah selama berjam-jam dan ia tidak mati. Kemudian Rumi berkata, Yang menghidupkan kita sebenarnya bukan darah atau makanan, tetapi dzikrullah.

Rumi yang mengajarkan zikir sambil menari banyak dikritik para ulama. Sebetulnya, sebelum menjadi sufi, Rumi adalah seorang ahli fikih. Ketika ulama datang menggugat tarian zikirnya, Rumi berkata pada ulama itu, Bukankah kamu seorang ahli fikih? Kamu pasti tahu kaidah fikih yang berbunyi: Dalam keadaan darurat, yang terlarang pun diperbolehkan. (Misalnya ketika kita kelaparan, daging babi pun menjadi halal untuk kita makan, -red.) Ulama ahli fikih itu pun menjawab, Ya, memang begitu. Lalu Rumi berkata, Saya ingin tarian-tarian itu bisa menyelamatkan ruh yang sudah mati. Bila untuk tubuh yang mati saja, barang yang haram diperbolehkan, apalagi untuk ruh manusia yang lebih berharga dari tubuhnya. Itu pun jika menari dianggap haram. Sekiranya haram sekali pun, tapi bila menari dapat menyelamatkan ruh kita, maka menari menjadi halal.

Zikir bisa diklasifikasikan berdasarkan apa yang kita baca. Menurut Abu Atha Al-Sukandari, zikir dapat dikelompokkan menjadi zikir yang berisi pujian kepada Allah swt, misalnya subhânallâh (Mahasuci Allah), alhamdulillâh (segala puji bagi Allah), dan lâilâha illallâh huwa allâhu akbar (tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Agung), tapi ada juga zikir yang berisi doa kepada Allah. Misalnya rabbanâ âtinâ fid dunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah. Zikir pun bisa berisi percakapan kita dengan Allah swt. Dalam zikir itu hanya terdapat ungkapan perasaan kita kepada Allah. Zikir seperti itu disebut Munajat. Orang yang sudah mencapai maqam tertentu, selalu berzikir dengan Munajat.

Petikan kuliah KH. Jalaluddin Rakhmat pada Paket Kuliah Tasawuf: Meraih Cinta Ilahi, tanggal 15 Desember 1999 di Gedung SMU (Plus) Muthahhari. Transkripsi oleh Ilman Fauzi R.

MENDIDIK ANAK ALA RASULULLAH

MENDIDIK ANAK ALA RASULULLAH
DR.KH.M.Quraish Shihab

Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal. Padahal, salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik. Nah, Rasulullah adalah suri tauladan yang terbaik, karenanya mari kita berkaca dari sepercik cara mendidik anak ala beliau.

Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal. Kita dalam hal ini berada dalam lingkaran setan, anak didik tidak berkualitas ternyata karena gurunya yang kurang bermutu, akhirnya pendidikannya gagal. Memang salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik, yang sebelumnya perlu dididik pula. Sebenarnya kalau melihat ke sejarah Nabi, problema ini baru terselesaikan karena Allah Swt. turun tangan.

Anak didik dibentuk oleh empat faktor. Pertama, ayah yang berperan utama dalam membentuk kepribadian anak. Bahkan, dalam Al-Quran hampir semua ayat yang berbicara tentang pendidikan anak, yang berperan adalah ayah. Kedua, yang membentuk kepribadiannya juga adalah ibu; ketiga, apa yang dibacanya (ilmu); dan keempat, lingkungan. Kalau ini baik, anak bisa baik, juga sebaliknya. Begitu pula baik-buruk kadar pendidikan kita.

Empat faktor ini belum tentu semuanya terwujud. Ketika Allah Swt. menetapkan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya, maka yang membentuk kepribadiannya adalah Allah Swt. Sebab, bila diserahkan kepada masyarakat atau keluarga, maka ia tidak akan sempurna, bisa jadi keliru. Dalam hal ini, Tuhan yang melakukan, sedangkan masyarakat atau keluarga diberi peranan yang sangat sedikit. Itu sebabnya bila telah selesai peranan ayah, maka dia diambil-Nya meninggal dunia. Ini karena Tuhan tidak mau beliau dididik bapaknya. Begitu lahir dibawa ke desa dan ketika usia remaja baru ketemu ibunya. Namun, ibunya pun kemudian diambil-Nya. Selain itu, beliau lahir di lingkungan dengan gaya hidup yang terbelakang, bahkan hampir tidak tersentuh oleh peradaban. Padahal, waktu itu Mesir, Persia, dan India semunya sudah maju. Dalam hal ini, Allah Swt. ingin mendidik langsung beliau untuk menjadi pendidik, yakni figur yang diteladani bagaimana seharusnya mendidik. Itu sebabnya beliau bersabda, Addabanî Rabbî fa Ahsana Ta'dîbi ("Yang mendidik saya itu adalah Tuhan"). Juga, Bu'itstu Mu'alliman ("Saya diutus-Nya menjadi pengajar, pendidik").

Kita ambil beberapa inti dari kisah hidup Rasulullah Saw. Beliau bersabda, "Bila ingin anak yang membawa namamu itu tumbuh berkembang dengan baik, maka pilih-pilihlah tempat kamu meletakkan spermamu, karena gen itu menurun". Jadi, sebelum anak lahir kita harus memilih hal yang baik, karena gen ini mempengaruhi keturunan. Pakar pendidikan mengakui bahwa ada faktor genetik dan pendidikan. Walaupun mereka berbeda pendapat yang mana lebih dominan, namun yang jelas keduanya punya pengaruh. Penulis pribadi cenderung berpendapat yang lebih dominan itu sebenarnya pada pendidikan, bukan sperma (gen). Sebagai analogi, bila kita lagi sumpek, masakan kita bisa tidak enak. Di sini ada pengaruh dari emosi dan sikap pada saat membuat suatu masakan. Jadi, bila ingin anak yang baik, maka harus ditanamkan perasaan yang enak, harmonis, dan penuh keagamaan sewaktu memproduksinya. Ini berpengaruh kepada jabang bayi. Ketika membuatnya dalam situasi ketakutan, maka anaknya pun akan menjadi penakut. Anak yang lahir di luar nikah itu berbeda dengan anak yang lahir dari hubungan yang sah. Karena semua orang sadar dalam hati bahwa perzinahan itu buruk, maka hal ini nantinya dapat berpengaruh terhadap anak. Karena itu pula, Nabi Saw. memerintahkan untuk memilih tempat-tempat yang baik saat menanamkan sperma kita dan dianjurkan sebelumnya untuk membaca doa dan tidak dihantui rasa takut atau cemas.

Di dalam Al-Quran diterangkan, Nisâukum hartsun lakum (Isteri kamu adalah ladang buatmu). Di sini Al-Quran mengumpamakan suami sebagai "petani" dan isteri sebagai "ladang". Kalau petani menanam tomat, apakah apel yang tumbuh? Siapa yang salah, bila si suami menghendaki anak laki-laki namun yang lahir perempuan, petani atau ladangnya? Tentu petani. Setelah ditanam, semestinya benih itu dipelihara. Bila ada hama, maka perlu dipupuk, disirami, dan dipelihara dengan baik. Setelah ada hasilnya, maka perlu dicuci dulu bila ingin dimakan. Dan bila ingin dijual, juga dibersihkan dulu dan dikemas sedemikian rupa agar dapat bermanfaat. Ini sebenarnya pelajaran dalam Al-Quran. Agar buah yang lahir dari kehidupan suami-isteri ini bisa membawa manfaat sebanyak mungkin, maka harus memperhatikan sang isteri (ibu). Dari sini, sekian banyak anjuran untuk memberikan makanan yang bergizi bagi seorang ibu. Di masa Nabi Saw, buah yang paling banyak adalah kurma. Kurma itu memiliki vitamin dan karbohidrat yang tinggi. Nabi Saw. berkata, "Isteri-isteri kamu yang sedang hamil, maka berilah ia kurma agar supaya anaknya lahir sehat dan gagah".

Hal di atas menunjukkan bahwa jauh sebelum anak dilahirkan, ternyata Islam telah memiliki landasan dan tempat berpijak. Lalu, apa yang perlu diperankan orang tua sekarang? Pertama, satu hal yang perlu digarisbawahi, begitu seorang anak lahir, Islam mengajarkan untuk diadzankan. Walaupun anak itu belum mendengar dan melihat, tapi ini memiliki makna psiko-keagamaan pada pertumbuhan jiwanya. Anak yang baru beberapa hari lahir, kalau ia ketawa, anda jangan menduga bahwa ia ketawa karena atau dengan ibunya, tapi karena ia merasakan kehadiran seseorang. Para pakar mengatakan demikian, karena ada orang yang lahir buta tetap tersenyum saat ibu mendekatinya. Jadi, seorang bayi memiliki rasa pada saat mendengar adzan, juga memiliki jiwa yang bisa berhubungan dengan sekelilingnya. Karena itu, adzan menjadi kalimat pertama yang diucapkan kepadanya. Dan, karena saat membacakan adzan seorang muadzin berhubungan dengan Tuhan, maka inilah yang memberikan dampak bagi perkembangan anak ke depan.

Kedua, sampai umur tujuh hari, kelahiran anak perlu disyukuri ('aqiqah). Kalau begitu, jangan sampai terbetik dalam pikiran ibu/bapak merasa tidak mau atau tidak membutuhkannya, karena saat itu sang anak sudah punya perasaan dan harus disambut dengan penuh syukur ('aqiqah). Misal, ada orang yang mengharapkan anak laki-laki, namun kemudian lahir anak perempuan, akhirnya ia kecewa serta tidak menerima dan menyukurinya. Semestinya perlu disyukuri, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga, setelah 'aqiqah, sang anak baru diberi nama yang terbaik karena dalam hadis disebutkan, "Di hari kemudian nanti orang-orang itu akan dipanggil dengan namanya". Dalam hadis lain dijelaskan, "Nama itu adalah doa dan nama itu bisa membawa pada sifat anak kemudian". Jadi, pilihlah nama yang baik untuknya.

Nama itu adalah sebuah doa yang menyandangnya. Ada ilustrasi, sebelum perang Badar (2 H.). berkecamuk, ada duel perorangan antara kaum muslim dan musyrik. Ali, Hamzah, dan 'Ubaidah dari pihak kaum muslim, sedangkan dari pihak kaum musyrik yaitu 'Utbah, Al-Walid dan Syaibah. Ali (yang tinggi) melawan Utbah (orang yang kecil). Hamzah (singa) berhadapan dengan Syaibah (orang tua). Al-Walid (anak kecil) berhadapan dengan 'Ubaidah (hamba yang masih kecil). Bisa dibayangkan, bagaimana kalau orang yang tinggi besar berhadapan dengan anak kecil atau orang yang dijuluki "singa" dengan orang tua, siapa yang menang? Yang terjadi, Ali dan Hamzah berhasil membunuh lawannya, sedangkan Ubaidah dan al-Walid tidak ada yang terbunuh hanya keduanya terluka.

Nabi Saw. dipilihkan oleh Allah semua nama yang baik dan sesuai, karena ia adalah doa bagi yang menyandangnya. Misal, Nabi memiliki ibu bernama Aminah (yang memberi rasa aman) dan ayahnya Abdullah (hamba Allah). Yang membantu melahirkan Nabi namanya As-Syaffa (yang memberikan kesehatan dan kesempurnaan). Yang menyusuinya adalah Halimah (perempuan yang lapang dada), jadi Nabi dibesarkan oleh kelapangan dada. Anjuran untuk memilih nama yang mengandung doa juga dimaksudkan agar jangan sampai menimbulkan rasa rendah diri pada sang anak.

Keempat, mendidik anak bagi Nabi Saw. adalah menumbuhkembangkan kepribadian sang anak dengan memberikan kehormatan kepadanya, sehingga beliau sangat menghormati anak-cucunya. Bila memang sejak kecil ia sudah memiliki perasaan, maka jangan sampai ada perlakuan yang menjadikannya merasa terhina. Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya untuk berbakti kepada orang tuanya. Nabi Saw. pernah ditanya, "Bagaimana seseorang membantu anaknya supaya ia berbakti?", Nabi berkata: "Janganlah ia dibebani (hal) yang melebihi kemampuannya, memakinya, menakut-nakutinya, dan menghinanya".

Ada sebuah riwayat, seorang anak lelaki digendong oleh Nabi dan anak itu pipis, lantas ibunya langsung merebut anaknya itu dengan kasar. Nabi kemudian bersabda, "Hai, bajuku ini bisa dibersihkan oleh air, tetapi hati seorang anak siapa yang bisa membersihkan". Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi berkata, "Jangan, biarkan ia kencing". Dari hal ini, muncul ketentuan, bila anak laki-laki kencing cukup dibasuh, sedangkan bila anak perempuan dicuci dengan sabun. Riwayat tadi memberi pelajaran bahwa sikap kasar terhadap seorang anak dapat mempengaruhi jiwanya sampai kelak ia dewasa.

Namun sisi lain, ada satu hal di mana Nabi sangat hati-hati dalam persoalan anak. Ketika Nabi lagi di masjid, ada orang yang kirim kurma, kemudian cucunya datang dan mengambil sebuah kurma lalu dimakannya. Nabi bertanya kepada ibunya, "Ini anak tadi mengambil kurma dari mana?" Sampai akhirnya, dipanggilnya Saidina Hasan dan dicongkel kurma dari mulutnya. Ini maknanya apa? Nabi tidak mau anak cucunya itu memakan sesuatu yang haram, walaupun ia masih kecil dan tidak ada dosa baginya, karena itu akan memberikan pengaruh kepadanya kelak ia besar.

Ada cerita dari pengalaman seorang ibu yang pendidikannya hanya sampai SD dan memiliki 13 anak, tetapi semuanya berhasil. Suatu ketika, ada orang yang bertanya kepada si ibu itu, "Doa apa yang dipakai ibu sehingga semuanya berhasil?" Jawabnya, "Saya dan suami saya tidak banyak berdoa. Tapi, bila anak saya bersalah atau saya tidak senang perbuatannya, saya selalu berkata, "Mudah-mudahan Tuhan memberimu petunjuk". Jadi, anak ini tidak dimaki, dikutuk, atau dimarahi. Dan, kami kedua orang tuanya tidak pernah memberi makan mereka dengan makanan yang haram".

Sumber :
Disunting dari transkrip ceramah M. Quraish Shihab pada Peringatan Maulid Nabi Saw. 1426 H. di Ruang Serbaguna PSQ, 21 April 2005

SUDAH BERAGAMAKAH KITA?

Agama adalah hubungan yang dirasakan antara jiwa manusia dan satu kekuatan yang Maha Dahsyat dengan sifat-sifat-Nya yang amat indah dan sempurna mendorong jiwa itu untuk mengabdi dan mendekatkan diri kepada-Nya, baik karena takut maupun karena dorongan kagum dan cinta. Lalu, beragamakah kita?

Agama, apakah agama? Tidak mudah menjawabnya. Jangankan definisinya, makna asal kata ini pun diperselisihkan para pakar. Ada yang berkata, ia terambil dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata A yang berarti tidak dan gama yang berarti kacau. Agama adalah peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan serta mengantar mereka hidup dalam ketertiban dan keteraturan. Ada lagi yang berkata kata tersebut berasal dari bahasa Indo Germania, yang darinya lahir kata go dalam bahasa Inggris, gaan dalam bahasa Belanda, dan gein dalam bahasa Jerman, yang kesemuanya mengacu ke makna jalan. Penambahan huruf A pada awal kata itu menjadikannya sebagai kata benda, sehingga “agama” adalah jalan yang mengantar Anda menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.

Di Bali dikenal istilah Agama, Igama dan Ugama. Agama menurut istilah ini mencerminkan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Penguasa, Igama adalah yang mengatur hubungan dengan tuhan/dewa-dewa misalnya sembahyang, sedang Ugama adalah ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.

KH. Ali Yafie memperoleh kesan bahwa kata agama sejalan dengan bahasa Arab aqâma yang dalam dialek bahasa Arab Hadhramaut Selatan Jazirah Arabia, diucapkan agama, yang maknanya adalah menetap. Agama menurut Kyai yang kaya ilmu dan penuh kharisma itu adalah menetap. Beragama Islam berarti menetap di dalam Islam. Kalau hanya sekali-sekali melaksanakan tuntunan Islam, maka yang bersangkutan tidak dapat dinamai beragama Islam.

Kata dîn dalam bahasa al-Qur’an, seringkali dipersamakan dengan kata agama. Kata tersebut terdiri dari tiga huruf hijâ’iyah yaitu dâl, yâ’ dan nûn. Bagaimanapun Anda membacanya, maknanya selalu menggambarkan hubungan antara dua pihak, yang satu lebih tinggi kedudukannya dari yang lain. Seperti dain yang berarti hutang, atau dîn yang berarti balasan dan kepatuhan. Dîn adalah hubungan antara manusia dengan Allah swt.

Menemukan definisi agama pun tidak mudah kalau enggan berkata “mustahil” bagi ilmuwan yang ingin memberi batasan yang tepat. “Agama bersifat khusus, pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi selainku, memberi aku petunjuk, jika jiwaku sendiri enggan menerima petunjuk itu.” Demikian komentar filosof Inggris John Locke (1632-1704 M).

Memang, sementara pakar telah berusaha menggambarkannya. Agama adalah: “Pengetahuan tentang Tuhan dan upaya meneladaninya”, kata Seneque (2-66 M).

Agama adalah pengabdian kemanusiaan, kata August Comte (1798-1857). Beragama adalah menjadikan semua sebagai kewajiban kita, berarti perintah-perintah Tuhan yang suci harus dilaksanakan. Begitu menurut Immanuel Kant (1724-1804). Agama adalah sekumpulan dari petunjuk Ilahi yang disampaikan melalui nabi dan rasul untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia dan mengantar mereka meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian tulis sementara pakar muslim.

Begitulah Anda lihat, masing-masing hanya mampu menggambarkan satu atau beberapa sisi dari makna atau definisi agama. Begitulah terbaca keanekaragaman pandangan pakar, padahal agama bagi orang kebanyakan, tidak membutuhkan definisi untuk diketahui, karena ia adalah sesuatu yang disadari. Betapa tidak disadari, padahal kita semua hidup dengannya dan dapat merasakannya. Ia bahkan dirasakan kehadirannya oleh yang enggan menerima agama, karena semua manusia – di mana pun ia berada – hidup dalam lingkungannya.

Pada akhirnya kita dapat berkata bahwa agama adalah hubungan yang dirasakan antara jiwa manusia dan satu kekuatan yang Maha Dahsyat dengan sifat-sifat-Nya yang amat indah dan sempurna mendorong jiwa itu untuk mengabdi dan mendekatkan diri kepada-Nya, baik karena takut maupun karena dorongan kagum dan cinta.

Untuk dapat dinamai beragama, maka paling tidak ada tiga hal yang harus terpenuhi. Pertama: Merasakan dalam jiwa tentang kehadiran satu kekuatan yang Maha Agung, yang menciptakan dan mengatur alam raya. Dalam bahasa agama Islam, ini adalah keyakinan tentang wujud Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua: Lahirnya dorongan dalam hati untuk melakukan hubungan dengan kekuatan itu, hubungan yang nampak dalam ketaatan melaksanakan apa yang diyakini sebagai perintah atau kehendak-Nya. Ini adalah ibadah.

Ketiga: Meyakini bahwa Yang Maha Agung itu Maha Adil, sehingga pasti akan memberi balasan dan ganjaran sempurna pada satu waktu yang ditentukan-Nya. Dengan kata lain, kepercayaan tentang adanya hari Kemudian.

Beragamakah kita? Mari kita melakukan introspeksi! Semoga.

Sumber :
Disunting dari buku "Menjemput Maut" karya M. Quraish Shihab, Jakarta: Lentera Hati, 2005.

Khutbah Jum'at : JANGAN PERNAH TINGGALKAN SHALATMU

Allah SWTberfirman Dalam Al-Qur’an : " Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" (Al-Jumuah : 62 : 12)

Diriwiyatkan dari Abu Hurairah ra: Nabi saw bersabda: "Sebaik-baik hari dalam peredaran matahari adalah hari Jum'at. Pada hari Jum'at itulah Adam diciptakan, pada hari itulah Adam dimasukkan ke surga, pada hari itu pula Adam dikeluarkan dari surga, dan hari kiamat akan terjadi pada hari Jum'at." (3:6-Shahih Muslim)

Dalam hadist lainnya Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya pada hari Jum'at ada satu saat, apabila seorang muslim melakukan shalat lalu memohon suatu kebaikan maka Allah akan memenuhinya." Kapan satu saat itu? Diriwiyatkan Abu Musa Al Asya'ari ra, Rasulullah saw bersabda: "....saat itu adalah antara duduknya imam dan selesai shalat Jum'at."



Mohon kehadirannya untuk Shalat Jum’at hari ini di Tower A Lantai 9, bersama Khatib dan Imam : Ustadz H. Ade Purnama (Forum Kerukunan Beragama) dengan tema :" Bersafar untuk sehat, Berperang untuk Ghonimah". Terlampir Semoga Bermanfaat

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Khutbah Jum'at : JANGAN PERNAH TINGGALKAN SHALATMU


KHUTBAH PERTAMA:


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.



Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas segala karunia, hidayah dan berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua.


Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga Hari Kemudian.


Selanjutnya marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah r dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.


Kaum Muslimin A'azzakumullah
Di zaman yang semakin dekat dengan Hari Akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena memprihatinkan yang menimpa kaum Muslimin, yaitu sebuah kenyataan bahwa sangat banyak di antara manusia yang mengaku beragama Islam namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.


Di antara bentuk riil kondisi sebagian kaum Muslimin yang sangat menyedihkan tersebut adalah semakin banyaknya orang-orang Islam masa sekarang yang mulai meremehkan dan menyia-nyiakan shalat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam agama Islam, shalat memiliki kedudukan yang tidak bisa ditandingi oleh ibadah lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menerima wahyu perintah shalat, yaitu dengan dimi'-rajkan ke langit didampingi malaikat Jibril ‘Alaihis salam. Setelah beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah Ta’ala berbicara langsung kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah shalat dalam Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya. Dalam satu hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ.


"Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah." (HR. at-Tirmidzi no. 2616).


Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman Allah Ta’ala,


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ


"Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunai-kan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Al-Bay-yinah: 5).
Dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,


أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذٰلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّه.


"Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka darah dan harta mereka terpelihara dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah." (HR. al-Bukhari dan Muslim).


Shalat juga merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti tersebut dalam hadits dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.


"Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila shalatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi." (HR. at-Tirmidzi, no. 413).


Di samping itu, shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya, sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha bahwasanya ia berkata,


كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُوْلِ اللَّه الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ.


"Wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah, 'Kerjakanlah shalat, Kerjakanlah shalat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki." (HR. Ahmad, no. 25944).


Hadirin yang Dirahmati Allah
Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah shalat dalam agama Islam yang kita anut, sehingga al-Qur`an dan as-Sunnah yang shahih telah memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan shalat. Dalam surat al-Muddatstsir ayat 42-43 Allah Ta’ala berfirman,


مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ


"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)?" Mereka menjawab, "Kami dahulu (di dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat."


Adapun di dalam as-Sunnah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat diancam akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir'aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُوْرٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.


"Barangsiapa yang menjaganya (shalat fardhu) maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan, serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun, Fir'aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf." (HR. Ahmad, no. 6540 dan ad-Darimi, no. 2721, Shahih Ibnu Hibban, no.1476. Syu'aib al-Arna'uth mengatakan 'Isnadnya shahih.' Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami' no. 2851).


Jama'ah Jum'at Hafizhakumullah
Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan shalat?


Seluruh ulama umat Islam sepakat bahwa orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang yang mening-galkan shalat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ia telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang lain menyatakan bahwa hukumnya masih berada di bawah kesyirikan dan kekafiran.


Para ulama juga berbeda pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan shalat. Sebagian mereka ber-pendapat bahwa hukumannya adalah didera dan dipenjara, sedang-kan yang lain mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum had baginya, bukan karena murtad.


Akan tetapi jama'ah sekalian, terlepas dari perbedaan penda-pat para ulama tentang hukum dan hukuman bagi orang yang me-ninggalkan shalat dengan sengaja, hendaknya seorang Muslim merasa takut apabila keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan sebab meninggalkan shalat. Meski seharusnya sudah cukup bagi kita untuk merasa takut untuk meninggalkan shalat dikarenakan ancaman yang begitu keras dari Allah Ta’ala maupun dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga Ibnul Qayyim 5 berkata, "Orang yang meninggalkan shalat telah berbuat dosa besar yang paling besar, lebih besar dosanya di sisi Allah daripada membunuh jiwa dan mengambil harta orang lain. Lebih besar dosanya daripada berzina, mencuri dan minum khamar. Orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat." (Lihat Kitab Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha hal. 9, karya Ibnul Qayyim).


Shalat adalah kebutuhan batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan lahirnya. Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak berdaya. Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan jasmani terhadap makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita harus dipenuhi dengan banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan di antaranya adalah dengan mengerjakan shalat.


Hadirin Rahimakumullah
Perhatikanlah orang-orang yang tidak shalat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun secara lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang shalat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan shalat dapat menenangkan hati, karena di dalam shalat mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu membawa kepada ketenangan batin, sebagaimana Firman Allah Ta’ala,


أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ


"Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (Ar-Ra'd: 28).


Jiwa orang yang melakukan shalat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan thuma'ninah dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan shalat. Hidupnya mengalami was-was, tidak tenang, ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan.


Tunaikanlah shalat karena ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintahNya selagi amal masih dicatat. Segeralah bertaubat sebelum pintuNya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat demi meraih surgaNya yang penuh dengan nikmat.


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


KHUTBAH KEDUA :


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا


Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Jika meninggalkan shalat memang perkara yang boleh disepelekan atau ditolerir, niscaya orang yang sedang sakit tidak akan diperintahkan untuk mengerjakannya. Logika manakah yang membenarkan diperbolehkannya meninggalkan shalat bagi orang yang sehat, sementara orang yang sakit saja tetap diwajibkan untuk mengerjakannya? Ini menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shalat cenderung menuruti hawa nafsunya, mengikuti keinginan syahwat, serta mengabaikan jalan yang lurus dan sesuai dengan logika akal manusia.


Bagaimana pun keadaan yang kita alami, maka shalat tetap wajib kita lakukan, baik ketika sehat ataupun sedang sakit, dalam keadaan safar maupun bermukim. Shalat wajib yang lima waktu harus tetap dikerjakan, bagaimana pun kondisi kita.


Oleh sebab itu hadirin sekalian, dalam khutbah yang singkat ini khatib ingin menasihati khatib pribadi dan jama'ah sekalian, janganlah sekali-kali kita meremehkan shalat apalagi meninggal-kannya. Jadilah kita termasuk hamba-hamba Allah yang selalu menjaga shalat, karena kita tidak tahu berapa umur kita yang ter-sisa. Berapa pun panjangnya usia kita, namun kita meyakini bahwa kita pasti akan meninggalkan dunia yang fana ini. Dan setiap orang yang mengadakan perjalanan pasti membutuhkan bekal. Sementara perjalanan yang satu ini adalah perjalanan yang sangat panjang dan tidak akan kembali lagi. Barangsiapa yang dalam perjalanan tersebut tidak memiliki bekal, maka ia berarti telah menderita ke-rugian yang tak akan tergantikan dan tidak ada bandingannya. Bagaimana seseorang selalu lalai, sementara usianya berlalu bagaikan awan yang berarak di angkasa. Tiba-tiba saat ia dipanggil untuk memenuhi janji yang tidak dapat ditunda-tunda (kematian), maka ia pun kemudian mencari bekal, hanya saja yang ia dapati hanya-lah tanah, sementara ia tidak mendapatkan orang yang dapat me-nyelamatkannya atau menolongnya, wal'iyadzu billah.


Mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan shalat yang lima waktu dan melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan hari-hari kita penuh dengan amal shalih yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan hidayah pada segala urusan kita, dan memberikan petunjuk kepada kita semua dalam menapaki jalanNya yang lurus, jalan orang-orang yang Allah berikan nikmat kepada mereka, jalan para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada, serta orang-orang yang shalih, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang tersesat.


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ



Oleh: Zuhdi Amin, Lc. , Dikutip dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta).