Minggu, 28 Juni 2009

Paling Tidak Bacaan Al Fatihah

Suatu hari, seorang hamba Allah bermusafir. Ia singgah di rumah seorang sahabatnya sebelum dhuhur. Ada 8 orang anaknya semuanya lelaki, yang paling tua usia 13 tahun dan yang paling muda masih bayi.

Pulang dari sekolah. Waktu dhuhur masuk. Abang yang tua mengajak semua adik-adiknya yang baru pulang untuk shalat berjamaah dan dia sendiri sebagai imam.
Sewaktu dalam rakaat kedua, salah seorang adiknya yang berumur sekitar 8 tahun pulang. Tanpa menunda tatkala melihat jamaah yang sedang shalat, dia mengambil wudhu' dan shalat bersama jamaah.

Dia ikut ruku' ketika imam ruku'. Dia ikut sujud apabila imam sujud. Dan selesai imam memberi salam, dia bangun menyelesaikan satu rakaat shalatnya yang tertinggal.
Subhanallah... anak sekecil itu. Bayangkan betapa taatnya anak-anak yang masih kecil ini menunaikan perintah Allah tanpa pengawasan kedua orang tua mereka dan tanpa disuruh-suruh.

Cerita tak berakhir disitu. Hamba Allah bermalam di rumah sahabatnya itu. Ketika subuh, dia menyanka dialah yang paling awal bangun karena dia bangun ketika azan subuh berkumandang.
Ketika ke bilik air dilihatnya anak-anak kecil semuanya sedang sibuk ambil wudhu. Bayangkan 7 orang anak lelaki dengan yang paling tua berumur 13 tahun dan yang ke tujuh entah berapa tahun sibuk mengambil wudhu' di bilik air di waktu subuh paling awal.

Si ayah menunggu anak-anaknya di tempat shalat dengan sabar sambil zikir. Mereka shalat jamaah sekeluarga

Sewaktu hendak mulai shalat, si ibu meletakkan anak bungsunya yang masih bayi (yang sedang terjaga) di sisinya. Ajaibnya anak ini tidak menangis mengganggu jamaah selama mereka shalat.

Dan sekali lagi cerita tak berakhir di situ. Hamba Allah tersebut berpikir hendak menyambung tidurnya di karenakan letihnya perjalanan, namun tidak jadi. Alangka terlejutnya dia ketika hendak melipat sajadah, si ayah berputar menghadap jamaah sambil berkata, "anak-anak... hari ini ayah akan beri kuliah mengenai shalat dan puasa...". Dan 8 orang anak termasuk si ibu dengan tekun mendengar kuliah subuh yang disampaikan.

Subhanallah... bila ditanyakan kepada si ibu mengapa didikan demikian diberi kepada anak-anaknya yang masih kecil, dia menjawab bahwa itu persediaan dia dan suaminya sebelum mati.
Mereka berharap agar anak-anak lelakinya yang 8 orang itu dapat membacakan paling tidak fatihah untuk mereka jika ditakdirkan mereka mati dulu.
SUBHANALLAH...

Kesadaran Datang Ketika Bertemu Kubur

Banyak manusia yang malang. Kelengahan dan kelalaian dalam menumpuk harta, entah untuk apa. Baru sadar jika masuk kubur. Kesadaaran yang tak berarti sama sekali.

Ada orang yang suka mengumpul harta. Rumah berpuluh buah. Tanah beratus hektar, saham berjuta-juta, mobil tak terhitung dan simpanan yang bertimbun di bank.

Walaupun sudah lebih jauh dari separuh umur, bila ditanyakan masih lagi dia memikirkan, berbincang dan memandang jauh masa depan kehidupannya.

Berapa lama lagikah beliau akan hidup? Dengan muka layu dia menjawab hanya beberapa tahun lagi karena kencingnya sudah manis dan darahnya sudah tinggi.

Bila ditanya apakah tujuan semua itu? Dia menjawab dengan perlahan bahwa pengumpulan harta yang dilakukannya semata-mata untuk keluarganya.

Yang anehnya anaknya cuma dua orang dan sudah tidak mau pulang ke negara sendiri. Sampai waktu sakit dan terlantar di rumah sakit karena jantungnya semakin lemah dan akan berhenti berdenyut, anaknyapun berbisik pada rekannya yang datang menziarah... kalau dia wafat, tolonglah kebumikan beliau di tanah wakaf pekuburan Islam.

Aneh... ada tanah beratus hektar tapi minta dikebumikan di tanah wakaf. Jenazahnya pun di bawa ketanah pekuburan dengan mobil jenazah wakaf masjid.

Harta benda tidak sempat diwasiatkan dan tiada niat untuk mewakafkannya walaupun sedikit.
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur (QS. 102:8)

Berteman & Bersahabat

Jika engkau menghadapi orang awam yang bodoh, maka tata krama yang harus engkau perhatikan adalah (1). tidak ikut nimbrung pembicaraan-pembicaraan mereka, (2). tidak banyak menyimak gosip-gosip mereka, (3). mengabaikan kebiasaan kotor ucapan mereka, (4). meminimalisir pertemuan dan keperluan terhadap mereka, dan (5). memberikan peringatan atas kesalahan mereka dengan lembut dan menasihatinya jika masih memungkinkan.

Sebab hati orang-orang awam gampang berubah-ubah. Jika memberi nasihat tidak bermanfaat, maka berpaling dari mereka lebih utama.

Sementara itu, jika bergaul dengan sahabat dan saudara, engkau mempunyai dua tugas.

Pertama, sebelum memilih teman engkau harus menentukan syarat-syarat persahabatan dan pertemanan terlebih dahulu. Engkau tidak boleh menjadi seseorang sebagai saudara, kecuali orang yang pantas untuk dijadikan saudara atau teman.
Rasulullah SAW bersabda, “seseorang tergantung pada agama kawannya.
Lihatlah salah seorang dari engkau dengan siapa dia berteman.”

Kedua, menjaga hak-hak persahabatan. Selama tali persahabatanmu masih terikat, seberat apapun hubungan persahabatan dan aturannya, tetap saja engkau harus memenuhi hak-haknya sebagai konsekuensi dari persahabatan.

Jika engkau mencari teman agar menemanimu dalam belajar dan mendampingimu dalam menjalankan urusan agama dan keduniaanmu, maka dalam diri calon teman tersebut perhatikanlah 5 hal.

Pertama, AKALNYA.
Tidak baik berteman dengan orang bodoh, karena berteman dengannya walaupun lama engkau tidak akan mendapatkan kebaikan apapun. Sebaik-baik keadaannya tetap akan membahayakanmu, meski dia menginginkan kebaikan untukmu. Dalam hal ini lawan yang berakal lebih baik daripada kawan yang bodoh.

Ali r.a. mengatakan :
“Jangan berteman dengan saudara yang bodoh Hati-hati dengan dirimu dan hati-hati terhadapnya Tidak sedikit orang bodoh yang membinasakan orang bijaksana Ketika dia menjadikannya sebagai saudara. Seorang itu diukur dengan orang lain tatkala dia berjalan bersama. Sebagaimana diukurnya sandal dengan sandal jika ia disandingkan. Sesuatu itu mempunyai kesamaan dan keserupaan dengan sesuatu yang lainnya.
Dan setiap hati atas hati yang lain memiliki petunjuk kala ia bertemu”

Kedua, BERKELAKUAN BAIK.
Jangan berteman dengan orang yang berakhlak buruk, yang tidak mampu menguasai diri ketika marah dan ketika senang.
Menjelang ajalnya Al Qamah Al Araridi r.a. berwasiat kepada anak lelakinya. Dia berpesan, “wahai anakku, jika engkau ingin berteman dengan seseorang, carilah teman yang jika engkau melayaninya dia akan menjagamu; jika engkau menemaninya dia memperlakukanmu dengan baik; dan jika engkau kekurangan persediaan makanan dia menyediakannya. Bertemanlah dengan orang yang jika engkau berkata, dia akan mempercayai dan membenarkan ujaranmu; jika engkau mengusahakan suatu hal, dia menyokongmu dan membantumu, dan jika terjadi konflik antara kalian berdua, dia mengalah untukmu.”

Ali r.a.berkata :
“Sesungguhnya saudara sejatimu adalah orang yang selalu ada di sampingmu. Yang rela membahayakan dirinya untuk kemashalatanmu. Serta orang yang merengkuhmu dalam pelukannya tatkala keraguan zaman telah memusingkanmu.”

Ketiga, KESHALEHAN.
Jangan berteman dengan orang fasik yang bergelimang maksiat. Orang yang takut kepada Allah tidak akan bergelimang kemaksiatan. Barang siapa tidak takut kepada Allah, pasti berbuat jahat dan tak berpendirian sesuai perubahan tempat dan waktu. Allah SWT berfirman kepada nabiNya pada QS Al Kahfi [17] : 28, “Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas.”

Hati-hati berteman dengan orang fasik. Sebab menyaksikan kefasikan dan kemaksiatan secara terus-menerus akan menghilangkan kebencian dari hatimu terhadap perbuatan maksiat tersebut dan membuatmu menganggapnya enteng. Akibat hal ini, orang-orang akan mudah menggunjing. Jika mereka melihat seorang faqih mengenakan cincin emas atau pakaian sutera, niscaya mereka mencelanya habis-habisan. Padalah menggunjing lebih besar dosanya daripada mengenakan cincin emas dan sutera.

Keempat, TIDAK TAMAK DUNIA.
Berteman dengan orang yang berambisi pada keduniaan adalah racun yang mematikan. Sebab watak manusia tercipta untuk mengikuti dan menyama-nyamai, bahkan watak yang baik, tanpa disadari suka mencuri perangai dari watak yang buruk. Berteman dengan orang yang ambisius, akan membuatmu semakin ambisius juga, sementara berteman dalam satu majelis dengan orang yang zuhud akan menambah kezuhudanmu.

Kelima, JUJUR.
Jangan berteman dengan pendusta. Sebab engkau akan terjebak oleh tipuannya. Kebohongan itu bagaikan fatamorgana. Ia mendekatkan perkara yang jauh dan menjauhkan hal yang dekat.

Jangan berteman dengan ahli bid’ah, menemaninya merupakan marabahaya yang akan membuatmu mengerjakan perbuatan bid’ah.
Jangan berteman dengan orang kikir. Orang kikir akan memutuskan sesuatu yang paling engkau butuhkan.
Jangan berteman dengan penakut. Orang penakut akan menyusahkanmu dan meninggalkanmu dalam kesulitan.

Sifat-sifat buruk di atas dimiliki juga oleh para aktivis madrasah dan masjid. Karena kondisinya seperti itu. Engkau harus memilih dua opsi.
Pertama, Uzlah, yang pasti akan memberikan jaminan keselamatanmu dari dosa.
Kedua, bergaul dengan teman-temanmu apa adanya dengan terlebih dahulu berasumsi adanya tiga model persaudaraan, yaitu :
Pertama, saudara untuk akhirat. Untuk tujuan ini, yang engkau perhatikan dari calon temanmu adalah agamanya.
Kedua, saudara untuk keduniaan. Untuk tujuan ini, yang engkau perhatikan adalah kebaikan akhlaknya.
Ketiga, saudara untuk mendapatkan ketenangan hati. Untuk tujuan ini, yang harus engkau perhatikan adalah keselamatan dari kejahatan, fitnah dan kebusukannya.

Abu Dzar r.a. mengatakan, “menyendiri lebihi baik daripada teman-teman yang jahat. Teman yang baik lebih baik daripada menyendiri.”

Manusia yang engkau jadikan saudara ada tiga macam.
Pertama, mereka yang perumpamaannya seperti makanan yang selalu dibutuhkan.
Kedua, mereka yang pemisalannya seperti obat yang dibutuhkan pada waktu tertentu saja.
Ketiga, mereka yang pemisalannya seperti penyakit yang sama sekali tidak dibutuhkan, namun seringkali menimpa orang.
Jenis manusia terakhir ini tidak membawa manfaat apapun dalam persahabatan. Untuk terbebas darinya harus menghindarinya. Menyaksikan perbuatannya bisa memberikan manfaat besar dalam upaya menjauhi perbuatan buruk,, jika engkau diberi taufik oleh Allah untuk itu. Taufik adalah engkau menyaksikan keburukan keburukan keadaannya dan perbuatannya yang engkau anggap buruk, kemudian engkau menghindarinya.
Orang yang bahagia adalah orang yang mendapat nasihat dari keadaan orang lain, karena setiap orang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya.

...TAZKIYATUN NUFUS...

Bismillahi Rahmani Rahiim

"Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dansesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
(QS Asy Syams: 7 - 10).

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Rabbnya, lalu dia sembahyang."
(QS Al A'la: 14-15)

"Ya Allah berikanlah ketaqwaan kepada diriku ini dan sucikanlah ia,Engkau adalah sebaikbaik Dzat yang mensucikannya, Engkau adalah Penolong dan Tuannya. "
(HR Muslim. 2722)

"Tazkiyatun nufus itu lebih sulit dan lebih rumit ibandingkan dengan perawatan dan pengobatan badan. Barangsiapa berusaha mensucikan dirinya dengan jalan riyadhah, mujahadah dan khalwat yang tidak diterangkan oleh Rasul, maka perumpamaannya bagaikan orang sakit yang ingin mengobati dirinya dengan pendapatnya sendiri.
Bagaimana bisa pendapatnya akan sesuai dengan ilmu seorang dokler? Para rasul adalah dokter hati dan jiwa. Maka tidak ada jalan untuk kesuclan jiwa dan keshalihan hati, kecuali dengan melalui jalurnya, lewat bimbingannya dengan penuh ketundukan dan kepasrahan kepadanya.
(Ibnul Qoyyim, Jami'ul Ulum Wal Hikam 1 / 128-129.)

'Adapun badan yang bersih, adalah badan yang suci karena taat kepada Allah. Dagingnya tumbuh dari makanan dan minuman halal. Manakala badan terbebas dari unsur haram, dan kotoran-kotoran yang dilarang oleh
akal, agama dan kehormatan, dan jiwa suci dari ikatan-ikatan dunia. maka bersihlah tanah hati, slap menerima benih Ilmu dan ma'rifat. Jika setelah itu dlsirami dengan air riyadhah syar'iyyah yang diwariskan oleh Nabi Muhammad, yaitu riyadhah yang tidak keluar dari Ilmu, tidak jauh dari kewajiban dan tidak menelantarkan sunnah, maka, hati -pasti- menumbuhkan tanaman yang indah menawan, dari jenis ilmu, hikmah dan faidah..."
( Ibnul Qoyyim, Madarijush Shalihin, 2/315 )

LUV,
Vi's

Kedudukan ilmu pengetahuan...

Orang yang berilmu, memiliki derajat tinggi di mata Allah SWT. Sebagaimana firman Allah yg artinya "....Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...." (QS. Al Mujaadilah:11).

Jadi prinsipnya, Islam menempatkan akal pada kedudukan yang cukup tinggi. Rasulullah SAW bersabda "Tak sempurna agama itu bagi orang yang tidak menggunakan akalnya" (HR Bukhori)

Dan menurut ahli tafsir, dari total ayat2 pada Al-Quran, 368 ayat (sekitar 5.8%)membicarakan masalah syariah. Tanpa maksud menyepelekan bidang syariah di antara bidang-bidang lain di Al-Quran. Tentunya bidang syariah ini sudah fix, tidak bisa ditambah atau dikurang-kurangi.

Dan realita, umat Islam lebih senang mempelajari 5.8% kandungan Al-Quran itu. Sedangkan, 94.2% kandungan Al-Quran cenderung terabaikan, cenderung tidak dikaji dalam majlis-majlis ta'lim.

Dan bila kita pikirkan kembali, kenapa Allah menciptakan manusia dengan otak kanan dan otak kiri?? Tentunya kita semua tahu bahwa otak kanan untuk daya imajinasi dan otak kiri untuk daya logis. Bila cenderung otak kanan, kita cenderung untuk berpikir berkhayal, mudah untuk dibodohi, cenderung hedonism, dan tentunya rapuh Islam kita sebagaimana hadis Rasulullah di atas barusan.

Bagaimana bila cenderung otak kiri?? Maka terlalu logis pun tidak akan mempercayai apa yang tidak terlihat oleh mata kita. Tidak percaya akan adanya Tuhan, malaikat, dan yg tak terlihat mata kita. Jadi, pergunakanlah daya otak kanan dan otak kiri secara seimbang untuk mencapai Islam yang tidak rapuh.
Tentunya banyak sekali ilmu-ilmu yang sekarang baru terkuak namun sudah tertulis lebih dahulu di Al-Quran. Untuk kemajuan Islam, mari kita gali kandungan Al-Quran 100%. Jangan hanya 5.8% dan jangan pula hanya 94.2%.

Tulisan dikirimkan kepada admin oleh :
Ikhsanun Kamil, Member Grup
Syukron Jazakumullah...

Indahnya Persahabatan

Assalamu’alaikum Wr. Wb,

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menjalin suatu persahabatan, yaitu dalam hal memilih sahabat dan tata cara bersahabat.

1. MEMILIH SAHABAT :

Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

”Seseorang itu mengikut atau menurut agama (cara hidup) temannya, oleh karena itu hendaklah seseorang diantara kamu melihat terlebih dahulu siapakah yang sekiranya pantas atau cocok dijadikan.”

Jika mencari teman dalam belajar atau dalam urusan agama atau bekerja, maka pilihlah orang yang memenuhi lima syarat yaitu:

a. Orang yang berakal (cerdas).

Bergaul dengan orang yang bodoh hanya akan mengakibatkan cekcok dan keretakan yang pada akhirnya dapat menimbulkan permusuhan dan menyulitkan kita sendiri. Musuh yang berakal itu lebih baik dari pada teman yang bodoh. Ali bin Abi Thalib berkata:

”Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang bodoh, waspadalah dengan orang-orang bodoh.”

”Banyak sekali orang yang alim menjadi hina dan rendah karena bergaul dengan orang bodoh.”

”Seseorang itu dianggap sama dengan seseorang ketika sedang berjalan bersama-sama.”

”Seperti dua pasang sandal yang sudah tentu menyamai satu dengan yang lainnya.”

”Segala sesuatu itu memiliki kesamaan dan kemiripan dengan sesuatu yang lain.”

”Hati seseorang itu dianggap sama dengan hati orang lain, ketika satu dengan lainnya dapat bertemu (bersahabat).”

b. Orang yang baik akhlaknya.

Jangan bersahabat dengan orang yang buruk akhlaknya, yaitu orang yang tidak dapat mengendalikan dirinya ketika marah dan juga tidak dapat menahan kemauan / syahwatnya. Menjelang wafatnya Alqomah Al-Tharidy berpesan pada puteranya:

”Wahai anakku, apabila engkau hendak menjalin persahabatan dengan seseorang, maka pilihlah orang-orang yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: dapat menjagamu apabila engkau berkhidmah kepadanya, dapat memperbaiki kamu apabila engkau berteman dengannya, dapat membantu kamu apabila engkau sedang memerlukan bantuan, selalu membalas jasa baikmu dengan kebaikan pula, selalu mengakui kebaikanmu, selalu menutupi kejelekanmu, dapat menghargai atau mempercayai ucapanmu, selalu memberi bantuan apabila engkau mengerjakan sesuatu, dan mau mengalah apabila berebut sesuatu denganmu. ”

Ali bin Abi Thalib berkata:

”Sahabatmu yang sebenarnya ialah orang yang selalu bersamamu (di waktu senang dan susah) dan orang yang sanggup mengorbankan diri demi kebaikanmu.”

”Dan orang yang sanggup memecahkan segala urusannya, untuk menolongmu ketika engkau sedang dilanda bencana.”

c. Orang yang shaleh.

Janganlah berteman dengan orang yang fasiq, yaitu orang yang terus-menerus melakukan dosa-dosa besar. Orang yang tidak takut kepada Allah itu tidak dapat dipercaya sepenuhnya, pendiriannya akan selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Kahfi (18)ayat 28 yang artinya:

”…dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”

Janganlah bergaul dengan orang yang fasiq karena dengan melihat kefasiq-kan secara terus-menerus maka akan menghilangkan kebencian kita terhadap kemaksiatan, lalu akhirnya dapat membuat kita menganggap enteng terhadap perbuatan maksiat itu, dan akhirnya kita ikut melakukannya.

d. Tidak rakus dengan harta.

Janganlah bersahabat dengan orang yang rakus (cinta) harta kekayaan. Persahabatan dengan orang yang cinta dunia merupakan racun yang ganas. Tabiat manusia selalu ingin meniru dan mengikuti tabiat orang lain, bahkan watak itu dapat menular tanpa kita sadari. Bergaul dengan orang yang rakus terhadap harta akan menambah kecintaan kita pada harta, dan sebaliknya bergaul dengan orang yang tidak cinta harta akan mengurangi kecintaan kita terhadap harta kekayaan.

e. Orang yang jujur.

Janganlah bersahabat dengan seorang pendusta sebab kemungkinan kita juga akan tertipu olehnya, dengan kelicinan lidahnya.

Itulah lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih teman/sahabat. Akan tetapi jika kita kesulitan untuk menemukan orang yang memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas maka kita diperbolehkan memilih satu diantara dua perkara, yaitu:

Pertama: Uzlah, yaitu mengasingkan diri / tidak bergaul dengan siapapun. Dengan uzlah maka kita pasti selamat.

Kedua: Bergaul menurut kondisi yang bersangkutan. Maksudnya yaitu jika berteman dengan tujuan supaya bahagia di hari kemudian maka yang harus dipertimbangkan dengan benar adalah masalah agamanya. Jika berteman untuk urusan dunia maka yang harus diperhatikan adalah kebaikan akhlak, dan jika menjalin persahabatan dengan tujuan agar hati menjadi tenteram maka yang harus diperhatikan adalah keselamatan dari kejahatan.

Macam manusia dapat diumpamakan seperti benda, yaitu:

a. Orang yang seperti makanan pokok. Orang yang seperti ini pasti kita butuhkan dan tentu saja kita harus berteman dengannya setiap hari.

b. Orang yang seperti obat. Orang yang seperti ini perlu diperguli hanya jika diperlukan saja/tidak setiap hari.

c. Orang yang seperti penyakit, dan perlu dihindari. Tetapi terkadang seseorang itu tertimpa oleh penyakit, terkadang seseorang itu didekati dan ditemani oleh orang yang berbahaya meskipun dia membencinya dan sudah berusaha untuk menghindarinya. Namun demikian, orang yang seperti penyakit itu dapat memberi faedah yang besar pada kita jika kita mampu menghadapinya, yaitu dengan cara mengamati kejelekan dan kejahatannya yang kita benci, lalu kita berusaha menjauhi kejahatan itu. Termasuk orang yang beruntung adalah orang yang dapat mengambil pelajaran dari orang lain, dan orang mukmin adalah cermin bagi orang mukmin yang lain.

Nabi Isa AS pernah ditanya oleh seseorang, ”Siapakah yang mengajarkan kesopanan atau tata cara pergaulan kepadamu?” Beliau menjawab, ”Tak seorangpun mengajarkan hal itu kepada saya. Tetapi jika aku mengetahui tingkah laku jelek orang yang bodoh, maka aku tidak harus bertingkah seperti itu.” Lalu Beliau berkata, ”Andaikata orang-orang ini mau menjauhi sesuatu yang tidak mereka sukai ketika sesuatu itu dikerjakan orang lain, pasti kesopanan mereka itu menjadi sempurna dan mereka tidak lagi memerlukan pendidik.”

2. TATA CARA / KESOPANAN BERSAHABAT :

Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

”Perumpamaan dua orang yang bersahabat itu seperti dua tangan, yang satunya membasuh yang lainnya.”

Dalam suatu jalinan persahabatan terdapat hak-hak yang yang wajib untuk dipenuhi. Dalam satu riwayat Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Orang yang berteman, meskipun sesaat di waktu siang akan ditanyai tentang persahabatannya. Apakah dia dalam persahabatannya itu telah memenuhi hak-hak yang diatur oleh Allah atau menyia-nyiakannya.”

Beliau juga bersabda yang artinya:

”Dua orang yang berteman yang paling disenangi oleh Allah adalah yang paling menyayangi temannya.”

Tata cara atau kesopanan dalam persahabatan diantaranya adalah:

1. Lebih mengutamakan teman dalam urusan harta. Apabila tidak mampu berbuat demikian maka hendaklah seorang teman itu memberikan kelebihan harta yang telah diperlukan.

Tata Cara Pergaulan Dengan Sahabat Dekat

Assalamu'alaikum

1. MEMILIH SAHABAT :

Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

”Seseorang itu mengikut atau menurut agama (cara hidup) temannya, oleh karena itu hendaklah seseorang diantara kamu melihat terlebih dahulu siapakah yang sekiranya pantas atau cocok dijadikan.”

Jika mencari teman dalam belajar atau dalam urusan agama atau bekerja, maka pilihlah orang yang memenuhi lima syarat yaitu:

a. Orang yang berakal (cerdas).

Bergaul dengan orang yang bodoh hanya akan mengakibatkan cekcok dan keretakan yang pada akhirnya dapat menimbulkan permusuhan dan menyulitkan kita sendiri. Musuh yang berakal itu lebih baik dari pada teman yang bodoh. Ali bin Abi Thalib berkata:

”Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang bodoh, waspadalah dengan orang-orang bodoh.”

”Banyak sekali orang yang alim menjadi hina dan rendah karena bergaul dengan orang bodoh.”

”Seseorang itu dianggap sama dengan seseorang ketika sedang berjalan bersama-sama.”

”Seperti dua pasang sandal yang sudah tentu menyamai satu dengan yang lainnya.”

”Segala sesuatu itu memiliki kesamaan dan kemiripan dengan sesuatu yang lain.”

”Hati seseorang itu dianggap sama dengan hati orang lain, ketika satu dengan lainnya dapat bertemu (bersahabat).”

b. Orang yang baik akhlaknya.

Jangan bersahabat dengan orang yang buruk akhlaknya, yaitu orang yang tidak dapat mengendalikan dirinya ketika marah dan juga tidak dapat menahan kemauan / syahwatnya. Menjelang wafatnya Alqomah Al-Tharidy berpesan pada puteranya:

”Wahai anakku, apabila engkau hendak menjalin persahabatan dengan seseorang, maka pilihlah orang-orang yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: dapat menjagamu apabila engkau berkhidmah kepadanya, dapat memperbaiki kamu apabila engkau berteman dengannya, dapat membantu kamu apabila engkau sedang memerlukan bantuan, selalu membalas jasa baikmu dengan kebaikan pula, selalu mengakui kebaikanmu, selalu menutupi kejelekanmu, dapat menghargai atau mempercayai ucapanmu, selalu memberi bantuan apabila engkau mengerjakan sesuatu, dan mau mengalah apabila berebut sesuatu denganmu. ”

Ali bin Abi Thalib berkata:

”Sahabatmu yang sebenarnya ialah orang yang selalu bersamamu (di waktu senang dan susah) dan orang yang sanggup mengorbankan diri demi kebaikanmu.”

”Dan orang yang sanggup memecahkan segala urusannya, untuk menolongmu ketika engkau sedang dilanda bencana.”

c. Orang yang shaleh.

Janganlah berteman dengan orang yang fasiq, yaitu orang yang terus-menerus melakukan dosa-dosa besar. Orang yang tidak takut kepada Allah itu tidak dapat dipercaya sepenuhnya, pendiriannya akan selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Kahfi (18)ayat 28 yang artinya:

”…dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”

Janganlah bergaul dengan orang yang fasiq karena dengan melihat kefasiq-kan secara terus-menerus maka akan menghilangkan kebencian kita terhadap kemaksiatan, lalu akhirnya dapat membuat kita menganggap enteng terhadap perbuatan maksiat itu, dan akhirnya kita ikut melakukannya.

d. Tidak rakus dengan harta.

Janganlah bersahabat dengan orang yang rakus (cinta) harta kekayaan. Persahabatan dengan orang yang cinta dunia merupakan racun yang ganas. Tabiat manusia selalu ingin meniru dan mengikuti tabiat orang lain, bahkan watak itu dapat menular tanpa kita sadari. Bergaul dengan orang yang rakus terhadap harta akan menambah kecintaan kita pada harta, dan sebaliknya bergaul dengan orang yang tidak cinta harta akan mengurangi kecintaan kita terhadap harta kekayaan.

e. Orang yang jujur.

Janganlah bersahabat dengan seorang pendusta sebab kemungkinan kita juga akan tertipu olehnya, dengan kelicinan lidahnya.

Itulah lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih teman/sahabat. Akan tetapi jika kita kesulitan untuk menemukan orang yang memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas maka kita diperbolehkan memilih satu diantara dua perkara, yaitu:

Pertama: Uzlah, yaitu mengasingkan diri / tidak bergaul dengan siapapun. Dengan uzlah maka kita pasti selamat.

Kedua: Bergaul menurut kondisi yang bersangkutan. Maksudnya yaitu jika berteman dengan tujuan supaya bahagia di hari kemudian maka yang harus dipertimbangkan dengan benar adalah masalah agamanya. Jika berteman untuk urusan dunia maka yang harus diperhatikan adalah kebaikan akhlak, dan jika menjalin persahabatan dengan tujuan agar hati menjadi tenteram maka yang harus diperhatikan adalah keselamatan dari kejahatan.

Macam manusia dapat diumpamakan seperti benda, yaitu:

a. Orang yang seperti makanan pokok. Orang yang seperti ini pasti kita butuhkan dan tentu saja kita harus berteman dengannya setiap hari.

b. Orang yang seperti obat. Orang yang seperti ini perlu diperguli hanya jika diperlukan saja/tidak setiap hari.

c. Orang yang seperti penyakit, dan perlu dihindari. Tetapi terkadang seseorang itu tertimpa oleh penyakit, terkadang seseorang itu didekati dan ditemani oleh orang yang berbahaya meskipun dia membencinya dan sudah berusaha untuk menghindarinya. Namun demikian, orang yang seperti penyakit itu dapat memberi faedah yang besar pada kita jika kita mampu menghadapinya, yaitu dengan cara mengamati kejelekan dan kejahatannya yang kita benci, lalu kita berusaha menjauhi kejahatan itu. Termasuk orang yang beruntung adalah orang yang dapat mengambil pelajaran dari orang lain, dan orang mukmin adalah cermin bagi orang mukmin yang lain.

Nabi Isa AS pernah ditanya oleh seseorang, ”Siapakah yang mengajarkan kesopanan atau tata cara pergaulan kepadamu?” Beliau menjawab, ”Tak seorangpun mengajarkan hal itu kepada saya. Tetapi jika aku mengetahui tingkah laku jelek orang yang bodoh, maka aku tidak harus bertingkah seperti itu.” Lalu Beliau berkata, ”Andaikata orang-orang ini mau menjauhi sesuatu yang tidak mereka sukai ketika sesuatu itu dikerjakan orang lain, pasti kesopanan mereka itu menjadi sempurna dan mereka tidak lagi memerlukan pendidik.”

2. TATA CARA / KESOPANAN BERSAHABAT :

Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

”Perumpamaan dua orang yang bersahabat itu seperti dua tangan, yang satunya membasuh yang lainnya.”

Dalam suatu jalinan persahabatan terdapat hak-hak yang yang wajib untuk dipenuhi. Dalam satu riwayat Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Orang yang berteman, meskipun sesaat di waktu siang akan ditanyai tentang persahabatannya. Apakah dia dalam persahabatannya itu telah memenuhi hak-hak yang diatur oleh Allah atau menyia-nyiakannya.”

Beliau juga bersabda yang artinya:

”Dua orang yang berteman yang paling disenangi oleh Allah adalah yang paling menyayangi temannya.”

Tata cara atau kesopanan dalam persahabatan diantaranya adalah:

1. Lebih mengutamakan teman dalam urusan harta. Apabila tidak mampu berbuat demikian maka hendaklah seorang teman itu memberikan kelebihan harta yang telah diperlukan.
2. Segera memberikan bantuan tenaga kepada teman yang sedang memerlukannya sebelum diminta.
3. Menyimpan rahasia teman.
4. Menutupi cacat atau kekurangan yang ada pada diri teman.
5. Tidak memberitahukan pada teman mengenai omongan negatif orang-orang tentang dirinya.
6. Selalu menyampaikan pujian orang lain kepada teman.
7. Mendengarkan dengan baik ucapan teman ketika dia sedang berbicara.
8. Menghindari perdebatan dengan teman.
9. Memanggil teman dengan panggilan yang paling disukai.
10. Memuji kebaikan teman.
11. Berterima kasih atas perbuatan baik teman.
12. Membela kehormatan teman seperti halnya dia membela kehormatan dirinya.
13. Memberi nasihat kepada teman dengan cara yang halus dan bijaksana.
14. Selalu memaafkan kekeliruan dan kesalahan teman.
15. Selalu mendoakan baik kepada teman ketika dia masih hidup maupun sesudah mati.
16. Tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga teman meskipun temannya telah meninggal dunia.
17. Tidak memberi beban tanggung jawab yang menyulitkan kepada teman, dan semestinya kita berusaha meringankan beban berat / tanggung jawab teman agar hidupnya senang.
18. Menampakkan rasa senang ketika temannya sedang mendapat kesenangan dan ikut bersedih hati apabila teman kita mengalami kesusahan.
19. s. Menyamakan perasaan terhadap teman antara yang di dalam hati dan yang di luar.
20. Memberi salam terlebih dahulu kepada teman.
21. Berusaha meluaskan tempat duduk untuk temannya ketika dia masuk ke dalam suatu majlis. Jika tidak memungkinkan maka hendaknya kita beranjak dari tempat duduk dan mempersilahkan teman untuk duduk di tempat kita.
22. Mengantarkan teman ketika dia berdiri hendak ke luar dari rumah kita.
23. Hendaknya diam ketika teman sedang berbicara dan tidak menimpali ucapan teman.

" JADI ORG MUKMIN OK BGT.." By. Ambar Sari.Setiadi

Assalamuallaikum..
Sahabat Akherat-ku...

ALLAH Pelindung Bagi Orang-Orang Yang Mukmin,
Di Dalam Hati Orang Mukmin Akan Terpancar Cahaya Yang Selalu Terjaga Dalam Hatinya..,
Dimana Cahaya itu Merupakan Cahaya Ketaqwaan Yang Selamanya Bersemayam Dalam Kalbunya,

Dan ALLAH Menjaga Hati Orang-Orang Mukmin Terhindar Dari Sifat Riya Yang di Hembuskan Dari Hawa Nafsunya.
Karena Hamba-Hamba-Nya Yang Ber-Makrifat Kepada-Nya Selalu Dalam Surga-Surga Yang Mengalir Dibawahnya Dengan Penuh Cahaya Yang Menyelimuti dirinya tanpa rasa Yang Merusak Jiwa & Jasad.

Yuukk Maree... Jadi Org Yg MUKMIN Byk untungnya khan.. Terjaga dan Terlindungi..,
Mau jatuh kepeleset eeittss Allah langsung jagain Hatinya tuh..,
Mau ngelirik yg aneh-aneh langsung buru-buru deh pandangannya dijaga dan dibelokin lagi ke Wajah-Nya.
Pasti dilindungi Allah terus, Dan Hawa nafsunya juga di jaga dgn baik...Kalau sudah terlindungi.... T.O.P.B.G.T dehh darlingg..MAUU??!! .. Siapa Takuttt ....!!!!

Semoga Barokah dan Kebaikan Allah Selalu Bersama-mu Hari Ini Ya. Amin
"Teruslah Syiar Dan Jihad Kebaikan Hanya Karena Allah Swt..."

Wasalam
Ambar Sari Setiadi
( 19 June 09)

Visit My Group "CINTA ALLAH 100%"
http://www.facebook.com/group.php?gid=85617327937

Persahabatan Dalam Islam

Istilah sahabat dalam Islam sedemikian popular. Nabi memiliki banyak sahabat dalam mengembangkan Islam. Ada empat sahabat nabi yang amat dikenal, yang kemudian memimpin masyarakat Islam sepeninggal Nabi, yaitu Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali. Ke empat sahabat nabi ini, menurut tarekhnya, mereka sedemikian tulus dan dekat dengan nabi.

Para sahabat itu memiliki komitmen yang amat tinggi dalam memperjuangkan Islam. Apa saja ynag dilakukan oleh nabi, mereka ikuti dan kerjakan. Hubungan mereka dijalin bukan atas kepentingan, melainkan atas dasar cinta terhadap ajaran Islam yang sedemikian mulia. Atas dasar itu maka hidup dan atau mati mereka, hanya diperuntukkan bagi perjuangan agama Allah itu. Sebaliknya, antara sahabat dengan nabi tidak pernah terjadi konflik, salah paham, dan sejenisnya.

Mereka itu semua adalah orang-orang yang setia, sehingga pada saat nabi masih hidup, sekalipun sedemikian berat, perjuangan nabi selalu berhasil dengan gemilang. Kiranya tidak bisaa dibayangkan, andaikan para sahabat tersebut, tidak memiliki komitmen dan atau hati mereka tidak diikat oleh tali kasih sayang yang mendalam. Mungkin nabi akan disibukkan oleh persoalan-persoalan internal di lingkungan sahabat sendiri.

Persahabatan seperti itu, memang seharusnya bisa dicontoh oleh umatnya. Persahabatan dalam Islam diikat oleh tali keimanan dan kasih sayang di antara mereka. Iman selalu bersemayam di hati dan bukan hanya terletak di alam pikiran. Iman berbeda dengan sebatas pemahaman. Jika iman berada di hati maka pemahaman dan kesepakatan atau komitmen selalu berada di alam pikiran. Suara hati agaknya memang berbeda dengan suara akal. Suara hati selalu didasari oleh nilai-nilai luhur kasih sayang, sedangkan kesepakatan dan komitmen didasari oleh kepentingan-kepentingan.

Ikatan keseimanan dan kasih sayang, tidak mengenal transaksi, pertimbangan untung atau rugi, dan siapa mendapatkan apa. Berbeda dengan itu adalah hubungan-hubungan rasional dan kesepahaman yang biasanya diikat oleh janji atau MoU, maka berkemungkinan pihak-pihak tertentu, setelah mempertimbangkan untung atau rugi, apalagi ditengarai telah terjadi suasana tidak jujur dan tidak adil, maka kesepakatanm itu akan dibatalkan dan bahkan saling menggugat dan membatalkan kerjasama itu.

Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah, dalam membangu persahabatan didasari oleh kecintaan pada Allah dan rasulnya. Oleh karenanya, ikatan itu lebih konstan, mantap dan istiqomah. Persahabatan dalam Islam dibina sepanjang waktu, baik dalam kegiatan spiritual maupun dalam kegiatan social. Dalam kegiatan spiritual misalnya, setiap sholat selalu bacaannya diakhiri dengan mengucap salam ke kanan dan ke kiri. Ucapan salam itu berisi doa, memohon agar keselamatan dan rakhmat Allah selalu melimpah kepada saudaranya sesama muslim.

Dalam kegiatan ritual, seperti dalam sholat tergambar bahwa seorang muslim tidak hanya berharap mendapatkan keselamatan bagi dirinya sendiri dan keluarganya, melainkan keselamatan bagi seluruh kaum muslimin. Demikian pula, dalam berbagai doa’ yang diucapkan, kaum muslimin selalu menyempurnakan doanya terhadap seluruh kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Persahabatan kaum muslimin, sesungguhnya secara doktriner, diikat secara kokoh dalam waktu yang amat panjang, baik di dunia maupun akherat. Hubungan sesame kaum muslimin, dibangun sebagaimana sebuah bangunan rumah, antara bagian satu dengan bagian lainnya saling memperkukuh. Selain itu juga diumpamakan bagaikan tubuh, maka jika sebagian sakit maka yang lainnya akan merasa sakit, dan demikian juga sebaliknya.

Hanya sayangnya konsep yang sedemikian luhur itu belum bisa direalisasikan sepenuhnya dalam kehidupan nyata. Di antara kaum muslimin seringkali masih saling bercerai berai. Berbagai organisasi Islam yang muncul di mana-mana, yang semestinya antara satu dan lainnya saling memperkukuh, namun pada kenyaannya justru sebaliknya. Antar berbagai organisasi terjadi saling berkompetisi, konflik dan bahkan juga saling menyerang dan menjatuhkan. Lebih ironi lagi, konflik itu tidak saja terjadi antar organisasi Islam, tetapi justru terjadi pula di antara internal organisasi.

Sedemikian rentannya persahabatan di antara kaum muslimin, sehingga seringkali terdengar joke, bahwa agar para iblis tidak terlalu capek menggoda manusia, maka makhluk Allah yang dianggap paling mulia tersebut didorong saja mendirikan organisasi dan syukur kalau organisasi yang bernuansa politik. Jika organisasi atau partai politik itu sudah berhasil berdiri, maka sekalipun setan tidak bekerja, maka mereka dengan sendirinya sehari-hari akan konflik dan saling menyerang dan menjatuhkan satu dengan lainnya.

Anekdot tersebut rasanya tidak sulit dipahami dari kalangan umat Islam. Selama ini seolah-olah ajaran Islam tidak memiliki konsep tentang persatuan umat. Selain itu seolah-olah Islam belum menjadi faktor pemersatu, dan sebaliknya, justru menjadi kekuatan pemecah belah umat manusia. Padahal kenyataannya tidak begitu. Banyak hadits nabi menegaskan bahwa antara sesame kaum muslimin adalah bagaikan saudara. Persatuan hendaknya diperkokoh. Sesama kaum muslimin harus saling mencintai. Demikian pula al Qur’an secara tegas melarang saling bercerai berai di antara kaum muslimin.

Perpecahan, tidak terkecuali di antara kaum muslimin, sudah menjadi hal biasa. Maka kemudian muncul jargon-jagon pembenar terjadinya konlik, dan atau perpecahan apalagi dalam organisasi politik. Mereka mengatakan bahwa berbeda pendapat, konflik dan sejenisnya adalah syah-syah saja. Bahkan menganggap hal wajar sebuah statemen yang mengatakan bahwa, persahabatan dalam politik tidak pernah abadi. Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa yang abadi adalah kepentingan. Sehingga, sepanjang di antara mereka masih memiliki kepentingan yang sama, maka kelompok itu masih bisa bersatu, dan sebaliknya akan bercerai jika kepentingan itu tidak didapat.

Persahabatan yang dicontohkan oleh Rasulullah sesungguhnya tidak demikian. Persahabatan itu diikat oleh kasih sayang yang mendalam, iman, dan ketaqwaan. Kasih sayang atau saling mencintai di antara kaum muslimin harus didasarkan atas motivasi karena Allah dan Rasulnya, dan bukan karena kepentingan sebagaimana dalam ikatan politik itu. Negeri yang kita cintai ini, semestinya dibangun atas dasar kecintaan kepada bangsa dan negara, dan bukan atas dasar kepentingan golongan atau partai. Dalam Islam mencintai bangsa adalah bagian dari keimanan seseorang. Jika demikian halnya, maka sesungguhnya tidak akan terjadi fenomena persaingan di antara pemimpin bangsa, yang mereka itu masih sama-sama mendapatkan amanah dari rakyat.

Memang fenomena seperti itu, menurut bahasa politik adalah syah-syah saja dilakukan oleh siapapun. Keputusan itu tidak sedikitpun menyalahi undang-undang atau peraturan yang ada. Akan tetapi, sesungguhnya jika ikatan di antara itu bukan sebatas komitmen, kesepakatan atau kepentingan, melainkan berupa tali keseimanan, kecintaan terhadap bangsa, maka semestinya para pemimpin selalu mengambil tindakan arif dan bijak. Atas dasar kecintaannya itu , maka masing-masing akan selalu menjaga persahabatan yang telah dibangun atas dasar nilai-nilai mulia itu. Islam tidak mengenal istilah persahabatan sementara, sesaat, bebas atau liberal. Tetapi dalam dunia ekonomi saja istilah seperti itu ada, yaitu ekonomi liberal, yang juga banyak orang ternyata tidak menyukainya. Wallahu a’lam.

SABAR MENGHADAPI COBAAN DAN RIDHA TERHADAP QADHA (2)

Ridha dan marah termasuk perbuatan manusia. Karena itu manusia akan diberi pahala atas perbuatannya dan akan disiksa atas kemarahannya. Sedangkan qadha sendiri tidak termasuk perbuatan manusia, sehingga manusia tidak akan diminta pertanggungjawaban atas terjadinya qadha, sebab bukan termasuk perbuatannya. Tetapi ia tetap akan ditanya tentang ridha dan marahnya terhadap qadha, karena hal itu termasuk perbuatannya.
Allah berfirman:

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (TQS. an-Najm [53]: 39)

Qadha dari Allah ini akan menjadi penebus atas dosa-dosa seseorang, dan sebagai sarana dihapuskannya kesalahan. Dalilnya sangat banyak, di antaranya hadits dari Abdullah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

Seorang muslim yang diuji dengan rasa sakit karena duri atau yang lebih dari itu, maka Allah pasti akan menebus kesalahankesalahannya karena musibah itu, sebagaimana suatu pohon menggugurkan daunnya. (Mutafaq ‘alaih).

Hadits yang lain adalah dari ‘Aisyah, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: Satu duri atau yang lebih dari itu, yang menimpa seorang mukmin, maka pasti dengan duri itu Allah akan mengurangi kesalahannya. Dalam satu riwayat dikatakan “naqushshu” artinya kami akan mengurangi. (Mutafaq ‘alaih).

Hadits dari Abû Hurairah dan Abû Sa’id, dari Nabi saw., bersabda: Setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, berupa sakit yang berterusan, sakit yang biasa, kebingungan, kesedihan, kegundahan hingga duri yang menusuknya, maka pasti musibah itu akan menjadi penghapus bagi kesalahan-kesalahannya. (Mutafaq ‘alaih).

Dalam bab ini terdapat juga hadits senada dari Sa’ad, Muawiyah, Ibnu Abbas, Jabir, Ummu al-Ala, Abû bakar, Abdurrahman bin zhar, al-Hasan, Anas, Syadad, dan Abû Ubaidah ra.; dengan sanad-sanad ada yang baik dan ada yang shahih. Semuanya sampai kepada Nabi saw. (hadits marfu), yang isinya menyatakan bahwa “setiap ujian akan menggugurnya kesalahan”.

Hadits dari ‘Aisyah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Seorang muslim yang tertusuk duri atau yang lebih dari itu, maka pasti Allah dengan musibah itu akan mengangkat satu derajat untuknya dan menggugurkan satu kesalahan darinya.

Dalam riwayat lain dikatakan: Maka pasti Allah dengan musibah itu akan mencatat satu kebaikan baginya.

Yang dimaksud dengan pahala di sini adalah pahala atas keridhaannya terhadap qadha dari Allah dan kesabarannya; Juga bersyukur dan tidak mengadukan musibahnya kecuali kepada Al lah. Banyak sekal i hadi ts yang menjelaskan batasan ini, di antaranya hadits riwayat Muslim dari Shuhaib, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

Sungguh mengagumkan urusan orang yang beriman, karena seluruh urusannya merupakan kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka syukur adalah kebaikan baginya. Jika ditimpa kesulitan ia bersabar, maka sabar itu merupakan kebaikan baginya. Hal seperti ini tidak akan didapati pada seseorang kecuali orang yang beriman.

Hadits riwayat al-Hâkim, ia menshahihkannya yang disepakati oleh adz-Dzahabi dari Abû Darda ra., ia berkata; aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman, “Wahai Isa!, sungguh aku akan mengi r im sua tu umat setel ahmu. J ika me reka mendapatkan perkara yang disukai, pasti akan memuji kepada Allah. Jika mereka mendapatkan perkara yang tidak disukai, mereka akan ikhlas menerimanya dan bersabar menghadapinya, padahal mereka tidak memiliki kepandaian dan ilmu.” Isa berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana itu bisa terjadi?” Allah berfirman, “Aku memberikan kepada merekasebagian dari kepandaian dan ilmu-Ku.”

Hadits riwayat ath-Thabrâni dengan isnad yang sehat dari cacat, dari Ibnu Abbas ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: Siapa saja yang ditimpa musibah atas hartanya atau jiwanya, kemudian ia menyembunyikannya dan tidak mengadukan kepada manusia, maka Allah pasti akan mengampuninya.

Hadits riwayat al-Bukhâri dari Anas, ia berkata; aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, “Jika Aku menguji hambaku dengan dua mata yang buta, kemudian ia bersabar, maka Aku akan menggati kedua (mata)nya tersebut dengan surga baginya.
Hadits riwayat al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, dari Abû Hurairah, ia berkata; Rasulullah bersabda: Seorang muslim yang tertusuk duri di dunia, ia ikhlas menerimanya, maka pasti ujian itu akan menjadi penyebab Allah melenyapkan kesalahan-kesalahnya di hari kiamat.

Pada pembahasan ini kita perlu menelaah kesabaran lebih dalam lagi, untuk menghilangkan kesalahpahaman pada sebagaian kaum Muslim tentang fakta dan makna sabar. Ada yang beranggapan, jika seseorang membatasi diri dan menjauhkan di r i dar i manus ia, meningga lkan kemunkaran dan para pelakunya; ia melihat keharamansudah merajalela, hukum-hukum Allah tidak diamalkan, dan jihad telah ditinggalkan. Pada kondisi seperti ini, ia tidak mengambi sikap untuk mengha-dapinya, bahkan ia menjauh dan meninggalkan aktivitas nahi munkar; maka yang seperti ini oleh sebagian orang dianggap sebagai orang
yang bersabar. Atau mereka memahami sabar sekadar menolak penindasan atas dirinya saja. Ia menghindari hal-hal yang mengakibatkan akan ditangkap oleh musuh-musuh Allah, sehingga ia tidak berani mengatakan kebenaran, tidak berani beramal untuk menggapai ridha Allah. Bahkan ia tetap diam, mengurung diri di tempat ibadah. Ia berkata tentang dirinya, “Aku adalah orang yang bersabar.”

Sabar seperti itu bukanlah sabar yang pelakunya dijanjikan surga oleh Allah Swt. seperti dalam firman-Nya: Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (TQS. az-Zumar [39]: 10)

Sikap seperti itu adalah kelemahan. Rasulullah saw. Telah meminta perlindungan kepada Allah dari sifat tersebut. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari sifat lemah, dan malas; dari sifat kikir, bingung, kesedihan, dilanda hutang, dan dari paksaan orangorang kuat. Sabar yang sebenarnya adalah ketika kita mengatakan yang hak dan melaksanakannya. Siap menanggung resiko penderitaan di jalan Allah karena mengatakan dan mengamalkan kebenaran, tanpa berpaling, bersikap lemah, atau lunak sedikit pun.

SABAR MENGHADAPI COBAAN DAN RIDHA TERHADAP QADHA (3)

Sabar yang sebenarnya adalah sabar yang telah dijadikan Allah sebagai buah dari ketakwaan. Allah berfirman: Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka
sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (TQS. Yusuf [12]: 90)

Sabar yang sebenarnya adalah mereka yang disertakan oleh Allah dengan para Mujahid. Allah berfirman: Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 146)

Sabar terhadap cobaan dan qadha adalah sesuatu yang akan menuntun menuju sikap konsisten, bukan sikap yang labil. Sabar yang akan mendorong untuk senantiasa berpegang teguh pada Kitab Allah, bukan melemparkannya dengan dalih beratnya
obaan. Sabar seperti ini adalah sabar yang akan semakin menambah kedekatan seorang hamba kepada Rabbnya, bukan semakin jauh. Allah berfirman:

Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (TQS. al- Anbiya [21]: 87)

Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran yang akan semakin memperkuat cita-cita dan akan mendekatkan ke jalan menuju surga, yaitu seperti kesabaran Bilal bin Rabah, Khabab, dan keluarga Yasir. Sebagiamana sabda Rasul saw.: Sabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.


Juga seperti kesabaran Khubaib dan Zaid. Ia berkata: Demi Allah, aku tidak suka Muhammad saw. ditimpa musibah walau hanya dengan duri, sementara aku selamat dengan keluargaku.

Juga seperti kesabaran orang-orang yang menghentikan orang yang dzalim tanpa merasa takut, di jalan Allah, terhadap cacian orang yang suka mencaci. Rasulullah saw. bersabda:

Tidak, demi Allah, kalian harus menghentikan orang yang dzalim, kalian harus membelokkan mereka (dari kedzaliman) menuju kebenaran, dan kalian harus menahan mereka dalam kebaikan atau Allah akan mengunci hati sebagian dari kalian disebabkan oleh sebagian yang lainnya dan Allah akan melaknat kalian sebagaimana telah melaknat Bani Israil.

Juga seperti kesabaran para sahabat yang diberkati, juga kesabaran para sahabat yang diboikot, dan para sahabat yang hijrah ke Habsyah; dan kesabaran para sahabat yang ditangkap karena berpegang pada perkataan mereka, “Tuhan kami adalah Allah”.

Kesabaran yang hakiki juga harus seperti kesabaran kaum Muhajirin dan Anshar pada saat memerangi kaum Musyrik, bangsa Persia, dan Romawi. Seperti kesabaran sahabat yang ditawan, yaitu kelompok Abdullah bin Abi Hudzafah…; juga kesabaran para mujahidin yang berani dan jujur.

Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran pada saat melaksanakan amar makruf nahi munkar, dan tidak lemah meskipun dihadapkan kepada berbagai penindasan di jalan Allah. Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran pada saat menjadi tentara bersama pasukan kaum Muslim yang siap memerangi musuh-musuh Allah. Sabar yang sebenarnya adalah kesabaran yang sesuai dengan firman Allah:

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orangorang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang memper-sekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 186)

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (TQS. Muhammad [47]: 31)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`ûn”. Mereka itulah yang mendapat keber-katan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (TQS. al-Baqarah [2]: 155-157)

Sahabat Nabi

Sahabat Nabi, dari kata shahabah (ash-shahaabah,) adalah mereka yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad SAW, membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim.

Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i pernah berkata:

“Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam”

Kebanyakan muslim mendefinisikan para sahabat sebagai mereka yang mengenal Nabi Muhammad SAW, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam keadaan Islam. Para sahabat utama yang biasanya disebutkan hingga 50 sampai 60 nama, yakni mereka yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Sahabat disebut pula murid Nabi Muhammad.

Identifikasi terhadap sahabat nabi, termasuk status dan tingkatannya merupakan hal yang penting dalam dunia Islam karena dapat digunakan untuk mengevaluasi keabsahan suatu hadits maupun perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh mereka. Lihat pula: Hadits

Menurut al-Hakim dalam Mustadrak, Sahabat terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu:

1. Para sahabat yang masuk Islam di Mekkah, sebelum melakukan hijrah, seperti Khulafa’ur Rasyidin

1. Khadijah binti Khuwailid

2. Ali bin Abi Thalib

3. Zaid bin Haritsah

4. Abu Bakar ash-Shiddiq

5. Umar bin Khattab

6. Utsman bin Affan

7. Abbas bin Abdul Muthalib

8. Hamzah bin Abdul Muthalib

9. Ja’far bin Abi Thalib

2. Para sahabat yang mengikuti majelis Darunnadwah

3. Para sahabat yang ikut serta berhijrah ke negeri Habasyah

4. Para sahabat yang ikut serta pada bai’at Aqabah pertama

5. Para sahabat yang ikut serta pada bai’at Aqabah kedua

6. Para sahabat yang berhijrah setelah sampainya Rasulullah ke Madinah

7. Para sahabat yang ikut serta pada perang Badar

8. Para sahabat yang berhijrah antara perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah

9. Para sahabat yang ikut serta pada bai’at Ridhwan

10. Para sahabat yang berhijrah antara perjanjian Hudaibiyyah dan fathu Makkah

1. Khalid bin Walid

2. Amr bin Ash

11. Para sahabat yang masuk Islam pada fathu Makkah,

1. Abu Sufyan

2. Mu’awiyah bin Abu Sufyan

12. Bayi-bayi dan anak-anak yang pernah melihat Rasulullah saw pada fathu Makkah
Beberapa Sahabat yang Terkenal

1. Abdurrahman bin Auf

2. Abdullah ibn Umar

3. Abu Bakar

4. Abu Dzar Al-Ghiffari

5. Abu Hurairah

6. Abu Ubaidah bin al-Jarrah

7. Amr bin Ash

8. Ali bin Abi Talib

9. al-Qamah

10. Hamzah bin Abdul Muthalib

11. Umar bin Khattab

12. Usman bin Affan

13. Bilal bin Rabah

14. Khalid bin Walid

15. Mua’dz bin Jabal

16. Mua’wiyah bin Abu Sufyan

17. Mus’ab bin Umair

18. Sa’ad bin Abi Waqqas

19. Sa’id bin Zayd bin `Amr

20. Usamah bin Zaid bin Haritsah

21. Talhah

22. Uwais Al-Qarny

23. Wahsyi

24. Zubair bin Awwam

Mencintai Para Sahabat dan Ahlul Bait Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat adalah orang-orang terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan generasi mereka adalah generasi terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia, hal ini selaras dengan ucapannya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik manusia adalah pada masaku” (yakni para sahabat, pent). Adalah merupakan aqidah ahlissunnah wal jama’ah mencintai para sahabat dan ahlul bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa harus bersikap ekstrem dalam mencintainya, tetapi tidak juga bersikap merendahkan atau bahkan mencemoohkannya.

Pendek kata, aqidah ahlussunnah wal jama’ah dalam hal para sahabat Nabi dan ahlul bait pertengahan antara ifrath dan tafrith, serta ghuluw dan jafaa’, antara rafidhoh -semoga Allah menjelekkan mereka-, khowarij dan nawasib. Kaum rafidhoh mengatakan, “Tidak ada loyalitas terhadap ahlul bait, kecuali dengan berlepas diri dari para sahabat, barangsiapa yang tidak berlepas diri dari para sahabat, maka ia tidak mencintai ahlul bait.” Lain lagi dengan khowarij, mereka mengkafirkan Ali dan Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhuma beserta para sahabat lainnya yang bersamanya, menghalalkan darah dan harta-hartanya. Adapun nasibi / nawasib, mereka adalah orang-orang yang menancapkan api permusuhan terhadap ahlul bait, mencelanya dan berlepas diri darinya.

Ahlussunnah wal jama’ah adalah orang-orang yang Allah telah berikan hidayah padanya untuk mengetahui keutamaan-keutamaan para sahabat sehingga mereka mencintainya (para sahabat) karena kesetiaannya terhadap Rosulullah, kepeloporannya dalam hal itu, perjuangannya membela Islam, dan berjihad bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mereka menjaga diri dari membicarakan kesalahan-kesalahannya para sahabat karena Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda (yang artinya), “Jika disebutkan para sahabatku maka tahanlah” (yakni dari membicarakan kesalahannya, pent) (HR Abu Nu’aim dan Thobrani dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

Ahlussunnah meyakini bahwa orang yang terbaik setelah Nabi adalah Abu Bakr Ash Shiddiq kemudian Umar bin Khattab lalu Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhum. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, “Kami sedang berbincang -dan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada di hadapan kami- bahwa sebaik-baik orang setelah Rosulullah adalah Abu Bakr, Umar, dan Utsman. Nabipun mendengar hal itu dan beliau tidak mengingkarinya.” (HR Bukhori).

Juga telah datang riwayat secara mutawatir bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu pernah berkata saat khutbah, “Umat yang paling afdhol setelah Nabi adalah Abu Bakr lalu Umar…” Setelah mereka yang terbaik adalah lima orang ahli syuro yakni Ali bin Abi Thalib, Zubair, Abdurrahman bin Auf, Saad, dan Thalhah. Kemudian setelah mereka adalah ahli Badr dari Muhajirin dan Ahli Badr dari Anshor dari para sahabat Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seterusnya. Semoga Allah meridhoi semuanya.

Para pembaca, ahlussunnah wal jama’ah adalah orang-orang yang mencintai muslim dan muslimah dari keturunan Abdul Muthalib, begitu pula mencintai seluruh istri-istri Rosulullah, memuji semuanya, dan menempatkannya sesuai dengan kedudukannya yang paling tepat dengan adil dan inshaf, tidak dengan hawa nafsu dan kedengkian, mereka mengetahui keutamaan orang-orang yang Allah kumpulkan padanya kemuliaan iman dan kemuliaan nasab, siapa saja yang tergolong ahlul bait dari para sahabat Nabi, maka mereka mencintainya karena keimanannya, ketakwaannya, dan kesetiannya serta kekeluargaannya dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Mereka yakni ahlussunnah wal jama’ah mencintai ahlul bait Rosulullah dan berloyalitas padanya, mereka menjaga betul wasiat Rosulullah saat berkata, ‘Aku ingatkan kalian pada ahlul baitku.’ Dan saat berucap, ‘Demi yang jiwaku ada di genggamanNya, kalian tidak beriman hingga kalian mencintai Allah dan keluargaku.’ Mereka (ahlussunnah) mencintai istri-istri Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ummahatul mu`minin, serta mengimani bahwa mereka adalah istri-istri beliau di akhirat…”

Sabtu, 27 Juni 2009

Serial Salimul Aqidah

Fitnah Kubur, Siksa Dan Nikmat Kubur

Oleh : Ust.Suherman, S. Ag.


Iman kepada hari akhir merupakan bagian dari rukun Iman. Iman kepada hari akhir adalah termasuk mengimani peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sesudah kematian.

Kubur mengeluh terhadap sikap manusia yang tidak sadar bahwa mereka akanl sendirian dalam kubur. Manusia diingatkan untuk menyiapkan perbekalan di alam kubur melalui amal mereka di dunia. Manusia harus sadar, tatkala huru-hara dan kekacauan terjadi di dalam kubur, mereka amat memerlukan teman yang dapat memberikan pertolongan yaitu amal yang shaleh di samping hati yang bersih..

Kubur juga merasa sedih apabila manusia melupakannya. Hadits Nabi SAW yang disampaikan oleh Malik dari Abdillah bin Umar: "Bahwa Kubur telah menangis sambil berkata dalam tangisannya. (Tidakkah kamu tahu) bahwa aku adalah rumah yang sunyi gelap-gulita, rumah yang manusia hanya sendirian dan rumah tempat ulat-ulat (yang akan melumat daging-daging manusia)"

Walaupun kubur menangis mengenangkan nasib manusia, namun sayangnya. manusia sendiri terus bergelut dalam tawa, seolah mereka tidak akan bertemu dengan kubur. Alangkah bahagianya jika manusia senantiasa mengingat kubur yang tidak pernah melupakan manusia. Ketika jenazah anak cucu Adam dibaringkan di dalam kubur, kemudian kubur bertanya kepada jenazah tersebut :
"Wahai anak cucu Adam. Tidakkah kamu tahu bahwa aku adalah tempat manusia bersendirani tanpa teman. Tidakkah kamu tahu bahwa aku adalah rumah yang gelap-gulita, dan tidakkah kamu tahu bahwa aku adalah rumah yang haq (yaitu rumah yang pasti dihuni oleh keturunan Adam). Wahai anak cucu Adam, apakah yang telah memperdayakan engkau sehingga melupakan aku ?". Seandainya manusia menyadari bahwa kubur adalah tempat yang gelap, tentulah mereka akan datang dengan membawa obor dari amal sholeh mereka yang senantiasa bersinar. Malangnya, banyak manusia yang datang dengan tangan hampa tanpa perbekalan.

1. Fitnah Kubur

Yaitu pertanyaan yang diajukan kepada mayat ketika sudah dikubur tentang Rabbnya, agamanya dan nabinya. Tatkala berada dalam kubur, datang dua malaikat, yaitu Munkar dan Nakir yang akan berada di sisi mayat yang terbujur di dalam kubur. Munkar dan Nakir akan mengangkat mayat itu dari pembaringan dan meletakkannya dalam keadaan duduk. Malaikat Munkar dan Nakir dengan suara bagaikan halilintar mulai bertanya kepada ahli kubur, : "Siapakah Tuhan Kamu?, Siapakah Nabimu?, Apakah agamamu? Apakah kiblatmu?...".

Kemampuan ahli kubur untuk menjawab pertanyaan tersebut terpulang kepada sejauh mana mereka menghayati empat perkara utama itu. Ada yang mendapat rahmat Allah sehingga mampu menjawab dengan mudah, tetapi banyak yang tidak mampu memberi jawaban. Di saat manusia ditanya tentang Rabbnya, banyak yang tahu bahwa Allah tuhan mereka, tetapi justru mereka tidak beriman dengan apa yang mereka tahu. Sebaliknya, mereka mengambil tuhan-tuhan yang lain, seperti nafsu sebagai tuhan mereka. Firman Allah SWT. : "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya" (QS. Al-Furqan, 25 : 43)

Tidak kurang pula manusia yang hanya mengaku beriman kepada Allah SWT tetapi hanya menyembah Allah dalam shalat saja. Akan tetapi di luar shalat, mereka tidak mematuhi Allah, enggan berpegang dan melaksanakan hukum Allah SWT. Malah mereka ragu akan kebenaran hukum dan undang-undang Allah SWT.

Tidak juga mudah untuk menjawab pertanyaan tentang 'rasul' jika kita tidak menjadi umat Muhammad saw yang patuh dan melaksanakan segala ajarannya dan mengikuti sunnahnya. Demikian pula soal kiblat, semua orang tahu bahawa kiblat orang Islam ialah Ka'bah. Tetapi mengapa banyak di antara kita menjalin hubungan sesama manusia berkiblatkan Barat. Semua pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir itu bagai soal ujian yang berisi tentang dasar hidup mereka saat menjalani kehidupannnya di dunia.

Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kata-kata yang mantap. Ia akan menjawab pertanyaan itu dengan tegas dan penuh keyakinan, "Allah Rabbku, Islam agamaku, dan Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam Nabiku". Sebaliknya, Allah SWT menyesatkan orang-orang yang zhalim dan kafir. Mereka akan menjawab pertanyaan dengan terbengong-bengong karena pertanyaan itu terasa asing baginya, sedangkan orang-orang munafik akan menjawab dengan kebingungan.


2. Siksa Kubur
A. Bukti Adanya Siksa Kubur

"Seorang wanita Yahudi pernah masuk menemui Aisyah ra. Wanita itu menyebutkan siksa kubur seraya berkata kepada Aisyah ra., "Semoga Allah menjagamu dari siksa kubur. Kemudian Aisyah bertanya (kepada Nabi SAW ) tentang siksa kubur, maka Nabi SAW bersabda, "Ya, siksa kubur benar ada". Aisyah berkata, "Aku tak pernah melihat Rasulullah SAW sholat setelah itu, kecuali beliau meminta perlindungan dari siksa kubur". (HR. Bukhari)
Semua kita hampir dapat dipastikan lalai tentang sebuah dimensi yang disebut alam kubur. Padahal dimensi ini, akan dijalanani oleh kita semua. Kesibukan di dunia telah banyak melalaikan orang dari mengingat kubur atau bahkan lupa untuk mempersiapkan diri memasuki alam ini. Firman Allah swt: "Bermegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." (At Takatsur:1-2)
Alam kubur adalah suatu alam yang sukar dibayangkan dengan akal manusia. Akan tetapi alam ini dapat dilihat dengan mata hati dipimpin dengan ilmu berlandaskan wahyu, iman dan keyakinan. Salah satu keunikan alam ini ialah ia mampu bertutur walaupun sesungguhnya suara kubur itu tidak terdengar manusia. Perkara ini hanya difahami oleh hati yang penuh keimanan. Allah SWT telah menciptakan lidah (lisan) kepada kubur dan bertuturlah kubur dengan lidahnya itu, katanya :

Hadits riwayat Hannad bin Sariq dari Abdillah bin Ubaid bin Umair, Rasulullah saw bersabda yang artinya: "Wahai anak Adam, bagaimanakah kamu hidup di dunia sedang engkau melupakan aku, tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah tempat kediaman yang sepi dan sendirian, tempat yang dipenuhi ulat dan cacing."

Maka kita jangan melupakan alam kubur, karena manusia tidak dapat lari dari perjumpaan dengan ajalnya, seperti firman Allah, "Dan datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya." Kaum Muslimin yakin benar bahwa alam kubur, siksaan di dalamnya, dan pertanyaan dua malaikat adalah benar adanya berdasarkan dalil-dalil wahyu, dan dalil-dalil akal seperti berikut ini:


A. Dalil-Dalil Dari Al Qur'an

"Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), 'Rasakanlah oleh kalian siksa neraka yang membakar,' (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya." (Al-Anfal: 50-51)


"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), 'Keluarlah nyawa kalian. Pada hari ini kalian dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kalian selalu mengatakan kepada Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kalian selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagai mana Kami ciptakan pada mulanya, dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian dan Kami tidak melihat beserta kalian pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kalian dan telah lenyap daripada kalian apa yang dahulu kalian anggap (sebagai sekutu Allah)." (Al-An'am: 93-94).


"Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar." (At-Taubah: 101).


"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras'." (Al mu'min: 46).


"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki." (Ibrahim: 27).


B. Dalil-Dalil Dari Hadits Nabi

"Jika seorang hamba telah diletakkan di kuburnya, dan sahabat-sahabatnya telah meninggalkannya, serta ia mendengar suara sandal mereka, maka dua malaikat datang kepadanya kemudian duduk padanya. Kedua malaikat tersebut berkata, 'Apa yang dulu engkau katakan tentang orang ini (Rasulullah saw.)?' Adapun orang Mukmin, ia berkata, ‘Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah dan Rasul-Nya,' kemudian dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah ke kursimu di neraka, Allah telah memberi ganti untukmu dengan kursi dari surga.' Orang Mukmin tersebut bisa melihat kedua kursi tersebut. Adapun munafik atau orang kafir, maka kedua malaikat bertanya kepada keduanya, 'Apa yang dulu engkau katakan tentang orang ini (Rasulullah saw.)?' Adapun orang Munafik atau orang kafir tersebut berkata, ‘Aku tidak tahu. Dulu aku hanya berkata seperti yang dikatakan manusia.' Dikatakan kepada orang kafir atau orang munafik tersebut, 'Engkau tidak tahu dan tidak mengikutinya?' Kemudian orang kafir atau orang munafik tersebut dipukul dengan martil besi dengan pukulan yang membuatnya berteriak dengan teriakan yang bisa didengar makhluk-makhluk yang berdekatan dengannya kecuali manusia dan jin." (HR Bukhari, Muslim, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).

"Jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka kursinya diperlihatkan padanya pagi-sore. Jika ia termasuk penghuni surga maka ia termasuk penghuni surga, jika ia termasuk penghuni neraka maka ia akan menjadi penghuni neraka. Dikatakan kepadanya, ‘Ini kursimu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat'." (HR. Bukhari).

Sabda Rasulullah saw. ketika berjalan melewati dua kuburan, "Sesungguhnya dua orang di dua kuburan tersebut sedang disiksa karena dosa besar. Ya, salah seorang dari keduanya berjalan dengan membawa adu domba, sedang orang satunya tidak mengenakan tutup ketika buang air kecil." (HR. Bukhari).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata dalam doanya, "Ya Allah, aku berlindung diri kepada Mu dan siksa kubur, dan siksa neraka, dan fitnah kehidupan, dan fitnah kematian, dan dan fitnah AI Masih Ad-Dajjal." (HR. Bukhari).

Dalam Shahih Muslim, Zaid bin Tsabit meriwayatkan bahwa Nabi SAW barsabda :
"Kalau tidak karena kalian saling mengubur (orang yang mati) pasti aku memohon kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur kepada kalian yang saya mendengarnya. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapkan wajahnya seraya berkata : 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa neraka'. Para sahabat berkata, 'Kami memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka'. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata lagi, 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur'. Para sahabat berkata, 'Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur'. Lalu beliau berkata lagi. 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak'. Para sahabat lalu berkata, 'Kami memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak'. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi. 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal'. Para sahabat berkata, 'Kami mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal". (HR. Muslim)

C. Dalil-Dalil Akal

1. Keimanan seorang hamba kepada Allah Ta'ala, malaikat-malaikat-Nya, dan hari akhir mengharuskannya beriman kepada alam kubur, kenikmatannya, dan apa saja yang terjadi di dalamnya. Sebab, itu semua termasuk perkara-perkara ghaib. Jika seseorang mempercayai sebagian sesuatu, maka menurut akal ia harus mengimani sebagian satunya.
2. Alam kubur, kenikmatannya, pertanyaan dua malaikat bukan merupakan sesuatu yang mustahil menurut akal. Bahkan akal yang sehat mengakuinya memberi kesaksian terhadapnya.
3. Orang yang tidur terkadang bermimpi melihat sesuatu yang menyenangkan kemudian ia bahagia dengannya, dan menikmatinya. Namun ia sedih jika ia terbangun. Atau terkadang ia bermimpi melihat sesuatu yang dibencinya, kemudian ia murung karenanya, dan ia senang sekali kalau ada orang yang membangukannya. Kenikmatan dan siksa di alam mimpi tersebut betul-betul terjadi pada ruhani. Dan ruhani terpengaruh dengannya tanpa ia rasakan dan bisa dilihat oleh kita, serta tidak ada seorang pun yang memungkirinya. Bagaimana terhadap siksa alam kubur, dan kenikmatannya yang pada dasarnya sama persis dengan mimpi tersebut?


B. Kedahsyatan Siksaan Di Alam Kubur

1. Kepala Dijatuhi Batu hingga Hancur

Imam Bukhari meriwayatkan dari Samurah bin Jundab r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, : "Sesungguhnya telah datang kepadaku dua malaikat tadi malam (dalam mimpi), yang keduanya diutus supaya mendatangiku. (Dalam mimpi itu) kami mendatangi seorang laki-laki yang sedang tidur telentang, sedangkan seorang laki-laki yang lain memegang batu besar. Batu itu dijatuhkan ke kepala laki-laki yang telentang sehingga kepalanya pecah. Batu itu menggelinding di tempat itu, dan laki-laki yang menjatuhkannya mengikutinya lalu mengambilnya. Kemudian laki-laki yang dijatuhi batu itu kepalanya utuh kembali seperti semula. Lalu laki-laki yang memegang batu mendatanginya lagi dan melakukan hal yang sama.”

Dalam redaksi lengkap hadits itu terdapat penjelasan tentang keadaan laki-laki yang dijatuhi batu, bahwa ia adalah orang yang mengambil Al Qur'an, kemudian menentang isinya dan melalaikan sholat fardhu. Berkenaan dengan perbuatan maksiat ini, maka Allah SWT berfirman,
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (QS.Al Maa'uun : 4-5)
Imam Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya, "Mereka adalah orang-orang yang lalai, baik mereka lalai dari mengerjakan shalat di awal waktunya, di mana mereka selamanya atau umumnya (biasa) mengakhirkannya hingga batas akhir waktunya, atau lalai dari rukun-rukun dan syarat-syaratnya yang telah diperintahkan kepadanya atau lalai dari kehusyu'an ketika menunaikannya atau lalai dari merenungkan makna bacaannya. Redaksi hadits tersebut mencakup semua hal tersebut, tetapi siapa yang ada padanya salah satu dari hal tersebut, maka ia terkena bagian dari ayat tersebut. Sedangkan siapa yang ada padanya semua hal tersebut maka ia akan mendapatkan balasan secara utuh dan telah sempurna kemunafikan dirinya. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/554)

2. Diceburkan ke Sungai Seperti Darah dan Mulutnya Disumpal Batu.

Hadits tentang hal ini juga diriwayatkan oleh Samurah bin Jundab r.a. dari Nabi SAW beliau bersabda, : "Aku bermimpi, dan dalam mimpi itu kami mendatangi sebuah sungai yang airnya berwarna merah seperti darah. Di dalam sungai itu ada seorang laki-laki yang sedang berenang, di pinggir sungai berdiri seorang laki-laki yang di sampingnya terdapat tumpukan batu yang banyak. Laki-laki yang berenang menghampiri laki-laki yang berdiri di pinggir sungai sambil membuka mulutnya. Kemudian laki-laki yang berdiri di pingggir sungai melemparkan sebuah batu dan laki-laki yang berenang mencaplok batu itu kemudian ia berenang kembali. Setelah itu ia menghampirinya lagi, dan tiap ia menghampiri laki-laki yang berdiri di pinggir sungai di samping tumpukan batu, maka laki-laki yang berenang itu selalu membuka mulutnya."

Dijelaskan bahwa laki-laki yang berenang dan mencaplok batu itu adalah pemakan riba. Ibnu Hurairah berkata, "Pemakan riba akan disiksa dengan cara disuruh berenang di sungai yang airnya berwarna merah dan mulutnya akan dijejali dengan batu. Karena asal riba itu terjadi dalam transaksi emas dan emas itu berwarna kemerah-merahan. Sedangkan malaikat yang menjejali mulutnya dengan batu adalah isyarat bahwa ia tidak pernah merasa puas dengan hasrat yang ada. Begitu pula halnya dengan riba, yakni pelakunya berkhayal bahwa hartanya terus bertambah padahal Allah SWT membinasakannya di kemudian hari." (Fath al-Bari 12/455)

3. Dibakar Dalam Tungku Api

Hadits yang menjelaskan tentang hal ini adalah sebagai berikut :
"Kami datang ke sebuah tempat yang mirip tungku perapian - di dalam riwayat lain dikatakan, "Bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lebar lalu di bawahnya dinyalakan api - Nabi SAW bersabda, "Ketika itu di dalamnya terdengar suara gaduh dan jeritan." Beliau mengatakan, "Kami mengintip keadaan di dalamnya, dan kami melihat sejumlah laki-laki dan wanita dalam keadaan telanjang, dan dari bawah mereka dinyalakan api yang berkobar. Setiap kali api dikobarkan dari bawah mereka, maka mereka menjerit kesakitan."

Dalam redaksi lengkap hadits tersebut dijelaskan bahwa mereka adalah para pezina.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan keadaan mereka yang telanjang adalah disebabkan hak mereka yang harus ditelanjangi, karena kebiasaan mereka adalah menyepi di tempat mesum dan mereka disiksa dengan keadaaan sebaliknya. Sedangkan mengapa mereka disiksa dari bagian bawah, karena perbuatan dosa yang mereka lakukan erat kaitannya dengan anggota tubuh mereka bagian bawah. (Fathul Bari 12/443).

Karena itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosa tersebut dan menjauhi sebab-sebab yang dapat menjerumuskan ke dalamnya seperti berkhalwat, ikhtilat atau tabarruj (termasuk di internet) dan melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan fitnah lainnya seperti membiasakan mata memandang yang haram, atau membiarkan telinga mendengarkan syair-syair syahwati, atau berinternet tapi membuka situs yang tidak bermanfaat atau malah haram, chatting, facebook atau berfriendster ria sampai melalaikan kewajiban-kewajiban utama sebagai hamba Allah SWT.

4. Mulut Dirobek dan Muka Dirusak

Hadits yang berkaitan dengan hal ini, adalah hadits tentang mimpi Rasulullah SAW. Beliau bersabda, : "Kemudian kami mendatangi seorang laki-laki yang sedang bersandar pada tengkuknya, sedang seorang laki-laki lainnya berdiri di hadapannya sambil memegang besi bengkok, yakni besi yang dibengkokkan ujungnya. Kemudian laki laki yang memegang besi menghampiri salah satu belahan muka laki-laki yang sedang bersandar dan merusak mukanya dengan merobek mulutnya hingga ke tengkuknya (yakni merobek mukanya dari mulut hingga ke belakang, dari hidung hingga ke tengkuknya dan dari mata hingga ke tengkuknya.)" Rasulullah bersabda," Setelah itu laki-laki yang memegang besi bengkok beralih ke belahan lain dari muka laki-laki yang sedang bersandar dan melakukan perbuatan yang sama seperti yang dilakukannya terhadap belahan muka yang pertama. Tidaklah laki-laki yang memegang besi selesai merobek belahan muka satunya lagi kecuali belahan muka lain utuh kembali seperti semula, dan laki-laki yang memegang besi menghampirinya kembali dan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukannya pertama kali."

Dalam redaksi lengkap hadits dijelaskan bahwa laki-laki yang disiksa itu adalah orang yang keluar dari rumahnya di pagi hari dan melakukan kebohongan yang tersebar luas ke berbagai penjuru/pelosok.

5. Mencakar Muka dan Dada Sendiri dengan Kuku dari Tembaga

Di antara orang-orang yang disiksa dalam kubur berdasar mimpi Nabi SAW adalah sejumlah kaum yang tergelincir ke dalam perbuatan ghibah (menggunjing dan mengumpat) yang diharamkan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Anas bin Malik r.a., seraya berkata, Rasulullah SAW bersabda, : "Ketika aku dimi'rajkan, aku bertemu dengan suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga. Mereka mencakar muka dan dada mereka. Aku bertanya, "Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Jibril menjawab, "Mereka itu ialah orang-orang yang suka memakan daging manusia (suka menggunjing) dan merusak kehormatannya." (Musnad Imam Ahmad 3/224, Sunan Abu Dawud 4879)

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Al Baraa' bin Aazib r.a. berkata: "Kami bersama Nabi Muhammad SAW keluar mengantar jenazah seorang sahabat Anshar, maka ketika sampai ke kubur dan belum dimasukkan dalam lahad, Nabi Muhammad SAW duduk dan kami duduk di sekitarnya diam menundukkan kepala bagaikan ada burung diatas kepala kami, sedang Nabi Muhammad SAW mengorek-ngorek dengan dahan yang ada ditangannya, kemudian ia mengangkat kepala sambil bersabda: "Berlindunglah kamu kepada Allah dari siksaan kubur.". Nabi Muhammad SAW mengulangi sebanyak 3 kali." Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sesungguhnya seorang mukmin jika akan meninggal dunia dan menghadapi akhirat (akan mati), turun padanya malaikat yang putih-putih wajahnya bagaikan matahari, membawa kafan dari syurga, maka duduk didepannya sejauh pandangan mata mengelilinginya, kemudian datang malaikat maut dan duduk didekat kepalanya dan memanggil: "Wahai roh yang tenang baik, keluarlah menuju pengampunan Allah dan ridha-Nya."
Nabi Muhammad SAW bersabda lagi: "Maka keluarlah rohnya mengalir bagaikan titisan dari mulut kendi tempat air, maka langsung diterima dan langsung dimasukkan dalam kafan dan dibawa keluar semerbak harum bagaikan kasturi yang terharum di atas bumi, lalu dibawa naik. Maka tidak melalui rombongan malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang harum ini?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan sehingga sampai kelangit, dan disana dibukakan pintu langit dan disambut oleh penduduknya dan pada tiap-tiap langit dihantar oleh Malaikat Muqarrabun, dibawa naik kelangit yang atas hingga sampai kelangit ketujuh, maka Allah berfirman: "Catatlah suratnya di illiyyin. Kemudian dikembalikan ia ke bumi, sebab daripadanya Kami jadikan, dan di dalamnya Aku kembalikan dan daripadanya pula akan Aku keluarkan pada saatnya." Maka kembalilah roh ke jasad dalam kubur, kemudian datang kepadanya dua Malaikat untuk bertanya: "Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab: Allah Tuhanku. Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Agamaku Islam" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan ditengah-tengah kamu?" Dijawab: "Dia utusan Allah". Lalu ditanya: "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?" Maka dijawab: "Saya membaca kitab Allah lalu percaya dan membenarkannya" Maka terdengar suara: "Benar hambaku, maka berikan padanya hamparan dari syurga serta pakaian syurga dan bukakan untuknya pintu yang menuju ke syurga, supaya ia mendapat bau syurga dan hawa syurga, lalu luaskan kuburnya sepanjang pandangan mata." Kemudian datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya dan harum baunya sambil berkata: "Terimalah kabar gembira, ini saat yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Lalu bertanya: "Siapakah kau?" Jawabnya: "Saya amalmu yang baik." Lalu ia berkata: Ya Tuhan, segerakan hari kiamat supaya segera saya bertemu dengan keluargaku dan sahabat-sahabatku."
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Adapun hamba yang kafir, jika akan meninggal dunia dan menghadapi akhirat, maka turun kepadanya Malaikat dari langit yang hitam mukanya dengan pakaian hitam, lalu duduk di mukanya sepanjang pandangan mata, kemudian datang Malaikat maut dan duduk di samping kepalanya lalu berkata: "Hai roh yang jahat, keluarlah menuju murka Allah." Maka tersebar di semua anggota badannya, maka dicabut rohnya bagaikan mencabut besi dari bulu yang basah, maka terputus semua urat dan ototnya, lalu diterima dan dimasukkan dalam kain hitam, dan dibawa dengan bau yang sangat busuk bagaikan bangkai, kemudian di bawa naik. Maka tidak melalui malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang jahat dan busuk itu?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan." dengan sebutan yang amat jelek sehingga sampai di langit dunia, maka minta dibuka, tetapi tidak dibuka untuknya. Kemudian Nabi Muhammad SAW membaca ayat yang artinya:
"Tidak dibukakan bagi mereka itu pintu-pintu langit dan tidak dapat masuk syurga sehingga unta dapat masuk dalam lubang jarum." (QS. Al A'raaf : 40)
Kemudian diperintahkan: "Tulislah orang itu dalam sijjin." Kemudian dilemparkan rohnya itu begitu saja sebagaimana ayat "Waman yusyrik billahi fakaan nama khorro minassama'i fatakh thofuhuth thairu au tahwi bihirrihu fimakaanin sahiiq. Artinya : "Dan siapa mempersekutukan Allah, maka bagaikan jatuh dari langit lalu disambar helang atau dilemparkan oleh angin kedalam jurang yang curam."
Kemudian dikembalikan roh itu kedalam jasad di dalam kubur, lalu didatangi oleh dua Malaikat yang mendudukkannya lalu bertanya: ""Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu". Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan di tengah-tengah kamu?" Dijawab: "Saya tidak tahu". Lalu ditanya: "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu." Maka terdengar suara seruan dari langit: "Dusta hambaku, hamparkan untuknya dari neraka dan bukakan baginya pintu neraka, maka terasa olehnya panas hawa neraka, dan disempitkan kuburnya sehingga terhimpit dan rusak tulang-tulang rusuknya, kemudian datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya dan busuk baunya sambil berkata: "Sambutlah hari yang sangat jelek bagimu, inilah saat yang telah diperingatkan oleh Allah kepadamu." Lalu ia bertanya: "Siapakah kau?" Jawabnya: "Aku amalmu yang jelek." Lalu ia berkata: "Ya Tuhan, jangan percepatkan kiamat, ya Tuhan jangan percepatkan kiamat."
Abul-Laits dengan sanadnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Nabi Muhammad SAW bersabda : "Seorang mu'min saat sakaratul maut akan didatangi oleh Malaikat dengan membawa sutera yang berisi misk (kasturi) dan tangkai-tangkai bunga, lalu dicabut rohnya dengan lembut sambil dipanggil :
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan perasaan rela dan diridhoi. Kembalilah dengan rahmat dan keridhoan Allah." (QS. Al Fajr : 27-28)
Maka jika telah keluar rohnya langsung disimpan di atas misk dan bunga-bunga itu lalu dilipat dengan sutera dan dibawa ke illiyyin. Adapun orang kafir jika sakaratul maut akan didatangi oleh Malaikat yang membawa kain bulu yang didalamnya ada api, maka dicabut rohnya dengan paksa sambil dikatakan kepadanya: "Hai roh yang jahat keluarlah menuju murka Tuhanmu ke tempat yang rendah hina dan siksa-Nya. Maka bila telah keluar rohnya itu, diletakkan di atas api dan bersuara seperti sesuatu yang mendidih kemudian dilipat dan dibawa ke sijjin."
Al Faqih Abu Ja'far meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: "Seorang mukmin jika diletakkan di dalam kubur maka diperluaskan kuburnya itu hingga 70 hasta dan ditaburkan padanya bunga-bunga dan dihamparkan sutera, dan bila ia hafal sedikit dari Al Quran dicukupkan penerangannya, jika tidak maka Allah SWT memberikan kepadanya nur cahaya penerangan yang menyerupai penerangan matahari, dan di dalam kubur bagaikan pengantin baru, jika tidur maka tidak ada yang berani membangunkan kecuali kekasihnya sendiri, maka ia bangun dari tidur itu bagaikan masih kurang masa tidurnya dan belum puas. Adapun orang kafir maka akan dipersempit kuburnya sehingga menghancurkan tulang rusuknya dan masuk ke dalam perutnya lalu dikirimkan kepadanya ular segemuk leher unta, kemudian memakan dagingnya hingga habis dan tersisa tulang semata, lalu dikirim kepadanya Malaikat yang akan menyiksa yaitu yang buta tuli dan bisu dengan membawa puntung dari besi yang langsung dipukulkannya, sedang Malaikat itu tidak mendengar suara jeritannya dan tidak melihat keadaannya supaya tidak dikasihaninya, selain itu lalu dihidangkan siksa neraka itu tiap pagi dan petang."
Abu-Laits berkata: "Siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur maka harus melakukan empat hal dan meninggalkan empat hal lain, yaitu :
Menjaga shalat lima waktu
Banyak bersedekah
Banyak membaca Al Qur'an
Memperbanyak bertasbih
Empat hal di atas dapat menerangi kubur dan meluaskannya. Adapun empat hal lain yang harus ditinggalkan adalah :
Dusta
Khianat
Adu domba/Namimah
Tidak membersaihkan faraj setelah buang air
Muhammad bin As Sammaak ketika melihat kubur berkata: "Kamu jangan tertipu karena tenangnya dan diamnya kubur-kubur ini, maka alangkah banyaknya orang yang sudah bingung di dalamnya, dan jangan tertipu kerana ratanya kubur ini, maka alangkah jauh berbeda antara yang satu dan yang lain didalamnya. Maka seharusnya orang yang berakal memperbanyak mengingat kubur sebelum masuk kedalamnya."
Sufyan Ats Tsauri berkata: "Siapa yang sering (banyak) mengingat kubur, maka akan mendapatkannya taman dari taman-taman syurga, dan siapa yang melupakannya maka akan mendapatkannya jurang dari jurang-jurang api neraka."
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata dalam khutbahnya: "Hai hamba Allah, berhati-hatilah kamu dari maut yang tidak dapat dihindari, jika kamu berada di tempat, ia datang mengambil kamu, dan bila kamu lari pasti akan didapatkannya juga. maut terikat selalu diubun-ubunmu, maka carilah jalan selamat, dan bersegeralah, sebab dibelakangmu ada yang mengejar kamu yaitu kubur, ingatlah bahwa kubur itu adakalanya taman dari taman-taman syurga atau jurang dari jurang-jurang neraka dan kubur itu setiap hari berkata : Akulah rumah yang gelap, akulah tempat sendirian, akulah rumah ulat-ulat."
Ingatlah sesudah itu ada hari (saat) yang lebih dahsyat, hari dimana anak kecil segera beruban dan orang tua bagaikan orang mabuk, bahkan ibu yang menyusui lupa terhadap bayinya dan wanita yang hamil menggugurkan kandungannya dan kau akan melihat orang-orang bagaikan orang mabuk tetapi tidak mabuk khamar, hanya siksa Allah SWT yang sangat ngeri dan dahsyat. Ingatlah bahwa sesudah itu ada api neraka yang sangat panas dan gelap, dalam perhiasannya besi dan sirnya darah bercampur nanah, tidak ada rahmat Allah SWT di sana. Lalu ia berkata : "Dan disamping itu ada syurga yang luasnya selebar langit dan bumi, tersedia untuk orang-orang yang takwa. Semoga Allah SWT melindungi kami dari siksa yang pedih dan menempatkan kami dalam darun na'iim (Syurga yang penuh kenikmatan).
Usaid bin Abdirrahman berkata: "Saya telah mendapat keterangan bahwa seorang mu'min jika mati dan diangkat, ia berkata: "Segerakan aku.", dan bila telah dimasukkan dalam lahat (kubur), bumi berkata kepadanya: "Aku mencintaimu ketika diatas punggungku, dan kini lebih sayang kepadamu." Dan bila orang kafir mati lalu diangkat mayatnya, ia berkata: "Kembalikan aku." dan bila diletakkan didalam lahatnya, bumi berkata: "Aku sangat membencimu saat kau diatas punggungku, dan kini aku lebih benci lagi kepadamu."
Utsman bin Affan r.a. ketika berhenti diatas kubur, ia menangis, maka ditegur : "Engkau jika menyebut syurga dan neraka tidak menangis, tetapi kau menangis karena kubur?" Jawabnya: "Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: "Alqabru awwalu manazilil akhirah, fa in naja minhu fama ba'dahu aisaru minhu, wa in lam yanju minhu fama ba'dahu asyaddu minhu." Artinya: "Kubur itu tempat pertama menuju akhirat, maka bila selamat dalam kubur, maka yang dibelakangnya lebih ringan, dan jika tidak selamat dalam kubur maka yang dibelakangnya lebih berat daripadanya."
Abdul Hamid bin Mahmud Al Mughuli berkata: "Ketika aku duduk bersama Ibnu Abbas r.a., tiba-tiba datang kepadanya beberapa orang dan berkata : "Kami rombongan haji dan bersama kami ini ada seorang yang ketika sampai di daerah Dzatishshahifah, tiba-tiba ia mati, maka kami siapkan segala keperluannya, dan ketika menggali kubur untuknya, tiba-tiba ada ular sebesar lahat, maka kami tinggalkan dan menggali lain tempat juga ada ular, maka kami biarkan dan kami menggali tempat lain juga kami dapatkan ular, maka kami biarkan. Kini kami bertanya kepadamu, Apa yang harus kami perbuat tehadap mayat itu?" Jawab Ibnu Abbas r.a.: "Itu dari amal perbuatannya sendiri, lebih baik kamu kubur saja. Demi Allah, andaikan kamu galikan bumi ini semua, niscaya akan kamu dapati ular di dalamnya." Maka mereka kembali dan menguburkan mayat itu di dalam salah satu kubur yang sudah digali itu dan ketika mereka kembali ke daerahnya, mereka mendatangi keluarga si mayit untuk mengembalikan barang-barangnya sambil bertanya kepada isterinya apakah amal perbuatan yang dilakukan oleh suaminya. Istrinya menjawab : "Dia biasa menjual gandum dalam karung, lalu dia mengambil sekadar untuk makanannya sehari, dan menaruh tangkai-tangkai gandum itu ke dalam karung seberat apa yang diambilnya itu." Abul-Laits berkata: "Hal ini menunjukkan bahwa khianat menjadi salah satu sebab siksa kubur dan apa yang mereka lihat itu sebagai peringatan agar tidak khianat."
Ada keterangan bahwa bumi ini tiap hari berseru sampai lima kali dengan berkata:
Hai anak Adam, kamu berjalan di atas punggungku dan kembalimu di dalam perutku.
Hai anak Adam, kamu makan berbagai macam di atas punggungku dan kamu akan dimakan ulat di dalam perutku.
Hai anak Adam, kamu tertawa diatas punggungku, dan akan menangis di dalam perutku.
Hai anak Adam, kamu gembira di atas punggungku dan akan berduka di dalam perutku.
Hai anak Adam, kamu berbuat dosa di atas punggungku, maka akan tersiksa di dalam perutku.
Amr bin Dinar berkata: "Ada seorang penduduk kota Madinah yang mempunyai saudara perempuan di ujung kota, maka meninggallah saudaranya itu setelah sebelumnya sakit. Setelah diurus sebagaimana mestinya kemudian jenazah tersebut dikuburkan. Kemudian setelah selesai penguburan dan kembali pulang ke rumah, ia teringat pada kantung yang dibawa dan tertinggal dalam kubur, maka ia meminta bantuan orang untuk menggali kubur itu kembali hingga ketemulah barang yang dicarinya. Kemudian ia berkata kepada orang yang membantunya : "Tolong aku ke tepi sebentar sebab aku ingin mengetahui bagaimana keadaan saudaraku ini." Maka dibuka sedikit lahatnya, tiba-tiba dilihatnya kubur itu mengeluarkan api. Maka segera ia meratakan kubur itu dan kembali kepada ibunya lalu bertanya: "Bagaimanakah kelakuan saudaraku dahulu?" Ibunya berkata: "Mengapa kau menanyakan kelakuan saudaramu, padahal ia telah mati?". Anaknya tetap meminta supaya diberitahu tentang amal perbuatan saudaranya itu. Akhirnya ia diberitahu bahwa saudaranya selalu mengakhirkan shalat dari waktunya, juga tidak menjaga kesucian dan di waktu malam sering mengintai rumah-rumah tetangga untuk mendengar pembicaraan mereka lalu disampaikan kepada orang lain sehingga terjadi adu domba antara mereka. Karena itu siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur harus menjauhkan diri dari sifat namimah (adu domba di antara orang lain).
Al Barra' bin Aazib r.a. berkata: "Nabi Muhammad SAW bersabda: "Seorang mukmin jika ditanya dalam kubur, maka ia langsung membaca Asyhadu an laa ilaha illallah wa anna Muhammad abduhu warasuluhu, maka itulah yang tersebut dalam firman Allah: Yutsabbitullahul ladzina aamanu bil qaulits tsabiti filhayatiddun ya wafil akhirah. Artinya : Allah menetapkan orang-orang yang beriman dengan kalimat yang teguh saat hidup di dunia dan di akhirat (yaitu kalimat laa ilaha illallah, Muhammad Rasullullah).
Masalah tentang bentuk pertanyaan di alam kubur, maka para ulama memberi beberapa pendapat. Sebagian berpendapat bahwa pertanyaan itu hanya kepada roh tanpa jasad dan disaat itu roh masuk ke dalam jasad hanya sampai di dada. Pendapat lain mengatakan bahwa rohnnya di antara jasad dan kafan. Pendapat lain mengungkapkan bahwa sebaiknya kita mengimani adanya pertanyaan dalam kubur tanpa menanyakan dan sibuk dengan caranya, karena kita sendiri akan mengetahui jika sudah sampai di sana
Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Saad bin Almusayyab dari Umar r.a. berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda: "Jika seorang mukmin telah masuk kedalam kubur, maka didatangi oleh dua Malaikat yang menguji dalam kubur, lalu mendudukkannya dan menanyainya, sedang ia mendengar suara derap sandal sepatu mereka ketika kembali, lalu ditanya oleh kedua Malaikat itu : Siapa Tuhanmu, dan apakah agamamu, dan siapa Nabimu, lalu dijawab: Allah SWT tuhanku, dan agamaku Islam dan Nabiku Nabi Muhammad SAW. Lalu Malaikat itu berkata : Allah yang menetapkanmu dalam kalimat itu, tidurlah dengan hati tenang. Itulah makna Allah menetapkan mereka dalam kalimat hak. Adapun orang kafir maka Allah menyesatkan mereka dengan tidak memberi petunjuk pada mereka, sehingga ketika ditanya oleh Malaikat : Siapa Tuhanmu, apa agamamu dan siapa Nabimu, maka dijawab oleh orang kafir atau munafiq : Tidak tahu. Maka oleh Malaikat dikatakan: Tidak tahu, maka langsung dipukul sehingga jeritan suaranya terdengar semua makhluk yang ada di alam kecuali manusia dan jin. (Dan seandainya didengar oleh manusia di dunia pasti pingsan)
Abul-Laits berkata: "saya telah diberitahu oleh Abul-Qasim bin Abdurrahman bin Muhammad Asysyabadzi dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w bersabda : "Tiada seorang yang mati melainkan ia mendengkur yang didengar oleh semua binatang kecuali manusia, dan andaikan ia mendengar pasti pingsan, dan bila diantar ke kubur, maka jika shaleh berkata: "Segerakanlah aku, andaikan kamu mengetahui apa yang di depanku berupa kebaikan, niscaya kamu akan menyegerakan aku. Dan bila ia kufur maka berkata: "Jangan buru-buru, andaikan kamu mengetahui apa yang di depanku berupa bahaya, niscaya kamu tidak ingin cepat-cepat. Kemudian jika telah ditanam dalam kubur, didatangi oleh dua Malaikat yang hitam kebiru-biruan datang dari arah kepalanya, maka ditolak oleh shalatnya, dan berkata : “Jangan datang dari arahku sebab kadang ia terjaga semalaman karena takut akan saat seperti ini”. Kemudian datang dari bawah kakinya, maka ditolak oleh baktinya pada kedua orang tuanya, dan berkata : “Jangan datang dari arahku, karena ia biasa berjalan tegak karena takut akan saat seperti ini”. Lalu datang dari arah kanannya, maka ditolak oleh sedekahnya, dan berkata : ‘Jangan datang dari arahku, ia pernah sedekah kerana takut akan saat seperti ini. Lalu ia datang dari kirinya maka ditolak oleh puasanya, dan berkata : “Jangan datang dari arahku, ia biasa lapar dan haus karena takut akan saat seperti ini’. Lalu ia dibangunkan bagaikan dibangunkan dari tidur, lalu ia bertanya: Bagaimana pendapatmu tentang orang yang membawa ajaran kepadamu itu? Ia bertanya : Siapakah itu? Dijawab: Muhammad SAW? Maka dijawab : “Aku bersaksi bahwa ia utusan Allah”. Lalu berkata kedua Malaikat : “Engkau hidup sebagai seorang mukmin, dan mati juga mukmin”. Lalu diluaskan kuburnya, dan dibukakan baginya segala kehormatan yang dikaruniakan Allah kepadanya”.
Allah SWT memberikan ganjaran kepada manusia setimpal dengan amalnya. Bagi mukmin yang bertaqwa, mereka akan mendapat pahala yang sangat istimewa. Adapun terhadap hamba yang kuffur, mereka akan ditimpa azab yang tidak dapat dibayangkan oleh fikiran manusia kerana azab ini tidak pernah disaksikan dan tidak pernah terjadi di atas muka bumi. Dalam keadaan menanggung azab yang pedih, tiba-tiba Allah SWT memerintahkan agar dibuka pintu menuju neraka. Segala bau busuk dan panas neraka masuk ke dalam kubur mereka. Malaikat datang membawa bunga rampai api neraka dan menaburkan ke atas mereka. Sebelum datang semua ini, Allah SWT mendatangkan pula sepasang pakaian dari minyak mendidih yang dibalutkan kepada mereka..

C. Golongan yang Selamat dari Siksa Kubur

Di kalangan ahli kubur yang mendapat taufiq Allah SWT serta ditetapkan hatinya adalah:
1. Para ulama yang dipilih oleh Allah SWT karena keimanan dan ketakwaannya. Bagi mereka, alam kubur bagai berada di bawah sebuah kubah yang besar. Sebuah ruang yang terbuka luas dari kuburnya dan menghadap ke arah surga. Ketika itu dihamparkan sutera-sutera surga di tempat mereka bersimpuh, serta semerbak wewangian, ditambah nikmatnya hembusan angin lembut dari taman surga. Segala kesenangan yang dinikmati menjadikan mereka berada dalam keadaan yang sungguh nyaman. Mereka bertanya kepada Allah SWT, bilakah kiamat akan segera datang?

2. Golongan "Al-Mukmin Al Amil" (mu’min yang beramal shaleh). Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menjadikan amal shaleh mereka sebagai temannya di dalam kubur. Sedangkan bagi ahli maksiat, maka segala perbuatannya akan dijelmakan oleh Allah SWT menjadi seekor khinzir atau binatang buas. Segala kejahatan akan menjadi adzab kepada mereka, di samping azab yang didatangkan oleh malaikat karena tidak mampu menjawab pertanyaan di alam kubur.

3. Nikmat Kubur

Adapun nikmat kubur diberikan pada orang-orang mukmin dan shaleh, sebagaimana firman-Nya :

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushshilat : 30)


Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat. Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat. Maka Mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?. Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?. Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan. (QS. Al Waaqi'ah : 83-89)
Dari Al Barra' bin Azib r.a. dikatakan bahwa Nabi SAW bersabda tentang orang mukmin jika dapat menjawab pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya. Sabdanya, Ada suara dari langit, “Hamba-Ku memang benar. Oleh karenanya, berilah dia alas dari Surga.” Lalu datanglah kenikmatan dan keharuman dan Surga, dan kuburnya dilapangkan sejauh pandangan mata". [HR. Ahmad, Abu Daud]



MAROJI

1. Ash Showa’iq, Ibnul Qoyyim
2. Ar ruh li ibnil Qoyyim, Darul Qalam Beirut, Cet 2, 1403 H, Terjemah oleh Kathur Suhardi, Roh, Pustaka Al Kautsar Jakarta, Cetakan Kedua, Oktober 1999
3. Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’
4. Kaifa yajibu ‘alaina annufasirral qur’anil karim” Edisi Bahasa Indonesia “Tanya Jawab dalam Memahami Isi Al-Qur’an”
5. Minhaajul Muslim, Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Terjemah oleh Fadhli Bahri, Ensiklopedi Muslim : Minhajul Muslim, Darul Falah, Tahun 2002
6. Roh, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
7. Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Terjemah oleh Ali Makhtum Assalamy, Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan, KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone
8. Tafsir Al Qur’an Al Azhim, Imam Ibnu Katsir